18: Ferro Zenanta

1.1K 172 32
                                    

16 April 2017
19 Agt 2017

Coba di play multimedianya. Lagu yang digunakan untuk part ini dari Coldplay - The Scientist.

Jangan di skip ya bacanya, nanti kalian gak paham isinya. Part ini menjawab semuanya untuk yang nanya sebenernya Zenan sayang/nggak sama Rea.

================================

Karena hal yang paling menyakitkan ketika kita sakit hati adalah; menuruti kata ego.
Hingga kita bertindak untuk menghentikan ego itu sendiri, maka luka tersebut yang nantinya akan otomatis mengobati

=======================================

"Aku turun ke bawah sebentar lagi, kamu pesan makanan dulu aja," ujar Zenan ketika mendengar sapaan seseorang yang baru saja sampai di Bluesky.

Sejak dua jam lalu lelaki itu berkutat dengan kertas dan pensilnya guna membuat desain taman minimalis, supaya bisa dikumpulkan sebagai hasil karya tugas akhir besok lusa. Ia merapikan alat tulisnya yang berserakan di atas meja. Menarik ponsel beserta dompet dan melirik sekilas pada kaca yang terpajang di samping meja kerjanya.

Cowok itu mengerling puas, melihat penampilan dan bulu halus yang tumbuh rapi di rahangnya. Setelah beberapa hari ini ia disibukkan dengan banyak kerjaan serta tugas kuliahnya, akhirnya hari ini ia bisa bertemu dengan perempuan itu.

Perempuan yang sepertinya sudah mendapatkan perhatian lebih darinya tanpa disadari. Perempuan yang sosoknya sangat mirip dengan seseorang dari masa lalunya, dan perempuan itu juga yang selalu ia dengar setiap nasihatnya. Bukan hanya karena perempuan itu mirip seseorang, tapi salah satunya adalah; perempuan itu lebih tua darinya. Dan Zenan merindukan sosok yang menyayanginya, pengganti bundanya, yang mampu mengatur arah hidupnya.

Zenan mengusap rambut perempuan yang sudah menunggunya dari belakang, sambil terkekeh saat melihat raut sebal gadis itu. Sedetik, rasanya Zenan menangkap bayangan Andrya pada mata perempuan itu.

"Udah lama nggak ketemu, kamu makin cantik aja."

Perempuan itu mendesis ketika Zenan duduk di sampingnya, bukan saatnya dia meladeni ucapan semanis madu dari Zenan. "Apaan sih, basi!"

Zenan justru terkekeh mendengar nada ketus yang keluar dari Jasmin. Iya, Jasmin Faradina--manajer Readinata, perempuan yang sekarang sedang menyesap orange juice favoritnya. Dirinya tidak bohong ketika mengatakan Jasmin semakin cantik, beberapa hari tidak bertemu dengan perempuan yang berjarak tiga tahun lebih tua di atasnya itu justru terlihat lebih menggemaskan dengan blouse berwarna navy yang dikenakan Jasmin. Ditambah lagi raut malas yang diperlihatkan perempuan itu ketika keusilan Zenan menyapanya, rasanya gemas melihat ekspresinya.

"Aku dateng ke sini tuh, ada yang mau ditanyain, bukan ngeladenin godaan kamu doang!"

"Kenapa?" tanya Zenan dengan cengiran, sambil menekan bel yang berada di sudut meja. "Bentar deh, kamu ke sini cuma pesen orang juice doang?"

Cewek itu mengangguk, kini Zenan yang berdecak. Tak lama, pegawai kafe menghampirinya.

"Biasanya Jasmin kalo ke sini pesen apa, Ri?"

"Dark Chocolate, Mas."

"Bawain ke sini satu--"

"Nggak usah, Mbak. Ini aja," sergah Jasmin, dia mendelik pada Zenan. "Apaan sih, aku ke sini cuma sebentar doang."

SatintailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang