14: Takdir yang Terus Dipertanyakan

1.6K 202 20
                                    

Raut wajah malas tercetak jelas di wajah cantik Rea yang kini sudah tertutup oleh make-up, ketika segerombol teman seangkatannya semasa karantina dulu berada tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang bersama Jasmin--yang selalu setia mengekor Rea kemana pun cewek itu pergi. Akhirnya Rea datang juga ke acara ini, tanpa terlambat yang disengaja, karena ulah Jasmin yang tiba-tiba saja datang ke rumah Rea bersama tim CManajement untuk mendandaninya hari ini.

Buktinya ya ... sekarang ini, Jasmin berdiri menemani Rea sambil bersedekap dada dan memegang clunch merah maroon pada tangannya sambil memerhatikan artis lain yang berseliweran dalam gedung pertemuan ini.

"Emang mau sampe kapan kamu di sini terus? Tuh, liat temen-temen kamu di tempat karantina udah pada siap masuk ke dalem, nyari tempat duduknya masing-masing, kamu nggak mau bareng mereka?"

Rea menggeleng cepat, apa yang Jasmin katakan? Masuk ke dalam gedung bersama teman-teman seangkatannya yang penuh dengan kepalsuan di sifat aslinya itu? Haram hukumnya bagi Rea! Walaupun hanya sekedar menyapa mereka.

"Kenapa sih, Re?"

"Sampe aku dipecat dari CManagement, baru aku mau gabung sama mereka. Eh, ralat deh, kalo dunia ini kiamat, baru aku mau main bareng sama mereka. Itupun kalo mereka masih mau main sama sampah!"

Jasmin hanya menampilkan smirk andalannya, mendengar sifat antagonis dan perkataan sarkas dari cewek yang sekarang mengenakan dress satin se-lutut berwarna hijau tosca dan jaket jeans yang menutupi lengan terbukanya beserta sneakers baby blue keluaran Adidas di sampingnya ini. "Nggak boleh gitu! Kemakan omongan tau rasa!"

Rea memutar bola matanya jengah. "Temen masih banyak, nggak harus sama mereka."

"Pantes aja, mereka nganggep kamu sombong dari awal masa karantina. Udah paling kecil, nggak akan ngobrol kalo nggak disapa duluan, kalo pemotretan gak ada ekspresi setiap lagi bareng-bareng mereka. Dulu juga aku sempet mikir begitu sih, kamu anak kecil paling angkuh."

Rea mendelik, mengerucutkan bibirnya, jengah dengan pengakuan Jasmin yang dirasa terlalu sering dilontarkan itu. Masa bodo orang-orang itu menganggapnya sombong atau apapun. Toh, inilah kerpibadian aslinya. Menarik dengan caranya sendiri. Ia hanya tak menyukai kepalsuan yang diberikan teman-teman satu profesinya. Menurut Rea, mereka memiliki aura yang menyakitkan mata, menyesakkan dadanya--terlalu negatif, angkuh, palsu, apapun itu yang Rea tak suka. Tapi mana mungkin Rea mengatakan hal itu pada Jasmin. Biar saja orang-orang yang menganggap Rea sebagai model paling sombong, toh kenyataan mengatakan sebaliknya.

"Kalo aku nggak salah, syarat jadi model di CMagazine harus punya kepribadian menarik, kan?"

Rea mengangguk mantap, lantas kepalanya menoleh mengisyaratkan untuk berjalan masuk ke dalam gedung tersebut. "Aku menarik."

Jasmin mndengus geli. "Menarik apanya, dari dulu sombongnya nggak ada obat gini."

"Itu menarik. Lagian, kalo aku sombong, aku nggak akan pulang jalan kaki sehabis berantem sama Zenan tempo hari, kalo aku sombong, aku nggak akan pulang pergi sekolah naik bus sekolah atau pun taksi, dan kalo aku sombong atau pun lupa diri, aku nggak akan pernah lagi menghadiri acara palsu kayak gini sekarang—"

Jasmin mendekap mulut Rea dengan clunch yang sejak tadi tak sabar ingin langsung dia lempar ke arah anak itu, saat kalimat pertama sarkasnya keluar. "Hati-hati kalo ngomong, kamu ini artis, banyak paparazi yang denger obrolan kita!"

Dalam dekapannya, Rea berontak. Sia-sia sudah lipstik mahal yang dioleskan make-up artis andalannya kalau Jasmin seenaknya membekap mulutnya dengan clunch miliknya.

"Bener-bener ibu tiri!" cicit Rea, ia melangkahkan kaki jenjangnya lebih dulu memasuki ruangan meninggalkan Jasmin.

Ruangan yang sudah di desain apik menyerupai Disney Land itu menghentikan langkahnya, yang semula ingin pura-pura merajuk meninggalkan Jasmin.

SatintailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang