Part 28 : Author Pov

1.1K 84 6
                                    


Perempuan itu duduk termangu melihat seseorang yang tengah terbaring di hadapannya. Garis keriput yang menghiasi wajahnya seakan menandakan bahwa dia sedang berpikir keras. Dosa apa yang dulu dia lakukan hingga kini keluarga hangatnya terancam kandas. Bibir itu berkedut membingkai senyuman terlihat sekali jika itu terlalu dipaksakan.

Tubuhnya terperanjat ketika seseorang mengelus bahunya. Sontak ia melihat ke arah samping dan ternyata dia kedatangan sang putra yang menjadi kekuatan baginya untuk bertahan hidup selain dari suaminya.

"Istirahatlah Ibu. Aku yang akan menjaga Ayah disini" ucap Rizky dengan lembut.

Ika menggeleng. Dia tahu bahwa Rizky pun sama lelahnya dengannya karena sedari pagi anaknya itu telah banyak membuang energi untuk bekerja mengurusi kantor yang terancam bangkrut.

"Kamu yang lebih lelah pulang ngantor malah ke rumah sakit"

Rizky terkekeh melihat Ibu dihadapannya.
"Sudahlah Ibuku sayang. Aku ini seorang laki-laki yang tentunya energi yang ku miliki dua kali lipat dari perempuan. Cepat di parkiran sudah ada supir yang menunggu"

Ika selalu kalah jika harus beradu argumen bersama anaknya. Kali ini ia pun harus melakukan perintah dari anaknya tercinta.

Setelah merapihkan semua barangnya dan memastikan tidak ada yang tertinggal Ika pun pergi meninggalkan sang suami serta Rizky yang akan menjaga nya.

Setelah kepergian Ibunya Rizky kini duduk menggantikan nya. Hari yang berat dan seakan semakin bertambah berat. Ia memikirkan tentang segala masalahnya. Masalah Dinda, ayahnya dan kantor yang terancam bangkrut. Seakan waktu tak memberikannya untuk bernafas masalah yang melanda semakin bertambah.

Bagaimana caranya agar ia bisa mencari client yang akan menanam saham di perusahaan yang terancam bangkrut walaupun ada mungkin orang tersebut adalah orang bodoh. Jika Rizky lalai sedikit saja perusahaan yang ayahnya bangun sedari nol akan hancur seketika.

Rizky mengacak rambutnya dengan frustasi. Apa yang harus ia lakukan? Jiwa seakan tak mampu untuk bertahan jika ia tak mengingat orang di sekelilingnya mungkin saja ia akan ditemukan mati dengan tali yang melilit lehernya.

Kriiiet...

Suara gesekan pintu terdengar oleh nya ketika ia melihat siapa yang datang ia pun langsung tersenyum pada nya.

"Kamu ngapain kesini, Febby?" tanya Rizky basa-basi.

Febby pun tersenyum mendengar orang yang selama ini dikasihinya.
"Tadi Ibu kamu bilang sama aku untuk mengantarkan makanan untukmu"

Febby duduk diatas sofa sisi pojok ruangan tersebut serta menyimpan barang yang dibawanya di atas meja yang ada di hadapannya.

"Ayo kamu harus makan aku sudah membawakan makanan kesukaanmu" ucapnya dengan riang.

Rizky pun tersenyum melihat sahabat kecilnya. Dia pun berjalan menghampiri nya dan duduk di samping Febby.

Dengan cepat Rizky membuka makanan yang telah dibawa Febby untuknya dan melahapnya dengan rakus. Asal kalian tahu Rizky melupakan mengisi perutnya karena terlalu memikirkan masalahnya.

"Terimakasih" ucap Rizky setelah memakan makanan nya dan meneguk minum nya hingga habis.

Perutnya seakan nyaman ketika makananan menyapa nya.

"Tidak masalah. Jika kau menginginkan ku untuk membawakan makanan rutin untuk mu aku bersedia" jawab Febby dengan antusiasnya.

"Hmm.." Rizky hanya tersenyum membalas ocehan Febby.

"Rizky kau tahu aku sangat mencintaimu. Entah salah atau tidak aku mengungkapkan nya padamu tapi kurasa kau harus tahu di sini aku selalu menunggumu" ucap Febby sambil menggenggam tangan Rizky.

Marriage? (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang