11 (2): Praduga Pentas Seni

1.8K 213 37
                                    

Sekedar saran sih, coba baca part ini sambil mendengarkan lagu:
Gaby Idol - Begitu Indah
Brian McKnight - One Last Cry




==========================

Satu jam berlalu, Davian yang sejak tadi menunggu Rea di ruang panitia acara, masih memegang ponselnya, siapa tahu tiba-tiba Rea nge-chat minta ditemani di ruangan guest star lagi.

"Tadi pagi lo bilang mau memenin Rea, baru sebentar udah keluar lagi, gimana sih?" tanya Orion iseng, ia menarik bungkusan permen yang tersedia di meja karena merasa mulutnya pahit belum merokok sejak pagi.

Davian terkekeh samar, tidak sampai matanya. "Dia lagi ketemu temen lama di ruang guest star."

Orion membulatkan matanya, kaget. Hampir saja tersedak. Ya gimana, siapa yang nggak kaget? Ternyata temannya Rea salah satu artis juga. Ya iyalah, pasti!

"Siapa?" tanyanya, penasaran banget.

"Reza."

"Whaaagilak! Kenapa dia jadi reunian. Lo kok tau sih dia temennya?"

"Tadi cowok itu yang bilang!" sahut Davian ketus, matanya memicing pada Orion.

Orion terkekeh, sambil mengigit permennya. "Santai! Gak usah sinis gitu matanya, biasa lah artis pasti temenannya sama artis juga."

Davian mengangguk lesu. Benar juga. Lah, Davian ini siapa? Dia cuma teman kemarin sorenya Readinata, bukan teman dari SD kayak cowok yang di ruangan itu.

"Rea mau temenan sama kita juga udah beruntung, Dav!"

Ah, Orion ini ... nggak tahu banget Davian lagi ketar-ketir gak jelas pikiran sampai hatinya. Davian juga nggak tahu kenapa begini.

"Masa iya gue jealous? Kan aneh banget. Masa gitu aja jealous? Kan Rea cuma ketemu temennya doang! Apa sih gue, kayak remaja labil banget gini."

"Rea tampil jam berapa, sih?" tanya Davian, saat tersadar dari kebisuan singkatnya.

Orion membuka gulungan kertas berisi jadwal main guest star yang sejak tadi berada di kantung celana jeans-nya. "Seharusnya 20 menit lagi. Lo gak mau temenin dia?"

Davian melirik pada layar ponselnya. Berharap cewek itu menghubunginya.

Beberapa menit berganti, baru saja Davian menekan nomor ponsel cewek itu, wajah Rea sudah muncul di layar ponsel Davian.

"Dav, Dav, balik dong! Bentar lagi gue tampil nih, please temenin gue, please! Gue gak pede nih, apalagi di depan banyak anak-anak."

Davian tersenyum miring, ingin mengeluarkan kata-kata annoying, tapi sepertinya bukan waktu yang pas. Rea lagi panik gitu.

"Iya, bentar. Gue lagi ngobrol sama Orion. Tunggu ya!"

Panggilan diputus sepihak. Davian yang memutuskan. Ia melirik sekilas pada Orion yang sudah nyengir lebar sambil memasukkan permen baru ke dalam mulutnya.

"Basi, lo!" teriak Orion ketika Davian keluar ruangan panitia.

Baru saja melangkah, tangan Davian sudah ditarik oleh Atania.

"Ayok, buruan! Ajak Rea keluar, nanti kita ke panggung bareng gue!"

Davian manggut-manggut saja. Mengingat banyak sekali anak-anak entah kelas berapa yang berada di depan kelas.

.
.

Tubuh Rea semakin menciut di balik gitar yang ia peluk. Rasanya jantungnya berdebar karena rasa gerogi yang sejak tadi menjalar. Tangannya mulai berkeringat dingin.

SatintailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang