15: Takdir Pertama (Anugerah atau Bencana?)

1.4K 176 20
                                    

19 Agt 2017.

Part ini panjang cyiiiiin 3700an kata, banyak narasi juga. Tapi mohon jangan di skip ya, karena inti cerita ada dalam narasi. Kalo kata knnthy part ini mendadak jadi horor he he he.

Serius, aku harap kalian gak skip ceritanya, karena satu aja part kalian skip, bisa-bisa nanti gak ngerti sama jalan cerita Satintail.

Tulis pendapat kalian tentang part ini di kolom komentar yaaa~

Selamat menikmati~~







===========••••••============

Mendapatkan titipan dari Tuhan, bukanlah keinginanku. Tapi Tuhan yang mempercayakan hal itu padaku. Lantas, kenapa hingga detik ini justru kamu lah yang menghakimiku?

***

Agustus, 2008.

Iblis, jin, atau pun setan itu ... tidak ada!

Sekiranya, itu yang dipikirkan Readinata. Anak itu tidak memahami bagaimana terciptanya alam semesta yang tidak hanya dihuni oleh manusia. Ia tidak percaya sama sekali dengan dunia gaib. Tidak satu pun.

Karena menurutnya, sesuatu yang tidak terlihat itu terlalu mengada-ada. Nyaris sinting.

Tapi setiap kali anak itu menyampaikan pemikirannya, keluarganya justru menentang keras. Tidak ada yang sependapat dengan Rea. Bukan hanya sekali-dua kali mereka beradu argumen mengenai pola dunia yang mereka tempati ini.

"Gue nggak percaya sama gituan, Kak!"

Zenan menghela napas kasar, lantas menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi menatap adiknya yang setengah sibuk dengan makanan di hadapannya. "Terserah! Yang pasti, semua udah bilangin ke lo, kalo kita hidup di dunia ini nggak sendirian!"

Itu lagi, itu terus yang dikatakan Zenan--ataupun keluarganya--"Bosen ah, itu mulu yang diomongin!" sergahnya, selera makannya mendadak memudar.

"Ya gue sebagai kakak kan cuma bilangin aja! Lagipula, menurut Om Toro tahun ini anugerah turun menurun itu bakalan dateng."

Mata Rea membulat, dia masih tidak habis pikir--kakaknya, seorang Ferro Zenanta yang katanya orang paling famous di kampus, realistis, selalu ikut perlombaan Sains sejak SMA, dan selalu mendapatkan prestasi dari jaman sekolah sampai kuliah ... ternyata percaya dengan hal yang terkesan nggak nyata, bahka dari pernyataannya barusan seolah kakaknya itu berharap mendapatkan anugerah turun menurun. Ah, sumpah ... dunia sudah mulai gila!

Tubuh Rea seolah menciut ketika menyadari kalau keluarganya memang penganut hal yang tidak masuk akal seperti itu sejak dulu. Bahkan Ayah dan Om-nya pun 'katanya' memiliki anugerah itu. Rea tetap merasa sangsi. Karena, seumur hidup ia belum pernah melihat makhluk gaib seperti yang sering diceritakan keluarganya.

Rea ingat, bagaimana dulu Om Toro dan Ayahnya menangani suatu kasus di daerah Pesanggrahan. Mereka mendatangi rumah salah satu kerabat Ayah yang katanya sering diganggu oleh makhluk gaib. Bahkan, makhluk itu dibawa pulang oleh Om Toro dengan alasan 'untuk menambah koleksi'. Ish--sumpah, becandaannya nggak lucu banget! Masa sih, mahkluk gaib yang hanya bisa dilihat mereka dan sering mengganggu, justru dijadikan bahan koleksi?

'Kan tambah nggak masuk akal! Iya nggak, sih? Batin Rea beradu.

Sambil menelisik ke dalam mata kakaknya itu, Rea semakin menciutkan tubuh mungilnya ke dalam tempat duduknya.

SatintailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang