[36] : Anyer with friends 2

1.8K 145 0
                                    

“Mbak Renata kayaknya deket banget ama Ryo! Padahal dulu kelihatan gak akur.” Tandas Cindy ketika kami berbarengan memasuki kamar. Sudah pukul setengah dua pagi, pantai semakin sepi jadi kami memutuskan kembali ke resort.

“Wajar… kami kan parnert kerja.” Aku menyahut sembari berbaring ke kasur. Dari sudut mata aku bisa melihat raut sinis Cindy. Dari awal aku tahu gadis itu menganggapku gangguan sejak aku dan Ryo satu team. Flirting-flirting-nya sangat jelas terlihat, bahkan tadi dengan manja dia tidur di pangkuan Ryo sambil menatap langit yang dipenuhi kembang api.

“Mbak Ren juga tahu kalo di kantor banyak yang suka sama Ryo?... Wajar sih, Ryo itu terlalu ramah, terlalu baik, dan gampang senyum sama orang.” Cindy tak berhenti berkicau, bahkan saat dia sibuk menghapus make up tipis di wajahnya. “Dari awal aku kenal Ryo, aku yakin dia bakal jadi Casanova, tapi agak kaget juga karena sampai sekarang dia belum punya pacar. Kadang malah dia ajak aku nonton atau hunting coffe shop… hahaha, aneh ya kenapa dia gak cari pacar aja cobak!"

Mata Cindy berserobok dengan mataku yang masih mengamatinya. Gadis itu tersenyum miring—padaku. Lalu melengos. Apa yang dia katakan seakan menyiratkan ‘Lo-jangan-harap-deket-ama-Ryo-karena-gua-yang-duluan.

Aku bangkit mengambil notebook yang sengaja kubawa, dan kembali duduk diatas kasur. Lebih baik berkutat dengan pekerjaan daripada mendengar ocehan Cindy.

“Apa mbak Renata tertarik dengan Ryo?”

Gerakan tanganku pada keyboard berhenti. Aku tidak percaya dia bakal menanyakan itu padaku. “Ya, saya tertarik… kenapa tidak?”

Entah bagaimana aku menjelaskan ekspresi Cindy saat ini. Terkejut. Dengan mulut sedikit terbuka. Bahkan sedikit terlihat marah. Matanya menatap tajam padaku, seperti aku target makanannya.

Sejenak aku membenarkan letak beberapa helai rambut yang menutupi mata sebelum kembali pada laporan keuangan.

“Bisakah kamu tidur saja, saya mau melanjutkan pekerjaan!” tambahku masih dengan kalimat formal. Sungguh aku sedang tidak ingin berbasa basi. Masa bodoh, cewek itu benci setengah mampus padaku setelah pulang dari liburan ini.

===============

Waktu berlalu begitu saja dalam keheningan. Cindy sudah meringkuk di kasurnya beberapa jam yang lalu, tepat setelah aku meminta padanya. Aku bisa merasakan dia kesal sekali, bahkan sebelum beranjak dari meja rias, gadis itu melempar sesuatu ke tempat sampah hingga menimbulkan bunyi yang memekak telinga.

Aku masih berkutat dengan laporan keuangan klien-klienku. Yang seharusnya kukerjakan dengan Ryo nanti setelah liburan. Tapi rasa kantuk yang tidak datang juga, aku berinisiatif mengerjakan sendiri. Mungkin insomnia ini sedikit fatal. Namun setidaknya, aku tidak harus terbangun dengan berteriak saat ada orang asing yang satu ruangan denganku.

Aku merenggangkan persedian yang kaku ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah lima lewat sedikit.  Sebuah ide terlintas dan aku segera mematikan computer. Beranjak dari tempat tidur, juga melapisi dress dengan  sweater rajut warna navy. Dress yang semalam kupakai dan aku malas untuk menggantinya.

Udara dingin segera menusuk kaki telanjakku saat menginjak butiran pasir putih di bibir pantai. Air surut menampakkan karang-karang. Bahkan aku bisa melihat beberapa cangkang kerang juga ubur-ubur di permukaan pantai yang terbawa ombak semalam. Jejak mendung semalam tak tersisa, aku bisa melihat puluhan bintang di atas sana yang seperti permata.

Hanya ada aku, pagi buta, dan deburan ombak yang memecah telinga.

Tahun baru, kembali otakku mengingatkan. Hatiku terenyuh mengulang kata itu. Apa yang kulakukan tahun lalu? apa yang terjadi tahun lalu?

Last Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang