Chapter 19

1.5K 116 3
                                    

Hani mulai memetikkan jarinya diatas senar gitar akustik yang sedang ia pegang, gadis itu menutup matanya dan mulai mengikuti alunan nada dengan ayunan tubuhnya. Hani tersenyum ditengah - tengah kegitannya.

Memainkan gitar memang bukan sesuatu yang sangat hebat, tapi setidaknya Hani bisa menikmati harinya dengan senyuman ditengah kesendirian dengan melakukan kegiatan itu.

Hani berhenti bermain dan memeluk gitar milik Alvin secara tiba - tiba ketika gadis itu mengingat kegiatannya bersama Zandar akhir - akhir ini, entah kenapa bulu kuduk Hani tiba - tiba meremang saat mengingat tatapan aneh semua orang dan betapa banyaknya orang - orang disekitarnya waktu itu.

"Gue kenapa?" Gumam Hani pelan sambil memegangi kepalanya, entah kenapa Hani merasa aneh dengan dirinya sendiri. "Zandar punya efek gila buat cewek introvert kayak gue" Hani tersenyum tipis dan meletakkan dagunya diatas badan gitar disamping pegangannya.

Gadis itu terus saja memeluk gitar milik Alvin. "Apa gue musti ngehindar dari Zandar ya?" Hani kembali berbicara pada dirinya sendiri.

"Tapi bukannya Zandar itu keras kepala ya?" Hani memonyongkan bibirnya tanpa sadar.

Ditengah pergulatan Hani dengan pikirannya, seseorang datang dan menepuk pundak Hani pelan. Membuat Hani langsung menegang dan berbalik untuk melihat si pelaku.

Dan dibelakangnya, Hani mendapati Elang yang sedang jongkok sambil melambaikan tangannya kearah gadis itu, membuat Hani memutar bola matanya malas.

"Elo tuh ya! Alvin bawa gitar buat dimainin bukannya dijadiin guling" Elang mendorong kepala Hani lalu mengambil gitar milik Alvin kembali.

"Mau lo bawa kemana itu gitar?" Hani ikut berdiri ketika melihat Elang berdiri, gadis itu memegang lengan seragam milik Elang .

"Gue bawa ke Alvin lah, orang di elo gak kepake juga kan" Elang berucap santai lalu membawa pergi gitar yang masih ingin Hani peluk itu. Meskipun Hani ingin untuk mengejar Elang, gadis itu terlalu malas hanya untuk sekedar berdiri dari duduknya.

....

Hani memasuki kelasnya dengan raut malas, jujur ia masih kesal dengan Elang yang seenak jidatnya membawa gitar milik Alvin. Dan ketika gadis itu melihat Alvin sedang bermain gitar diluar kelas.

Itu artinya guru yang sedang mengajar berhalangan masuk. Hani memutar otaknya guna mencari informasi, apakah dalam waktu dekat akan ada sebuah acara.

Tapi Hani terlalu tidak perduli dengan acara sekolah hingga gadis itu bahkan tidak ingat bahwa akan ada acara disekolahnya.

"Jam kosong?" Hani duduk di tempat duduknya dan bertanya dengan intonasi datar pada Eca yang sedang memakan cemilan bersama Iva.

"Yup!" Jawab Eca enteng sambil memasukkan keripik singkong kedalam mulutnya.

Tiba - tiba Iva memukul meja dan menatap Hani dengan sebelah alis yang terangkat "jangan bilang elo gak tau kalau sekolah kita bakal ngadain pensi!" Mendengar apa yang diucapkan Iva membuat Hani memutar bola matanya.

"Iya gue gak tau dan gak perduli!" Hani menatap Iva dengan tatapan datarnya. Membuat Iva menggeram kesal. Eca yang melihat kelakuan dua orang didepannya yang tidak pernah cocok itu hanya menghela nafasnya pelan.

"Han! Alvin bilang besok lo bawa gitar!" Eca mengalihkan pembicaraan dengan membahas tentang pemintaan Alvin yang memintanya untuk menyampaikan pesan kepada Hani kalau ia harus membawa gitarnya.

"Buat apa?" Hani meminum air mineral yang selalu tersedia di dalam tas miliknya. Dan hanya dijawab bahu Eca yang terangkat karena gadis itu memang tidak mengetahui apa keinginan Alvin.

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang