Part 23

1.4K 94 10
                                    

"Kenapa kau menangis?" tanya seseorang di sampingku.

Aku menatapnya dengan nanar dan menggelengkan kepalaku. Entahlah bagaimana dengan perasaanku saat ini. Aku senang mendengar kabar bahagia ini namun di sisi lain aku mencemaskan jika Rizky tak bisa menerima anak ini nantinya melihat perlakuan Rizky terhadapku akhir-akhir ini.

"Dokter sepertinya sekarang aku butuh makanan. Aku takut jika terjadi apa-apa dengan janinku karena akhir-akhir ini aku melupakan makan" ucap ku mengalihkan pembicaraan.

Dokter itu hanya tersenyum manis.
"Kau beruntung mempunyai suami yang begitu mencintaimu. Setelah tahu kondisi mu dia langsung pergi mencari makanan dan menitipkanmu padaku. Wajahnya terlihat khawatir sekali"

"Suami?"

Dokter itu mengangguk dan tersenyum.
"Tadi dia bilang dia adalah suami mu,Kenapa? Ouh, pasti kalian sedang bertengkar. Hal lumrah dalam rumah tangga tapi jangan terlalu dipikirkan tidak baik untuk kandungan mu"

Aku hanya menanggapi namun tak ku cerna baik-baik. Pikiranku jauh melayang dimana ketika ada seseorang yang menolongku ketika aku pingsan di jalanan. Apa itu Rizky? Aku tak bisa melihatnya dengan jelas karena pandangan ku lebih dulu menjadi gelap tapi Jika benar yang menolongku adalah Rizky berarti semalam dia kembali untuk menjemputku.

Ada sesuatu yang membuat hatiku bahagia. Alasan nya hanya satu. Rizky kembali. Sudah kuduga Rizky tidak mungkin tega dan aku yakin Rizky masih mencintaiku. Maafkan aku Rizky ternyata selama ini aku telah berpendapat buruk tentangmu.

Tak ku sadari sudut bibirku membentuk lengkungan dan itu cukup membuat dokter disampingku mengedipkan sebelah matanya.

"Ku rasa kalian pasangan yang romantis" Aku pun berharap begitu.

Aku hanya bisa berharap hubungan kita membaik. Bukannya sebuah hubungan pasti bisa diperbaiki selagi kedua pasangan tersebut mau dan ingin memperbaiki nya. Tapi bagaimana hanya aku yang ingin hubungan kita membaik tanpa ada Rizky di dalamnya.

Tidak. Rizky pasti ingin memperbaiki hubungan kami tindakannya kali ini membuktikan bahwa dia ingin semuanya membaik.

Suara ketukan pintu terdengar disusul dengan decitan pintu terbuka. Aku tak langsung melihatnya karena sebelum mengalihkan pandangan ku ke arah pintu dokter Elina lebih dulu bicara padaku.

"Suami mu sudah datang kini tugasku sudah selesai. Aku pergi dulu" pamitnya yang langsung ku balas dengan anggukan.

Aku menengok ke arah pintu dimana telah menghilangkan sosok dokter dari pandangan. Ku lihat seseorang masuk dan menutup pintu.

Aku pasti bisa menghadapinya. Ayo tunjukan senyum tiga jari mu.

"Riz....ky"

Aku terpaku. Tiba-tiba lidahku kelu tak mampu mengucapkan kata satupun. Aku melihatnya tersenyum padaku dan melangkah mendekat padaku. Aku tak bisa berpikir jernih hanya bisa melihat setiap pergerakannya, senyumku pun hilang perlahan entah kemana.

Dia bukan orang yang aku harapkan saat ini.

"Bagaimana kondisi mu?" tanya nya mulai duduk di sisi bankar tempat ku tertidur.

"Lebih baik" lirihku kemudian menunduk memutuskan tatapan ku padanya.

"Pertama aku melihat mu dengan kondisi mengenaskan dengan gaun pernikahanmu sekarang aku menemukan mu dengan kondisi mengenaskan dengan anakmu. Nanti aku akan menemukan kondisi mu seperti apa?" ucapnya dengan nada bercanda.

Marriage? (Completed) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang