Epilog

1.8K 101 13
                                    


Zandar menghempaskan kepalanya diatas meja dengan cukup keras hingga menimbulkan bunyi bruk, membuat Elang yang tadinya sibuk membaca koran dan sempat mengabaikan pemuda itu langsung berkacak pinggang.

"gak sakit itu kepala?" sindir Elang karena temannya yang satu itu telah mengganggu konsentrasinya, pemuda itu mulai melipat korannya dan menepuk bahu Zandar saat ia berjalan melewatinya.

"gue tau elo bosen, tapi kita gak bisa berkeliaran keluar dari kelas" pemuda itu mulai mencari sumber bacaan lain untuk mengisi waktu luangnya. Elang tersenyum saat menemukan buku paket matematika, pemuda itu mengeluarkan buku catatannya dan mulai mengerjakan soal yang ada didalam buku tersebut.

"elo sih ngajak – ngajakin gue main basket pas waktunya pemanasan, makanya kita disini" Zandar melipat tangannya diatas dada.

"iya – iya, gue minta maaf" Elang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, untuk sekarang pemuda itu hanya bisa nyengir lebar kearah Zandar, Elang merasa maklum jika Zandar merasa kesal padanya, betapa tidak! Mereka berdua sedang dihukum oleh pak Dirga guru olah raga yang mengajar kelas mereka dan kelas sebelas lainnya dikarenakan tidak mau mengikuti pemanasan yang beliau perintahkan dan lebih memilih bermain basket karena ajakan Elang.

"gak seru ih! Masa ia masih awal smester dua, hari gue udah buruk aja" Zandar mengusap wajahnya dengan kasar.

Pemuda itu tiba - tiba berdiri dan mengelilingi kelas dengan berlari kecil.

"enggak lelah itu kaki?" tanya Elang sambi menopang dagunya "perasaan hari elo buruk terus dah" Elang kembali menyindir Zandar dan tersenyum lebar.

"gue bosen Lang" Zandar membolak – balik halaman koran yang tadi Elang baca dengan malas, entah sebanyak apa energi Zandar yang masih tersisa hingga pemuda itu masih bisa menyibukkan dirinya dengan melakukan sesuatu yang tidaklah penting.

"ia gue tau elo bosen" Elang menuliskan rumus integral pada buku catatannya ia sudah tidak lagi memperhatikan apapun yang dilakukan oleh Zandar. Karens pemuda itu mulai sibuk menghitung jawaban dari soal yang ia tulis.

Elang memang suka belajar khususnya mata pelajaran matematika dan pemuda itu bisa menghabiskan waktu yang cukup lama jika sudah berkutat dengan soal matematika. Saat akan menyalin soal keenam pada buku coretannya Elang menjatuhkan pulpen miliknya dan langsung mengangkat kepalanya untuk melihat kearah Zandar.

mungkin saja pemuda itu kabur karena keadaan kelas yang tadinya ribut menjadi suyi seketika sejak beberapa saat yang lalu. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Disana, ditempat duduknya, Zandar sibuk melipat potongan kertas koran menjadi bentuk burung bangau, dan yang sedang Zandar lipat adalah yang ketiga. Elang bisa melihat dengan jelas kalau Zandar tersenyum tipis saat burung bangau ketiganya telah selesai.

"itu kertas koran sekarang berubah jadi serpihan sampah" gumam Elang.

"biarin! Gue cuman mau ngisi waktu luang kok" sahut Zandar cuek.

Saat Zandar akan melipat burung bangau keempatnya, ada adik kelas yang tiba – tiba datang kekelas mereka.

"kak! Katanya hukuman kalian udah selese, dan boleh kelapangan" .

Elang tersenyum lebar dan langsung membereskan alat tulisnya.

Dan Zandar sendiri sudah mengumpulkan burung bangau sekaligus serpihan sampah yang ia buat dari kertas koran itu ditangannya dan membawanya keluar untuk dimasukkan kedalam tempat sampah.

"susah bener sih dimasukinnya" gumam Zandar pelan. Pemuda itu memasukkan sedikit demi sedikit sampah yang ada ditangannya.

"ayok Zandar!" Elang menarik Zandar, membuat dau burung bangau yang masih tersisa ditangan Zandar terjatuh kelantai dan bukan tempat sampah.

"tapi itu sampahnya" Zandar menunjuk kearah dua bangau kertas buatannya.

"masa bodo lah! Nanti gimana kalo pak Dirga berubah pikiran" teriak Elang sambil masih menarik tangan Zandar.

Meskipun Elang suka belajar, tapi pemuda itu jauh lebih suka bermain basket. 

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang