chapter 27

1.2K 99 3
                                    

.

"Ih gue ditinggal!"

Zandar langsung berlari menuju tasnya dan mengenakan tas tersebut, dengan tergesa - gesa Zandar mengejar Hani yang jalannya ternyata cukup cepat.

"Eh Zandar"

Gumam Hani saat gadis itu melihat Zandar yang berjalan disampingnya secara tiba - tiba, apalagi dengan nafas ngos - ngosannya.

"Apa?" Tanya Zandar dengan galak, pemuda itu bersedekap dan terlihat tidak berminat sama sekali mengelap keringan yang mengalir didahinya "elo pulang kok gak bilang - bilang!"

Pemuda itu terlihat sangat kesal. Atau mencoba mengatakan pada Hani bahwa ia kesal melalui ekspresi yang ia tunjukkan.

"Elonya sih kesibukan tidur" Hani menjawab enteng sambil mengangkat bahunya tak perduli. Ia mengeluarkan sebuah tisu kemasan yang selalu tersedia dikantong roknya "pake ini buat ngelap keringat lo gih" Hani menyerahkan tisunya pada Zandar.

"Gak ngasih gue saputangan nih?" Tanya Zandar usil saat ia sudah mengeluarkan satu lembar dari tempatnya dan mengelap wajahnya "supaya lebih berkesan gitu?"

"Ogah" jawab Hani datar, "kan ada yang lebih praktis, kalo udah dipake tinggal buang" gadis itu menunjuk tisu yang masih saja dipegang Zandar.

"Yaudah"

Zandar memgangkat bahunya dan mereka berhenti berjalan saat Hani tiba - tiba memulainya. "Mending elo pulang deh" gumam Hani dengan ragu.

"Iya nih gue lagi pulang" Zandar menunjuk tasnya "bareng elo" sambung pemuda itu dengan senyuman.

"Pulang, bener - bener pulang Zandar! Bukan nganterin gue pulang" mata Zandar membulat untuk sesaat lalu pemuda itu tersenyum. "Lo gak usah repot - repot, arah rumah kita bener - bener berlawanan" sambung Hani dengan senyuman canggung.

"Ya kalo itu yang elo mau" Zandar mengangkat bahunya, dan berjalan menuju arah yang tadi sempat dilaluinya, "eh tisu lo?" Teriak Zandar saat Hani mulai berjalan. Membuat gadis itu berbalik dan tersenyum tipis.

"Buat lo aja"

"Ogah Gue maunya saputangan" Zandar melemparkan bungkusan tisu itu pada Hani.



......

"mau lo apa?" Marco bersandar pada dinding di ujung lorong dimana terdapat bagian gelap yang tidak terkena cahaya.

"Ih jutek amat" sahut sebuah suara yang berasa dari tempat gelap tersebut, sedetik setelahnya terdengar bunyi derap langkah yang mendekat kearah Marco "padahal gue ngebawain elo topik buat mading sekolah" .

Marco yang tadinya bersandar pada dinding langsung menegakkan tubuhnya dan menatap dia yang berniat memberinya topik untuk mading sekolah. Entah kebetulan atau apa tapi saat ini Marco memang tidak memiliki topik apapun untuk mading sekolah.

"elo sebar aja isi nih jurnal" mau tak mau Marco menangkap sebuah jurnal yang gadis itu lemparkan. "Gue yakin itu bakal jadi keuntungan buat elo apalagi gue" .

"jurnal?" Marco bergumam pelan sambil membolak balik jurnal yang entah siapa pemiliknya saja ia bahkan tidak tau. Senyuman Marco terkembang separuh saat ia mulai membaca isi halaman pertama.




......




"makanan datang!" Eca berteriak saat gadis itu memasuki ruang kelas bersama Iva, mereka berdua datang dari kantin dan membawa cukup banyak bungkusan makanan yang memang tidak hanya untuk mereka saja tapi juga untuk seorang gadis yang tengah menyibukkan dirinya sendiri dengan headset yang menyumpali telinganya.

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang