[4] : TRUE FRIENDS

5.6K 293 5
                                    

"Hai, sorry telat!" aku menghampiri Lisa yang duduk seorang diri dengan menyilangkan kakinya. Di atas meja dua cangkir kopi masih mengepul, dan masih penuh. Aku menoleh kiri kanan tanpa mendapati orang lain selain Lisa dan deretan gaun-gaun cantik yang mendominasi ruangan.

"Mana Claud? Kok lo sendirian!" bokongku sudah menclok di salah satu single sofa di depan samping Lisa. Gadis itu segera mematikan rokoknya.

"Didalam, lagi nyobain gaun!" tunjuk Lisa kearah cermin vertical seukuran pintu menggunakan dagunya. Aku mengasumsi itu adalah ruang pas.

"Oh!"

"Abis ini gua, baru lo!"

Aku mendelik. "Buat apaan?"

"Ya buat nyocokin bajulah, masak buat mandi!"

"Ya, tauk gua... maksudnya gua gak butuh baju baru. Gak sekarang!"

"Tauk tuh si Claudy, tiba-tiba pengen nraktir baju katanya!"
Belum sempat aku bertanya lagi. Claudy dan seorang wanita entah siapa keluar dari ruang ganti. Wajah sumringah sahabatku itu tidak pernah berhenti. Bahkan cenderung seperti anak SMA.

"Telat lo!" tembaknya setelah melihat padaku.

"Hehehe, ya gak papa kali. Kalian sih ngasih taunya dadakan."

"Jangan bilang lo lagi in the hoy ama Sammy saat gua telpon?" tanya Lisa dengan raut penasaran.

"Gaklah... gua ama dia lagi perang dingin!"

"Kenapa?" respon Lisa cepat. Sebelum aku menjawab, Claudy keburu menimpali, "jadi bebas dong lo buat acara jumat depan!"

"Eh bentar deh... kenalin ini temen gua yang punya butik ini, namanya Winda!" lanjutnya lagi.

Aku dan gadis bernama Winda saling melempar senyum dan berjabat tangan.

"Renata."

"Winda ini temen kuliah gua di LA dulu."

"Lo mau minum apa Ren, gua siapin dulu?!" tanya Winda dengan ramah. Memang kelihatan sih dari raut wajahnya, beda dengan Claudy yang dari jauh pun kelihatan kalau pecicilan. Bahkan walaupun berambut bob pirang dan ditempeli barang-barang mewah, Winda masih terlihat sederhana tapi berkelas.

"Gak usah repot-repot Win, ini aja cukup!" aku segera menyesap expresso entah milik siapa. Aku menebak sih Lisa, diakan yang paling suka kopi.

"Apaan sih, gak ngerepotin! Bentar ya...!" gadis itu pun beranjak kebelakang.

"Acara apaan sih?" aku tak bisa menahan rasa penasaran yang sejak tadi melingkupi, dan ingin segera tahu maksud Claudy membelikan kami baju.

"Iya, apaan sih Claud, dari tadi lo gak ngasih tahu!" Lisa berujar keki sambil mengarahkan pandang pada Claudy tanpa kedip.

"Emang gua sengaja, biar kalian penasaran kayak gini!"
Aku dan Lisa mendengus berbarengan.

"Rinda, temen gua SMA mau ngadain ultah di Empirica, dan lo berdua juga di undang."

"Rinda senior gua itu!"

"He em!" angguk Claudy.

"Rinda siapa sih?" aku jadi bingung sendiri. Merasa jadi orang asing di antara mereka.

"Itu loh Ren anak jurusan psikologi yang jadi Miss kampus dulu." Lisa menimpali. Aku memandang Lisa lagi dengan masih penuh kebingungan. Kenyataan bahwa aku pindahan waktu itu tidak begitu mengenal mahluk-mahluk populer.

"Kok gua di undang, kan dia gak kenal gua!"

"Ya gua yang bilang, kalo gua temen lo!" ujar Claudy sambil menyalakan rokok.

Last Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang