25. Kekuatan Waktu [END]

1.2K 141 31
                                    

Davian percaya akan kekuatan waktu. Bagaimana sang pemilik waktu mengatur segalanya serapi mungkin, menata hidupnya yang dirasa tak pernah bahagia dan tak terarah. Tapi ternyata sang pemilik waktu menjawab semua keraguannya yang hampir punah.

Sekarang, Davian merasa situasi berpihak padanya. Keluarganya kembali utuh, lalu yang terpenting ... Dewangga kembali ke hidupnya dan meninggalkan wanita murahan berkedok penyanyi papan atas itu.

Di hadapannya sekarang ada Dewangga, papanya itu belum menyentuh roti panggang yang tersaji sebagai menu sarapan. Beliau masih sibuk dengan koran pagi ini. Lalu pandangan Davian beralih pada mamanya yang asik mengobrol dengan Anjani. Iya, Anjani Kiara sekarang sudah bisa diajak interaksi dengan normal, sudah kembali menjadi Anjani Kiara setelah hampir lima tahun menjadi seorang pesakitan. Kakaknya itu sekarang manggut-manggut merespon setiap ucapan mamanya yang asik bercerita sambil mengolesi selai cokelat ke roti tawar di piring Anjani.

Melihat itu semua, Davian tersenyum. Tiga tahun lalu, semua masih berantakan. Dan tepat delapan bulan belakangan, semuanya nyaris seperti mimpi di siang bolong bagi Davian.

"Kamu kenapa senyum-senyum gitu, Dav?" tanya Anjani, membuyarkan narasi dalam otaknya yang sedang bereuforia, mendadak buyar.

Sebagai balasan, Davian hanya menggeleng. Memakan rotinya yang belum ia sentuh sejak tadi.

"Kayaknya Davian ini harus ketemu sama pacarnya deh, Mam, biar nggak terus-terusan cengengesan begini setiap sarapan."

Heih, setiap sarapan? Anjani ini hiperbolis banget. Davian jadi sedikit tersentil, apa ia jadi sebodoh itu karena kebahagiaan ini?

"Pacar kamu itu yang mana, Dav? Papa sama Mama sering denger temen-temen kamu ngeledekin 'si artis gak pernah pulang', siapa sih?" kali ini Dewangga yang angkat bicara, sambil memasukkan potongan rotinya ke mulut dan menatap Davian dengan jenaka.

Cowok itu tersenyum miring. Pertanyaan ini selalu diajukan keluarganya selama dua bulan terakhir, gara-gara mulut sampah teman-teman SMA-nya yang masih sering berkunjung--terutama Orion--dengan tanpa berdosanya menyebar hal paling sentimentil dalam hidup Davian; membicarakan Readinata.

"Aku tuh, suka ngeri ngeliat Davian senyum miring kayak gitu, mukanya jadi mendadak antagonis," protes Anjani.

"Seharusnya, yang dipertemukan sama pacarnya itu Anjani, bukan Davian. Dia jadi bawel banget sekarang semenjak sering masuk tv." Davian balas protes, tak mau kalah.

Dewangga dan mamanya sama-sama tergelak, menertawakan protes-protes kecil yang dilontarkan anak-anak mereka--dan sekarang sudah dewasa.

"Tapi Papa nanya beneran loh, temen-temen Papa pernah ngomongin hubungan kamu dan pacar kamu itu."

Ya Tuhan!!! Pacar darimana, jadian juga belum. Batin Davian protes, dia jengah dituduh sebagai pacarnya Readinata, karena kenyataannya Davian tidak bisa sebebas itu mendeklarasikan statusnya, atau mungkin belum.

Semenjak Rea meninggalkannya untuk mengejar cita-cita, Davian memang sangat membatasi dirinya. Setengah mati ia mengurung rasa rindu itu, membisukan segala info terkait Readinata.

Dipikirnya, rasa yang dulu pernah ada akan memudar setelah kepergian Readinata, tapi ternyata Davian salah besar. Rasa yang tak sempat memiliki itu bertumbuh semakin besar. Terlebih, dua tahun belakangan ia tak bertemu dengan si pemilik hati dan pikirannya itu.

"Udah, Pa ... nggak usah dicecar gitu, nanti kalo udah waktunya pasti Davian bawa pacarnya ke rumah ini. Iya kan, Dav?"

Mendadak jantung Davian serasa mencelos menanggapi ucapan mamanya barusan. Karena yang jadi masalah adalah; Davian setia menunggu hingga sekarang, apakah Rea juga sudi untuk menunggunya yang telah menghilang tanpa kejelasan? Sedangkan siapapun tahu, Readinata adalah cewek yang memiliki kharisma terbaik dimana pun dia berada.

SatintailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang