...
BUKK
"Arrggh, Bara Ryo tolong berhenti!!!" Untuk kesekian kalinya aku berteriak saat Ryo mulai menghantam jab-nya yang pertama pada Bara.
"Bangsat!!" Aku mengenali suara Bara memaki. Bibirnya memar dihantam tangan Ryo. Dia juga jatuh terduduk.
"Kamu lihat pengecut ini? Kamu harusnya bisa pilih-pilih dulu sebelum deket sama orang."
BUKK
BUKK
BUKK
"Gue gak minat berkelahi dengan anak kecil kayak loe!" Bentak Bara yang akhirnya membalas tiga pukulan di rahang Ryo. "Sebaiknya loe jangan banyak bertingkah, dan loe gak berhak mengatur Renata buat dekat sama siapapun."
Ryo beranjak dari tempatnya dan akan menerjang Bara lagi. Aku yang sejak tadi was-was segera melemparkan diri kearah Ryo, memeluk punggungnya
"CUKUP!!! PLEASE BERHENTI KALIAN!" suaraku sudah mulai serak karena menjerit sejak mereka mulai adu pukul.
"Lepasin aku Ren, aku harus kasih pelajaran untuk cowok yang tanpa izin mengajak jalan tunanganku."
Tangan ini semakin ketat memeluk Ryo, dan sebisa mungkin menyembunyikan wajahku. Aku yang tidak sanggup menatap Bara sekarang, karena aku yakin mereka saling kenal.
"Jadi kamu tunangan sama dia Tak?" Bara terdengar menggeram.
"Salah?" Sahut Ryo terdengar sinis. Aku bisa membayangkan senyum di wajahnya.
"Salah. Karena gue gak bisa biarin Renata ada dengan orang licik kayak loe!"
"Setidaknya gue gak akan nyakitin Ren seperti loe buang cewek-cewek loe atau... kakak gue!"
Aku terkesiap. Kakak Ryo? Yang sedang sakit?
Aku mendengar suara tawa kecil Bara. "Ehmm, jangan bawa-bawa kakak loe. Karena loe bakal nyesel."
"Brengsek!! Loe nantangin gue?" Ryo melepaskan diri dari ku, dengan gerakan cepat sampai aku hampir tak sadar dia sudah memukul Bara.
"Aarrghh.... stop!!"
Aku berlari memisahkan Bara dan Ryo yang kembali saling pukul.
"Bar, udah... aku mohon!" Ucapku memelas saat melihat Bara tak berhenti memukul Ryo.
"Please Bar!!" Mohonku sembari memeluk kepala Ryo. Mataku yang sejak tadi berkaca-kaca akhirnya pecah saat melihat raut wajah Bara yang menatapku dengan sendu.
"Kamu gak seharusnya bersama orang seperti dia Tak!" Katanya pelan, lalu perhatiannya pindah pada Ryo yang sudah babak belur, "gue gak akan lepasin loe gitu aja Yo!"
Bara berbalik dan aku hanya terdiam melihat punggungnya menjauh. Pundaknya menurun putus asa, juga kaos putihnya yang kotor setelah terbaring di aspal. Rasanya ada yang mengiris hatiku, tapi aku tak bisa membuat pilihan.
==========
"Aku udah bilang, kan... aku sama Bara cuma teman." Jawabku gusar setelah dengan cukup sabar mendengar berondongan pertanyaan Ryo.
"Sejak kapan kalian berteman?"
"Beberapa bulan yang lalu, tapi hubungan kami gak seperti yang kamu pikirin Yo!"
"Gimana pun itu Ren, kita itu udah mau nikah, dan kamu jalan sama pria lain tanpa sepengetahuan aku, dan yang gak aku habis pikir itu si brengsek Bara."
"Kayaknya kamu sedikit keterlaluan menyebut Bara seperti itu."
"Kamu gak tahu apa-apa Ren, kerjaan dia cuma main perempuan dan hura-hura di club. Aku jadi heran kenapa kakak aku ngotot mau tunangan sama dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love (END)
General FictionWaktu adalah hal yang tidak bisa kau ukur. Tak bisa kau terka... Aku disiksa setiap malam oleh waktu. Dia menunjukkan satu hal yang tak bisa kukira awal dan akhirnya... Pria itu datang dan pergi seperti aku rumah peristirahatan yang kosong. taman te...