Part 33 : Author Pov

1K 83 4
                                    


"Kenapa Ibu tidak bilang kondisi nya telah berubah. Apa Ibu sudah tidak menganggapku sebagai anak Ibu lagi?" tanya Nazar begitu kecewa.

"Bukan itu maksud nya, Ibu hanya tidak ingin menambah pikiran kalut mu"

"Tapi kan harusnya Ibu bilang bagaimana pun Ibu tetap tanggung jawabku"

"Maaf"

Nazar kemudian tersadar telah tersulut emosi. Dia mencoba menahannya, kembali dia melihat Ibunya sedang tertunduk tak enak hati akhirnya Nazar membawa Ika pada pelukannya.

"Maafkan aku juga" lirih Nazar.

Tiba-Tiba ada seseorang yang memakai jas putih menghampiri mereka sontak mereka pun berdiri menghadapnya.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?" tanya Ika begitu terburu.

"Apa Rizky baik-baik saja?" kini Nazar bertanya.

Dokter itu hanya menggeleng lemah. Seakan tahu apa artinya mereka pun menghela kecewa, ada kesedihan disana dan rasanya begitu sakit. Bagaimana pun Rizky adalah anak kebanggaannya. Ika menangis dalam pelukan Nazar begitu pun pria yang memeluknya mencoba tegar walaupun air mata saling berteriak untuk dikeluarkan.

"Pasien bernama Rizky harus menjalani masa komanya setelah banyak darah yang dikeluarkan" penjelasan Dokter membawa Ika kembali kedalam realitasnya.

"Kapan anak saya..hiks.. Bisa sadar dok"

"Kita harus berdoa saja, tubuhnya sangat mendukung untuk dia sadar namun.."

"Namun? Namun apa dok tolong jelaskan pada saya"

"Namun Rizky sendiri tidak ingin terbangun dari alam bawah sadarnya"

______________________________


"Apa kau merasa baikkan?" tanya Fero dengan khawatir.

Dinda hanya mengangguk kemudian meminum sedikit segelas air putih yang diberikan oleh Fero.

"Ada-ada saja kenapa pingsan di kamar mandi. Pilih-pilih dong, di hotel, di villa , ini malah di kamar mandi. Gimana kalo aku gak nemuin kamu bisa tamat nih cerita"

Dinda mengabaikan ocehan Fero yang membuat telinga nya jengah.

"Hey.. Di ceramahin malah diam"

Dinda kembali mendelik menatap Fero dengan sengit.
"Kamu bisa diam atau tidak!" bentak Dinda membuat Fero terkejut padanya.

"Ka.."

Belum saja membalas bentakan perempuan itu tiba-tiba handphone Fero berdering. Fero mengambil benda pipih tersebut dalam saku celananya kemudian mengangkat panggilan yang tertera dilayar ponselnya.

Air wajah nya berubah setelah mengangkat panggilan yang Dinda tidak ketahui, belum saja Dinda bertanya kenapa,pria tersebut lebih dulu meninggalkan nya tanpa sepatah katapun membuat Dinda semakin penasaran.

"Aneh" gumam Dinda.

Entahlah suasana hatinya kini sedang berubah, Ada sesuatu yang mengganjal dalam benak nya sebuah kecemasan pada seseorang tapi pada siapa?

"Semoga ini bukan pertanda buruk"

______________________________

Suara pemacu jantung mendominasi ruangan serba putih tersebut. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah sosok Rizky yang sudah terbaring lemah di suatu bankar. Mata yang terbuka tanpa berkedip dengan kesadaran yang tak kunjung datang. Jauh di lubuk hati mereka tak tega untuk melihatnya.

Marriage? (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang