"Broke up."

177 22 8
                                    

✖29✖

"Cam, bangun."

Kelopak mataku terbuka perlahan setelah mendengar suara Calum barusan. Sinar matahari menyilaukan mataku, pertanda ini sudah siang.

"Jam berapa?"aku menatap kedua manik matanya sayup-sayup.

Ia tersenyum."Jam dua belas siang. Kebo! Hahaha.."

Aku berdecak lalu menjawil hidung besarnya."Siapa coba yang kebo? Capek aja kok."

Calum tertawa."Capek atau terlalu banyak mikirin Calum Hood?"

"Geli, kepedean banget."

Calum kembali tertawa."Aku akan rindu momen ini."

Me too. jerk.

"Hey," Calum melambaikan tangannya kearahku."Jangan melamun, kalau kesambet aku tidak tanggung."

Aku berdecak.

"Kau tidak akan merindukanku nantinya?"Tanya Calum.

Aku menggedikan bahuku.

"Aku serius sayang,"Lanjut Calum.

Aku berdecak.

"Aku hanya ingin mendengar kau berkata 'I will miss you too,Calum' that's enough,gosh!" Tambahnya.

Aku berdecak. Kembali. Aku tidak tau harus merespon bagaimana.

"Ingin sekali,ya?"Balasku dengan senyum yang mengembang.

Calum tertawa pelan sambil menggacak rambutku.

"Aku mau pergi ke mall hari ini. Mau ikut?"Ajak Calum sambil menaik turunkan alisnya yang setebal ulat bulu itu.

But that's cute. Shit.

"Malas,aku masih capek,"Balasku.

Calum mendengus pelan."Tidur udah kayak kebo masa kurang sih,Cam?"

Aku berdecak."Apa sih?"

Calum tersenyum. Ia menatap kedua manik mataku, wajahnya semakin dekat dan ..

"Cepat mandi, kita akan seharian di mall."

Calum beranjak dari ranjangku lalu berjalan menuju pintu kamar. Membukanya lalu menutup kembali.

Aku bagai patung sekarang, membasahi bibirku sambil menatap lurus ke depan. Dia menciumku, untuk kedua kalinya, dan sialnya aku hanya diam. Aku berpikir otakku agak geser sekarang.

°°°°

Sedari tadi aku dan Calum memutari mall yang sangat teramat besar ini. Dengan empat buah paper bag di tanganku, aku bagai babunya sekarang. Shit.

Tadi di naikin tinggi-tinggi keatas langit, sekarang langsung dijatohin aja ke jurang. Dipikir gak sakit apa?

Patah tulang, jerk.

"Cal, ini buat siapa sih?"Tanyaku sekaligus mengomel padanya.

Calum tersenyum."Penasaran banget kayaknya."

"Ya soalnya banyak banget, bikin pegel,"Balasku.

Peka dong, ini bentuk protes.

Calum berhenti di tempatnya. Ia memutar tubuhnya 180° kearahku, mengambil semua paper bag itu lalu tersenyum.

Ia pun berjalan kearah bangku berwarna coklat di tengah mall, mendaratkan bokongnya disana beserta beberapa buah paper bag yang tadinya di tanganku.

"Aku tunggu disini,"Calum menatapku. "Aku mau kau membantuku. Tolong belikan pakaian dalam wanita disana. Aku tidak tau ukuran pastinya."

Aku menautkan alisku."Hah? Ak-aku? Aku saja tidak tau siapa yang kau maksudkan. Kau mau jadi transgender jadi membeli pakaian dalam wanita?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Calpal ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang