[10] : Hangover

3.7K 218 1
                                    

"Kakak Rinda cakep ya, semacem idola kampus gitu!" kehisteriaan Claudy yang sedang terperangkap 'pesona pandangan pertama', membuyarkan lamunanku. Rinda dan sang kakak sudah berlalu beberapa menit yang lalu.

"Masa sih?" aku menyahut malas, untuk kesekian kalinya meneguk langsung satu slot Wisky.

"Girl, elo minum udah kayak dehidrasi tau gak!" tatapan Claudy terkesan heran dan ngeri.

"Masa sih?" aku mengangkat bahu dan menuang untuk slot yang lain.

"Seriously, loe gak papakan Ren? Kayaknya baru kemaren bilang, mau tobat!"

"Hihihi, Tobat your ass!" aku terkikik, geli sekali mendengar ucapan Claudy.

Claudy merebut gelas yang sebentar lagi menempel di bibirku. "Loe kenapa sih Ren, kacau banget tau gak?! Lagi berantem ama Sammy?"

Aku mendengus. "Jangan bahas Sammy deh, dia pasti lagi seneng-seneng malam ini!"

"Maksud loe?"

Jari telunjukku mendarat di bibir Claudy. "Just shat up! Gua malas bahas!"

Aku  segera menelan alkohol yang memenuhi gelas kecil--yang baru saja kuanggurkan--sebelum ditahan Claudy. Sahabatku ini hanya bisa menyipitkan mata, memandang seperti aku adalah makhluk aneh dan langka yang baru ia temukan.

"Kayaknya kita harus cari Lisa deh, Claud!" usulku mengalihkan perhatian Claudy yang tak berhenti menatapku.

Musik semakin dentum, lantai dansa semakin memanas. Dj mulai menyebarkan energinya ke seluruh pengunjung club. Rasanya aku juga ingin menghentak-hentakkan kepala di bawah lampu disko.

Claudy menepuk kepalanya seakan baru tersadar akan sesuatu. Ia segera bangkit dan bergegas menyeruak kerumunan. Aku menurutkan kaki untuk segera menyusul Claudy. Pertama kali menjejak lantai rasa menyelekit di kepala langsung menyerang. Aku sedikit sempoyongan dan hampir jatuh, namun, sayangnya ada tangan yang menyanggahku.

"Tak."

============

"Tak, kamu gak papa? Apa kabar?"

"Baik!"

"Gak nyangka ketemu kamu di tempat ini, surprise banget."

Itu percakapanku lima menit lalu dengan Bram. Lelaki yang menyanggaku sebelum aku benar-benar terjerembab di lantai. Obrolan yang langsung kuputus, setelah mendapat sms dari Claudy tentang Lisa. Kesempatan untuk pergi.

Jadi, disinilah aku berada. Salah satu sudut yang lebih gelap dari yang lain. Tempat dimana dia tak menemukanku –lagi. Tempat aku tak melihatnya –lagi.

"Ren... udah deh minumnya, gua gak mau nyeret-nyeret dua orang mabuk malam ini!" teriak Claudy di tengah dentuman yang semakin keras. Matanya menyipit kesal padaku dan Lisa yang sudah mulai mabuk.

"Udah, loe terusin aja party-nya. Gua jagain Lisa disini dan gak bakal mabuk!" tukasku meski sedikit ragu bila melihat sudah berapa gelas yang kuhabiskan malam ini.

"Loe yakin?"

"Iye..." aku menutupi keraguan Claudy dengan cengiran.

"Udah deh... pergi sana loe! Gua mau redain mabuk gua dulu, nanti gua susulin loe buat nemuin DJ ganteng yang disana nohh..." racau Lisa sambil menunjuk tanpa arah.

Aku terkikik geli. Meskipun, nyatanya malam ini tidak seperti itu. Tawaku hanya selingan. Pada diriku sendiri, aku menunjukkan semuanya baik-baik saja, masih terus berjalan tanpa membelok keluar garis. Membohongi diri sendiri kadang adalah ahliku yang lain.

Last Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang