"She looks hot."

225 17 7
                                    

✖26✖

"Kau harus membayarnya Camilia Thomas Wright."

Mataku membulat setelah mendengar ucapan Calum. Sontak saja aku langsung menendang selangkangan Calum dengan kencang lalu berlari keluar sambil mengencangkan bathrobe ku.

"CAMILIA! YOU SHOULD PAY FOR THIS!" Teriak Calum dari lantai bawah.

Sialan. Apa yang sebenarnya terjadi? Calum mengapa mendadak menjadi seperti ini? Aku bisa gila kalau begini. Hfft.

°°°°

Membuka kedua mataku dan kutemukan tubuhku sendiri tergeletak di dalam kamar tamu. Diatas ranjang yang cukup empuk dengan ventilasi yang agak minim.

Pintu kamar masih terkunci dan aku masih ingin tetap disini. Tidur dengan tubuh yang hanya terbalut pakaian dalam rasanya risih. Aku hampir tertangkap Calum semalam. Ia membuka bathrobe ku. Oleh sebab itu,hanya pakaian dalam yang tersisa di tubuhku. Sialnya tali bra ku putus karna Calum menariknya.

Mengencangkan kembali bathrobe ku-- WAIT BATHROBE?

"WHAT THE FUCK ARE YOU CALUM HOOD!"

Menatap Calum sinis sepanjang breakfast. Ia memakan omelet nya sambil terus memperhatikanku. Aku kesal dengannya. Selalu saja berakhir seperti ini.

Sekarang aku sudah berada di meja makan dengan pakaian yang lengkap, Calum yang memaksaku keluar dari kamar tamu tadi. Hfft.

"Cam, jangan marah terus dong! Aku kan hanya me--"

"HANYA APA? KAU PIKIR INI TIDAK MEMALUKAN APA?"Potongku.

Calum memijat pelipisnya frustasi. Aku tak perduli! Pokoknya aku murka padanya! Sudah tau aku ingin tidur malam itu, ia malah memintaku untuk membayar sesuatu. Aku kan tidak punya hutang uang padanya. Pake acara tarik-tarik baju lagi.

"Se-semalam entahlah, a-aku tidak bisa mengontrolnya,Cam,"Jelas Calum ragu.

Aku berdecak."Mengontrol apa hah?"

"Eh.. anu.. maksudku,"Calum langsung menatap celana pendek yang tengah ia kenakan. Aku tertawa pelan karnanya.

"Ya ampun,Calum! Tapi bukan begitu caranya,"Balasku masih sedikit tertawa.

Idiot banget sih. Hahahaha..

°°°

Sore itu tenang tanpa kehadiran Calum yang terlelap sejak breakfast tadi. Sepertinya ia terlalu lelah. Ah, bodo amat. Salah dia juga.

"Camilia.. Camilia.."

Pintu kamar terbuka, Calum tengah berdiri disana sambil menggucek matanya. Wajahnya merah, kalau di tanya lucu atau tidak, ya jelas saja tidak. Orang air liurnya berceceran. ew.

"Oh shit cal."

Calum duduk di sampingku. Ia mulai mengelap air liur yang menempel pada sudut bibirnya ke kaos Blink- 182 kesukaanku.

"THE HELL HOOD!"

Aku langsung mendorong tubuhnya yang loyo itu ke sudut sofa, ia tampak kaget karna perlakuanku barusan.

"Jorok, orang jorok gak boleh deket-deket sama aku,"Kataku lalu beranjak dari sofa.

Aku pun berjalan kedalam kamarku dan Calum yang tampak berantakan. Guling yang jatuh, bantal yang posisinya acak-acakan, sampai selimut yang bentuknya tidak karuan.

Karna malas membereskannya, langsung saja kubuka pintu balkon untuk menenangkan pikiranku dari si hidung jambu produsen iler cap glodok itu.

Udara sore cukup dingin, kaosku yang menjadi bahan keisengan Calum mulai agak kering. Tadinya sangat basah. Iya basah.

Calpal ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang