Chapter 6

2.9K 251 0
                                    

"Kok elo berurusan sama Zandar sih?" Tanya Alvin kesal.

Meskipun ia juga terengah - engah. Tapi masih sempat pemuda itu mengomel.

Membuatku balas menatapnya kesal.

"Sempet ya elo ngomel" jawabku ketus .

"Gue gak ngomel Haniah" jawab Alvin dengan penekanan menjengkelkan ditiap katanya.

"Serahdah! Omong - omong makasih atas pertolongan lo" ucapku sambil menatap pohon yang melindungi kami dari sinar matahari.

"Bilang makasih itu jangan sama pohon tapi sama gue"

Dengan wajah semakin ditekuk aku menatap Alvin.

"Makasih"

"Yo!!" Ucap seseorang sambil merangkulku sok akrab.

Aku yakin dia pasti Elang.

"Ngapain lo?" Tanya Alvin sambil menatap Elang tak suka.

"Lo masih marah masalah pipi lo?"

Elang menoel pipi Alvin yang kemarin sempat membiru karena tonjokannya.

Lha sejak kapan pula Elang jongkok disamping Alvin.

Membuat Alvin sekarang mulai tidak menyukai keberadaan Elang. Ralat . Alvin memang akan selalu tidak menyukai keberadaan Elang karena ekspresi risih yang selalu menghiasi wajahnya jika bersama dengan Elang.

Dan yang terus dilakukan Elang membuat Alvin memalingkan wajahnya sambil mendengus kesal.

Memang siapa yang suka pipinua disentuh - sentuh dengan cara seperti itu? .

"BeTeWe , makasih ya udah nolong Hani"

Selesai berucap tak lupa sebuah pelukan Elang berikan pada Alvin.

Membuat Alvin yang sudah risih dengan keberadaan Elang menjadi semakin risih.

Melihat kelakuan mereka berdua membuatku terkekeh pelan.

"Lo pada imut dah"

Ucapku sambil memberikan jempolku.

"Idiiih amit - amit kali han"

Teriak Alvin sambil pergi meninggalkan kami.

Membuatku tersenyum tipis melihat Alvin yang pergi sambil berkomat kamit ria.

Alvin memang salah satu orang paling judes dikelas, tapi hal itu beralasan dan bisa dibilang Alvin itu orang yang baik.

Ah mungkin juga Alvin hanya merasa iba padaku.

Dulu sewaktu kelas sepuluh saat Iva dengan seenak jidatnya menyeretku pada keramaian dan  membuatku yang tidak suka keramaian menjadi gelisah.

aku bersikap layaknya ikan yang dipaksa bernafas di daratan bukan didalam air.

Dan tidak ada yang menyadari hal itu selain Alvin.

Yah aku juga tidak tau, tapi Alvin bilang ia itu seperti anak perempuan karena mempunyai firasat yang kuat dan menurut firasat Alvin aku adalah seorang introvert.

Dan yah itu benar.

Dan mungkin sejak saat itu Alvin mulai membantuku mencari ruang sendiri meskipun mungkin didasari dengan rasa iba.

Kepalaku menoleh kekanan dan kekiri membuat Elang yang entah kenapa sejak tadi diam mulai mengangkat suara.

"Nyari apaan?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Elang membuatku tersenyum kearah sumber suara.

"Gak ada, kekelas yuk!"

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang