"mak lampir gak cuman pandai nyihir orang, tapi juga pandai akting! Eh bukannya mak lampir nyihir orang pake aktingnya ya! "
Elang tiba - tiba bersuara setelah beberapa saat keadaan mereka dipenuhi kesunyian. Meskipun hal itu menarik atensi semua orang, pemuda itu malah berjalan pergi dengan amarah yang begitu besar yang terlihat dari kepalan tangannya yang begitu erat.
Marco tersenyum tipis melihat reaksi Elang, pemuda itu mendekatkan wajahnya pada telinga Lyora "lo bakal jadi aktris berbakat" sindir pemuda itu, lalu berjalan meninggalkan Lyora yang hanya tersenyum, meski terlihat tanpa beban senyuman itu begitu dipaksakan. Gadis itu menunduk saat menyadari kalau Hani tengah memperhatikan cara ia tersenyum, gadis berambut panjang itu nampak sangat tertarik dengan perubahan ekspresi seorang Lyora.
"yaudah! Ayok pulang" suara Alvin yang terdengar ambigu karena tidak diketahui itu untuk mengajak siapa membuat Lyora yang tadinya menunduk langsung kembali melihat keatas, gadis itu langsung melihat kearah Alvin.
Terdiam membeku bersama Hani yang sejak tadi sibuk melihat kearahnya.
"lo pada gak mau pulang?" tanya Alvin kebingungan.
"oh! Mau kok! " jawab Lyora seperti barusaja mendapatkan kesadarannya.
....
"gue kenapa ya? " Hani bergumam pelan sambil meremas kedua tangannya. Gadis itu terlihat bingung dengan dirinya sendiri.
Beberapa hari ini entah kenapa Hani merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya sendiri, sebut saja ketika ia dengan berani memukul kaki seseorang. Oke jika itu karena orang yang ja pukul membuat masalah padanya, tapi jika sebelum - sebelumnya Hani bahkan tak mampu bergerak sedikitpun sampai orang yang menindasnya berminat untuk mengangkat kakinya.
Apa yang sudah terjadi padanya?
Dddrrttt Dddrrttt
Ponsel Hani tiba - tiba bergetar dan gadis itu langsung terbangun dari lamunannya. Tanpa berfikir panjang Hani langsung menagngkat telponnya.
"elo mau pulang? Ato mau muter disekitar sekolahan? " tanya orang diseberang sana membuat Hani langsung melihat kesekitarnya. Dan benar saja, gadis itu masih berada disekitar sekolah.
....
"mak lampir hmm" gumam Lyora dengan gigi bergemeletuk, gadis itu terlihat cukup kesal akan topik yang terus - menerus terngiang dikepalanya. Bagaimana bisa seorang Elang bisa dengan seenak jidatnya mengatakan bahwa dirinya seorang mak lampir?.
"Mah! Kakak itu serem" ekspresi kesal Lyora langsung hilang seketika saat gadis itu mendengar suara polos anak kecil yang sudah pasti ditujukan untuknya. Gadis itu melihat kearah sepasang ibu dan anak yang ada didekatnya.
"ssssstttt" gumam si ibu sambil meletakkan jari telunjuk pada bibir. "gak boleh bicara kayak gitu" sambung si ibu dengan lembut, wanita itu mengalihkan pandangan pada Lyora yang masih saja melihat kearahnya dan tersenyum untuk meminta maaf.
Mau tak mau Lyora ikut tersenyum. Ia sedang berada ditempat umum, jadi bisa dipastikan bahwa dirinya harus menjaga sikap. Senyuman gadis itu langsung luntur ketika si ibu dan anaknya sudah menghilang dari pandangannya.
"awas ada bola! " teriak seseorang secara tiba - tiba membuat Lyora refleks menundukkan kepalanya karena saat ini ia sedang duduk diatas kursi yang memang ada diantara lapangan basket dan jalanan, dan gadis itu sedang duduk membelakangi lapangan basket .
Lyora sering berada disini, dan ia pernah sekali kena bola dinagian kepala hanya karena ia keras kepala dan tidak mau mendengarkan teriakan seseorang yang mengatakan 'awas ada bola'. Lyora langsung tersadar akan sesuatu gadis itu kemudian memegangi dada dimana terdapat jantungnya yang tiba - tiba berdegup kencang. Dada Lyora naik turun karena menghirup oksigen dengan rakus seakan - akan ia tidak akan bisa lagi menghidur oksigen jika tidak melakukannya sekarang. Gadis itu seperti merasakan de ja vu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT
Teen Fiction#16 in introvert #19/01/2019 #18 in Introvert #06/06/2019 Credits Beautiful pic from Anna Abola Art -when a introvert girl fall in love- -a same love that's will changing her self and it started when she's get a papercranes - by '22yuniyu' ...