BAB 22

86 5 0
                                    

Hari ini dewi fortuna sedang berbaik hati, mungkin dia sedang ulang tahun, begitu pikir Rhosyi. Pasalnya SMA Nusa Tunga digemparkan dengan keberadaan jam kosong yang begitu langka terjadi, seperti koor demonstrasi, siswa-siswi meramaikan kantin sebelum jam berkunjung, berhubung harga bakso juga sedang turun.

Tapi sayang, kesempatan merasakan keuntungan itu hilang. Kemarin Elina meminta Rhosyi untuk bertemu, ada hal yang harus mereka bicarakan. Penting, begitu katanya. Jadilah Rhosyi terjebak bersama buku-buku perpustakaan yang masih menguapkan aroma baru.

Sudah lima menit duduk, Elina belum juga membuka obrolan sekedar 'Selamat pagi' macam pembawa berita. Alhasil, Rhosyi yang duduk didepannya berdehem untuk menyita perhatikan Elina dari buku setebal atlas dunia.

Elina mendongak dengan sebelah alis terangkat seperti isyarat bertanya 'kenapa'. Tentu saja hal itu membuat Rhosyi memutar bola mata. "Lo mau gue timpuk pakai berapa buku biar peka?"

"Kita masih nunggu tamu undangan." Jawab Elina santai seraya kembali memfokuskan pandangannya pada novel She : A History of Adventure, novel legendaris yang membuat isi kantong Elina berubah miris, meski demikian, hal itu terbayar dengan petualangan yang tak ternilai harganya melalui karya H. Rider Haggard dengan kisah Ratu dari pedalaman yang beliau tulis.

"Emang si-

"Kenapa mesti perpustakaan, sih? Gue lebih suka taman , kantin atau rooftop gedung olahraga!" Gumam Jordan kesal, seraya menarik kursi disamping Elina, sementara Ciko hanya diam mengambil tempat duduk disamping Rhosyi.

"Karena yang lo suka adalah yang gue benci." Jawab Elina menyungingkan seringai tipis, garis bawahi bagian rooftop pada kalimat Jordan.

Meski tidak semenyakitkan dulu, tapi sekarang Elina masih bisa merasakan sakitnya.

"Itu 'lah kenapa kita ditakdirkan berjodoh sayang. Percayalah, betapa saling melengkapinya kita." Balas Jordan menatap Elina dengan kilatan jahil.

Sebelum Elina sempat memperpanjang masa perdebatan mereka, Ciko lebih dulu memotong, "Bisa enggak urusan rumah tangga dibahas nanti? Sekarang saatnya membahas urusan negara."

"Gue ngak ngerti, tapi karena gue pengertian. Kalian mau gue tinggal dulu buat nyari makan?" Timpal Rhosyi polos yang dihadiahi sentilan cukup keras didahinya oleh Ciko.

"Makan aja yang lo pikirin."

"Gue 'kan jomblo, masa mikirin gebetan yang udah digebet temennya mantan." Kata Rhosyi menanggapi Ciko sekaligus mengusap dahinya.

"Kode, Rhos."

"Curhat, Rhos."

Kata Jordan dan Elina bersamaan, mungkin jodoh. Eh.

"Udah, ah, jadi ngelantur kemana-mana 'kan." Potong Elina cepat sebelum mereka semakin ngawur. "Jadi, tadi pagi gue ketemu Alden."

"Gue yang tiap hari ketemu, biasa aja." Kata Jordan enteng.

"Bukan itu masalahnya bego!" Seru Elina kesal.

Memegang bagian dadanya pada bagian jantung berada dengan kedua tangan, serta memasang ekspresi terluka Jordan berucap. "Sakit, El."

"Mungkin lo kena jantung koroner." Timpal Rhosyi polos.

Sementara Ciko dan Elina tertawa, Jordan sudah ingin menerkam Rhosyi andai dia bisa.

"Jadi, kenapa El?" Tanya Ciko mencoba kembali fokus.

Setelah menghela nafas panjang, Elina menyunggingkan senyum kecil. Seharusnya itu menjadi pertanda baik, tapi bukannya ikut tersenyum, ketiganya justru dibuat merinding.

CIRCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang