Chapter 13 "untuk apa?"

2.2K 163 7
                                    

"Melamun aja lo!" Elang berucap lebih kepada Zandar yang sejak tadi pagi ia lihat terus menerus melamun, nampak sedang memikirkan sesuatu dengan sangat serius.

Tapi apa yang diucapkan Elang malah sama sekali tidak digubris oleh Zandar, entah pemuda itu memang sedang tidak mood berbicara pada Elang ataupun karena ia tidak mendengar apa yang Elang ucapkan. Akan tetapi bukankah suara Elang cukup nyaring untuk bisa didengar oleh orang yang berjarak sekitar satu meter darinya, dan Zandar masuk dalam ruang lingkup tersebut.

"Wooyyy!!!" Teriak Elang tepat disamping telinga Zandar, membuat yang diteriaki refleks menjauhkan telinganya dan menatap Elang dengan tatapan tajam.

"Santai aja kali Lang! Gue gak budeg" Omel Zandar sambil memegangi telinga kanannya yang terasa berdengung karena teriakan Elang.

"Gue gak bisa santai, dan asal lo tau! Lo  emang budeg" balas Elang sengit lalu meninggalkan Zandar yang sedang menatapnya dengan pandangan aneh.

.......

Zandar memencet tombol stick PS miliknya dengan gerakan cukup lambat dan tak tentu arah. Berbanding terbalik dengan Alvin yang memencet tombol yang ada di atas stick miliknya dengan sangat bersemangat dan menggebu - gebu.

Tak lama berselang Alvin memenangkan pertandingan yang tidak benar - benar menarik atensi Zandar secara penuh.

Jika Zandar bisa jujur ia benar - benar tidak berminat bermain PS dengan Alvin jikalau pemuda itu tidak datang kerumahnya dan menariknya secara paksa dari tempat tidurnya.

Zandar merasa tubuhnya lesu saat dan setelah pulang sekolah, yang ia lakukan hanyalah berpikir, berpikir dan berpikir.

Seakan - akan jika ia tidak memikirkan hal yang terus bercekol di otaknya akan membuat seluruh dunianya hancur.

"Gue menang lagi!" Ucap Alvin senang sambil menoleh kearah Zandar. Dan yang Alvin dapati adalah ekspresi lesu seakan - akan Zandar adalah mayat hidup. Oh jangan lupakan kulit putih pucat Zandar yang memperburuk dandanan Zombie alami pada pemuda itu.

"Lo kenapa sih?" Tanya Alvin sambil bersedekap. Pemuda itu menatap Zandar dengan tatapan penuh selidik.

Membuat Zandar menghela nafasnya pelan lalu tersenyum kearah Alvin dengan senyuman tipis. Menurutnya apa yang sedang bercekol dikepalanya tidak untuk diumbarkan kepada orang lain.

"Gak papa" jawab Zandar sambil melempar Sticknya tak tentu arah "gue ngambil camilan dulu ya" sambungnya saat ia sudah berdiri dan berjalan kearah pintu kamarnya.

Membuat Alvin langsung mengikuti langkah pemuda itu dan mencekalnya "apa Vin? Dirumah gue gak bisa milih - milih camilan" ucap Zandar dengan nada yang terdengar biasa saja ditelinga Alvin. Tapi entah kenapa hatinya merasakan sesuatu yang ganjil.

"Gak usah nutupin kali" ucap Alvin refleks, sambil melepaskan cekalan tangannya. "Dan sejak kapan lo minat ngambilin gue Snack? Biasanya juga gue disuruh ngambil sendiri" sambungnya sembil menyeret Zandar agar duduk .

"jadi apa masalah lo?" Tanya Alvin pada akhirnya membuat Zandar menghela nafasnya pelan.

"Gue gak punya masalah Vin" jawab Zandar sekenanya. Akan tetapi pemuda itu sama sekali tidak menatap kearah mata Alvin.

"Trus apaan yang lo pikirin! Sempek berlarut - larut kayak gini pula!" nada bicara Alvin mulai naik satu oktaf, entah kenapa ia bisa kehilangan kesabarannya secepat itu, bahkan didepan orang yang biasanya sangat mudah untuk membuat amarahnya turun atau bahkan menghilang sekalipun.

"Gak ada Vin" jawab Zandar lesu "gue cuman ngantuk dan elo ngeganggu waktu tidurnya gue" jawab Zandar sambil berdiri dan berjalan menuju tempat tidurnya. Pemuda itu langsung menjatuhkan  tubuhnya diatas kasur dengan posisi tengkurap.

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang