Chapter 28

1K 93 9
                                    

Hani meletakkan bungkusan keripik singkong miliknya dan mulai menyentuh salah satu kertas yang dibawa oleh Eca dan juga Iva,  gadis itu cukup penasaran tapi entah kenapa juga cukup takut untuk membukanya.

Day one

Ini hari pertama gue nyoba...

Hanya itu yang Hani baca sebelum kertas yang ada ditangannya kembali menjadi gumpalan kusut. Mata gadis itu memerah tapi ia tidak berteriak, dadanya naik turun.  Untuk beberapa saat Hani larut dalam amarahnya.

Gadis itu berdiri dan langsung berjalan cepat keluar dari kelas, menuju tempat dimana kertas - kertas yang sudah kucel itu berasal.

Ruang osis

Hani ingin berlari dan berteriak kearah Zandar ketika gadis itu melihatnya sedang berdiri bersama Marco, sebelah alisnya terangkat seketika saat ia melihat Marco melemparkan buku yang terlihat seperti jurnal.

"Gue udah gak perlu itu benda" mata Hani refleks membulat saat ia mendengar apa yang diucapkan oleh Marco. Dengan jelas gadis itu melihat Marco tersenyum sinis, pikirannya langsung terarah pada satu pemikiran , buku yang dilempar Marco adalah buku jurnal Zandar dan pemuda Itulah yang telah menyebarkannya.

Hani menarik nafasnya dalam - dalam saat Zandar berbalik setelah kembalinya Marco kembali kedalam ruang osis dan bertatap muka dengannya.  Dengan suara bergetar gadis itu berucap.
"boleh gue pinjam buku lo? " tangannya bergetar tapi Hani tatap memaksakannya untuk mengambil buku yang bahkan sudah Zandar remas itu. 

Dan sudah dapat Hani pastikan isinya memang merupakan jurnal milik Zandar.  Senyuman lebar namun terlihat miris terbit dibibir Hani bersamaan dengan matanya yang mulai berkaca - kada karena tak mampu menahan air mata yang memaksa keluar. Hani mengembalikan buku Zandar dan menatap pemuda itu.

"semirip itu kah gue sama hewan piaraan sampe jadi kelinci percobaan"
setelah berbalik gadis itu mulai menumpahkan air matanya dalam diam dan berjalan menjauhi Zandar.


...

......

Krekk 

Zandar meremas botol air mineral yang sudah kosong,  pemuda itu kelewat kesal dan bingung dengan apa yang tengah terjadi.

Kemarin ia meletakkan jurnal miliknya kedalam loker yang bahkan kuncinya saja sudah ia hilangkan. 

Apa ada yang memungut kuncinya?  Tapi bukankah itu terdengar terlalu mustahil.  Kunci loker Zandar tidak memiliki tanda nomer,  dan akan sangat aneh jika seseorang yang menemukannya langsung mengetahui pada lubang kunci loker mana kunci itu berpasangan.

"ngapain dah lo nyuruh gue kemari?" Zandar tersenyum tipis saat menyadari ketidak sukaan Marco akan pertemuan kedua mereka untuk hari ini.

Zandar menegakkan tubuhnya dan tersenyum pada Marco,  "Ya udah pasti kan?" sebelah alis Zandar terangkat ketika ia berjalan kearah Marco seraya meremas tangan.

Membuat Marco refleks mundur teratur sama seperti langkah Zandar yang maju dengan teratur.

"e elo mau ngapain?" Tanya Marco dengan suara terbata karena merasa terpojok.

Zandar mengangkat bahunya Tak perduli dan tersenyum sinis,  "Gak gue cuman mau bilang, gue punya urusan sama lo - Nya itu belakangan, urusan gue yang paling utama itu sama cewek yang seenak jidatnya make loker gue seakan - akan itu lokernya dia"

INTROVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang