Special Capther : #Bara [2]

1.7K 130 3
                                    

Sesampai di Hotel gua langsung menghubungi Jerry, asisten gua yang ternyata belum pulang.

Pada dering ke tiga bocah itu baru mengangkatnya.

"Dimana loe, Sat?"

"Elah Bos, loe ganggu gua aja. Baru selesai nih!" Jawabnya dengan suara serak.

"Awas loe telat nemuin gua nanti. Gua tunggu jam satu."

"Iya,iya. Ngomong-ngomong, pak Garda nanyain kapan loe balik. Rabu bisa gak?"

Gua terdiam sejenak dan berpikir. "Kamis gua baru masuk kantor."

"Jadi kita gak pulang minggu depan nih? Liburan dulu lah bos."

"Liburan mata loe! Kalo gak karena Sandy gua gak bakal kesini!" Tutup gua segera. Dan langsung membanting ponsel ke atas tempat tidur.

Gua menghabiskan setengah jam di kamar mandi sebelum akhirnya berbaring.

Entah beberapa menit setelah itu gua yang baru saja terlelap dipaksa mendengarkan telepon kamar hotel berbunyi dan mau tidak mau harus mengangkatnya.

"Halo?" Sapa gua malas-malasan

"Halo dengan bapak Aji?"

"Iya saya sendiri."

"Ada telepon masuk untuk bapak dan apa bisa saya menyambungkannya?

"Hhmm."

"Maaf bapak?"

"Iya!" Kantuk gua tak tertahankan. Dan berharap telepon ini segera berakhir.

"Halo, Jie!" Suara di seberang sana yang sangat gua kenal memulihkan kesadaran gua.

"Jie Halo? Halo Jie! Jangan coba-coba kamu matiin telepon aku lagi!"

"Kenapa sih? Aku ngantuk! Bisa kamu telepon aku nanti siang aja?" Gua bersiap menjauhkan gagang telepon, namun gadis di seberang sana berteriak marah.

"Aku gak terima alasan lagi Jie, sekali lagi kamu berbuat semena-mena sama aku. Kamu akan menyesal. Kamu tahu itu lebih dari apapun."

"SHITT... udah selesai? Bisakan loe kembali waras, gua gak akan biarin sesuatu terjadi lagi. Dan jangan hubungin gua di malam hari!"

Gua membanting gagang telepon ke tempatnya.

Dasar wanita brengsek!

=======

Dua hari di Medan rasanya lebih panjang dari dua tahun di Jepang. Gua cuma menghabiskan waktu nongkrong dengan Sandy  dan selebihnya mengadakan kunjungan mendadak ke kantor cabang--ini salah satu alasan yang gua pakai agar bisa terbang ke kota ini.

Dua tahun ini, gua mulai melepaskan dunia nge-Dj dan beralih jadi karyawan kantoran. Sekali lagi, ini juga karena nyokap. Selain itu setidaknya gua bisa mengapresiasikan gelar yang gua kejar selama enam tahun di Jepang.

Sebenarnya itu bukan sesuatu yang patut gua banggakan, karena kalau boleh jujur, dunia hiburan lebih menyenangkan.

Gua bisa leluasa memilih job, waktu yang tidak terbatas, uang yang banyak dan pemandangan yang selalu menarik (baca : cewek cantik). Sudah pasti karyawan kantoran buka pilihan, ya walaupun gua bukan babu juga. Tapi, duduk delapan jam sehari--belum termasuk lembur, memeriksa laporan-laporan yang tidak ada habisnya, meeting-meeting yang menguras otak, kadang gua hampir gila dengan semua itu.

Hanya saja, yang selalu gua ingat adalah disitulah tempat gua berada. Yang sudah menjadi titah.

"Loe langsung ke kantor bos!" Suara Jerry yang sedang menyetir memaksa gua yang sedang sibuk dengan ipad untuk mendongak ke arahnya.

Last Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang