19 Agt 2017
Hai, Gengs!
Cuma mau bilang, tolong jangan di skip yaaa setiap part di Satintail, nanti feelnya gak dapet dan gak ketemu titik penyampaiannya. Karena semuanya saling terhubung, semua partnya bermakna.==========================
Ungkapan terimakasih saja terasa belum cukup untuk menjelaskan bagaimana senangnya Davian hari ini. Mendapat hasil pengumuman kalau dirinya dan seluruh murid kelas 12 Prima Nusantara berhasil lulus Ujian Akhir. Belum lagi nilai yang didapat Davian sudah sesuai ekspektasi, rasanya ada banyak euforia hari ini. Ditambah lagi, sekarang Davian duduk di depan Readinata sambil makan es krim di kedai dekat sekolahannya.
Apalagi sih yang kurang?
Kalau ditanya seperti itu, pasti masih banyak kurangnya. Tapi Davian enggan memikirkan hal lain, yang terpenting sekarang Rea ada di hadapannya.
Sambil menyendok es krimnya, Davian senyum-senyum melihat Rea yang serius dengan es krimnya dengan satu tangan lagi bertumpu di meja sambil bolak-balik melihat rapot dan nilai kelulusan.
"Kenapa sih lo ngeliatin gue terus?"
Mendengar celetukan Rea, Davian terkesiap, ia menggeleng samar sambil terus menampilkan senyumnya yang manis banget. "Nggak apa, cuma lo hari ini hemm ... gombal nggak sih kalo gue bilang lo cantik banget?"
Rea mendengus geli menanggapi Davian, cowok itu langsung memasang wajah datarnya. "Kenapa?"
"Asli sumpah, lo jadi alay kalo mendadak gombal gitu."
Davian salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang terasa gatal.
"Nggak gitu, tapi emang kenyataan." Davian dapat melihat Rea yang salah tingkah, ada semburat merah di pipinya dan mata cewek itu yang malas melihat Davian.
"Gue mau pesen lagi nih, lo mau tambah gak?"
Rea menggeleng, es krimnya pun belum habis, Davian malah menawarinya untuk tambah porsi.
Mendapat gelengan, Davian langsung menuju meja pemesanan dan melihat daftar menu. Dia menimbang-nimbang, tapi belum sempat Davian menyebutkan pesanannya, pundaknya ditepuk oleh seseorang.
Dia pun menoleh, otaknya mendadak kejang dengan berhenti dan tak menangkap apapun begitu menyadari kalau yang menepuknya adalah Dewangga, Davian langsung mengatupkan bibirnya rapat, rahangnya mengeras.
Dewangga tersenyum, Davian mendengus sambil menepis tangan ayahnya dari pundak. Untuk apa Dewangga menyapanya? Ternyata pria itu masih ingat dengan anaknya!
"Kamu ngapain di sini, Dav?"
Mendengar sapaan basa-basi dari Dewangga, membuat darah di sekujur tubuh Davian terasa mendidih, pria itu tidak seharusnya di sini, dan menyapa Davian.
"Seharusnya pertanyaan itu yang saya tanyakan kepada Anda."
Dewangga membulatkan matanya sekejap mendengar balasan dari Davian yang terlalu formal, Davian dapat melihat rahang pria itu ikutan mengeras.
"Bisa-bisanya kamu--"
"Bukankah semestinya Anda tidak berada di tempat ini? Terlalu bahaya untuk reputasi Anda sebagai seorang yang tersohor, berada di tempat murah seperti ini."
Lagi, Dewangga membulatkan matanya sekejap, dia tidak menyangka Davian dapat mengeluarkan kalimat seformal dan sekaku itu, padahal anak lelaki di hadapannya ini adalah anaknya! Darah dagingnya! Tapi bagaimana bisa Davian menganggap seolah Dewangga orang asing?!

KAMU SEDANG MEMBACA
Satintail
ParanormalBisakah aku memohon padamu untuk tidak bertindak selayaknya angin? Jangan seperti angin yang mudah datang dan mudah pergi Karena aku takut seperti ilalang yang hanya bisa melambai saat angin memilih pergi Ilalang yang pasrah menatap kepergian angin...