Note: gua mau minta maaf karena baru sempet ngelanjutin cerita ini. Dan, maaf banget karena sebagian cerita gua rombak ulang. Ada beberapa scene yang gua tmbah atau hilangkan. Karena itu, cerita yg lain akan gua unpublish dan bakal gua publish ulang secara berturut2 beberapa hari ini hingga part akhir.
...
Warning : sebagian adegan adalah 18+, diharap yang masih bocah bisa menyikapi dengan bijak.
=============
Aku seakan di padang rumput ilalang hijau dengan angin sepoi-sepoi, bersandar di bawah atap pohon rindang. Melenakan, dan menghipnotis semua persendian.
=============
Kakiku yang kesemutan melintang di atas meja sambil terkikik geli pada Toy Story yang di rerun oleh salah satu station tv. Stiletto hitam berserakan di lantai dan aku masih sangat malas meletakkan di rak sepatu kami. Lelah.
Aku baru saja pulang setelah mengitari Bandung seharian. Jam delapan malam ini mungkin akan lebih menyenangkan bila aku bergabung dengan para bubble bath juga hangatnya air di kulitku. Itu surga dunia yang lain, selain berjingkrak di bawah lampu diskotik. Tapi ternyata, niat bersandar sebentar pada sofa menjadikanku seorang pemalas meski hanya untuk menyepak sepatu ini keluar dari karpet. Di tambah dengan serial kartun yang tak berhenti membuatku tertawa geli.
“Are you happy today?” Sebuah suara pria—yang aku sangat tahu siapa, menghentikan tawa ini. Aku menoleh padanya yang sedang berdiri di tengah mini bar di dapur kami dengan segelas L-men, dan bertelanjang dada. Sebuah celana olahraga yang sangat pas di pinggulnya, perut yang membentuk menjadi lima kotak dan dada yang selalu menjadi area favoritku setiap bercumbu. Dia seharusnya menjadi model susu itu dari pada cuma mengkonsumsinya setiap hari.
“Enggak sayang, aku capek. Lihat! kakiku kram.” Aku memberi wajah cemberut yang manja dan mengerakkan jari-jari kakiku yang berkutek.
Telingaku menangkap tarikan napas Sammy yang berat, seperti setiap kali ia sumpek dengan kasus yang ditanganinya. Susunya masih tersisa setengah saat lelakiku meletakkan sembarangan di atas meja bar dan lalu berjalan ke arahku dengan kedua tangannya yang terpendam di saku training.
“Seharusnya enak kan kalo ada yang antar jemput?” suara Sammy mulai berubah lebih kaku, dan terdengar berbahaya.
Apaan sih maksudnya?
“Hm? Kamu ngomong tentang siapa sih?”
“Menurut kamu tentang siapa lagi? Kamu dan juniormu lah!” Wajah Sammy terlihat menegang, marah.
“Honey, kamu tau kan beberapa minggu ini aku harus bolak-balik ke kantor klien yang di luar kota. Biasanya juga kamu gak masalah meski partner aku cowok, gak ada bedanya, Sam!” aku berkata dengan hati-hati, dan tak ingin mengkonfrontasi Sammy.
Harus bolak-balik ke luar kota dan mengurus laporannya setelah itu, cukup menguras semua pikiran dan tenagaku. Malas rasanya bila harus bertengkar di rumah hanya karena kecemburuan Sammy yang tanpa alasan yang jelas.
“Lagian, Ryo rumahnya searah. Syukurkan, aku jadi gak ribet.”
“Bersyukur, dengan kamu suka, itu peda tipis Ren!”
“Honey, kamu yang bener aja dong! Masak aku selingkuh ama Ryo, dia itu jauh di bawah aku,” aku menahan emosi, walaupun tak menyangkal suaraku mulai ketus. Benar-benar sambutan yang ‘menyenangkan’ sepulang kerja.
“Lagian Ryo juga tahu kalo aku udah punya kamu!”
“Dari cara dia mandang kamu, aku tahu dia punya perasaan buat kamu!” Sammy tak mau kalah berargumentasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (END)
General FictionWaktu adalah hal yang tidak bisa kau ukur. Tak bisa kau terka... Aku disiksa setiap malam oleh waktu. Dia menunjukkan satu hal yang tak bisa kukira awal dan akhirnya... Pria itu datang dan pergi seperti aku rumah peristirahatan yang kosong. taman te...