01062017
19082017Part ini banyak narasi, 3600+ kata di dalamnya, mohon jangan diskip, enjoy!
========================
Pikiran Davian terasa kalut. Seluruh hatinya mendadak beku, tapi dadanya terlalu sesak mengingat kejadian beberapa jam lalu di Bluesky.
Bagaimana bisa, Dewangga melakukan hal tak pantas di muka publik?
Davian melihat semuanya. Jangan dipikir selama perform, Davian tidak tahu apa-apa! Davian jelas melihat bagaimana Dewangga bertingkah selayaknya pasangan yang dimabuk asmara. Dan, penyanyi jalang itu meladeni papanya seolah lupa kalau Dewangga adalah seorang suami sekaligus ayah dari dua orang anak.
Mengingat fakta itu, air mata tak henti-hentinya membasahi wajah Davian. Terlalu menyakitkan, melihat papa yang sempat menjadi kebanggaannya, sekarang harus ia benci selama beberapa tahun belakangan.
Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Davian menyanyangkan tingkah Dewangga, ia ingin papanya kembali menjadi alasan utama kalau dirinya bangga terhadap Dewangga. Tapi satu sisinya lagi, ia sangat membenci papanya. Dewangga tak pantas menjadi ayahnya, tak pantas menjadi seorang maestro kebanggaan negaranya.
Sesampainya di rumah, ia menghampiri mamanya yang ternyata duduk menunggunya di sofa depan tv. Davian langsung memeluk mamanya, menumpahkan segala sakit hatinya dengan memeluk orang yang paling tersakiti dari segala tingkah Dewangga.
"Kamu kenapa, Dav?"
Davian menangis dalam diam di pelukan mamanya. Napasnya tercekat hingga lidahnya kelu untuk sekedar menjawab pertanyaan dari mama.
Tidak ada omongan dari keduanya, Davian masih betah dengan posisinya yang berlutut dan memeluk mamanya. Sampai napasnya mulai teratur, Davian mendongak dan menatap mamanya.
"Davian liat orang itu sama selingkuhannya di kafe teman Davian."
*
*
*Dipikir, segalanya akan berjalan baik-baik saja setelah mengetahui dalam diam apa yang terjadi beberapa bulan lalu--saat dimana Rea melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Dewangga mengekspos kemesraannya dengan Runa. Dan keterkejutan serupa lainnya adalah; Davian seorang saxofone di kafe Zenan yang cukup lama membuatnya ikut penasaran akan sosok itu.
Tapi ternyata Rea tidak bisa terus-terusan berbohong pada dirinya sendiri--terutama pada Davian, ia ingin mengatakan kalau dirinya tau semuanya. Apa yang membuat Davian begitu membenci ayah kandungnya sendiri, dan Rea seolah paham bagaimana rasanya jadi Davian yang selalu dituntut sempurna tanpa gosip recehan--persis seperti dirinya, kan?
Sungguh, rasanya sekarang juga Rea ingin mengatakan banyak hal pada Davian. Sebelum semuanya buyar, tambah berantakan. Karena rasanya, Davian juga menghindar semenjak kejadian pensi beberapa waktu lalu, ditambah lagi ketika Rea menanyakan soal Dewangga di rumah cowok itu.
Cukup lama, kan? Ya begitu kenyataannya.
Hari demi hari, minggu pun berganti bulan, Rea menunggu kedatangan Davian di Bluesky untuk menyerahkan topeng yang sempat dijatuhkan cowok itu. Tapi hasilnya tetap nihil, Davian tidak pernah kembali lagi sebagai pemain saxofone di kafe Zenan.
Dan keanehan lainnya lebih menyakiti Rea lagi. Mereka berada di kelas yang sama, tapi seolah Davian semakin mengasingkan diri. Bermula dari Davian yang semakin irit bicara setiap kali ada topik pembicaraan yang dilontarkan Rea. Dilanjut dengan perpindahan tempat duduk ke barisan paling ujung yang dilakukan Davian, dia tidak lagi duduk di depan Rea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satintail
ParanormalBisakah aku memohon padamu untuk tidak bertindak selayaknya angin? Jangan seperti angin yang mudah datang dan mudah pergi Karena aku takut seperti ilalang yang hanya bisa melambai saat angin memilih pergi Ilalang yang pasrah menatap kepergian angin...