Author's POV
Hari sabtu. Hari ini jadwal Fenny untuk bertugas di restoran tempatnya bekerja.
Yep, di restoran itu menggunakan shift. Dan hari ini adalah jadwal Fenny untuk lembur.
Dan tak ada yang tau ini kecuali bunda, dan........err. Lelaki bermata biru itu.
Dengan langkah gontai, ia berjalan masuk ke ruang ganti pelayan. Mengganti seragam sekolahnya menjadi seragam pelayan. Sangat kontras.
Saat sibuk mengganti baju di salah satu bilik ganti, ia mendengar omongan beberapa pelayan seperjuangannya diluar, ngegosip.
"Katanya sih sekarang jadi lebih sering kesini gitu deh, duh beruntung banget ya kita, dia dateng pas giliran kita kerja," ucap seorang perempuan dengan nada yang menurut Fenny, centil.
"Iya sih. Tapi dia kerjaannya diruangan mulu gatau deh ngapain. Gapernah keluar ngawasin kita," ucap seorang temannya lagi sambil membasuh tangannya diwastafel. Teman yang lainnya mengiyakan.
Sekiranya Fenny yang sedang menguping paham apa yang sedang mereka bicarakan.
Tentu saja, Alvero.
"Udah udah, lagian kita harus ngaca kita siapa. Pelayan doang, kok mau berurusan sama atasan?" Ucap seorang wanita, sangat logis. Terdengar yang lain mendecak kesal. Fenny menahan tawa demi mendengarnya. Lalu setelah diperkirakan mereka semua keluar dari ruang ganti, ia juga ikut keluar dari bilik dan membasuh wajah sejenak. Lalu melanjutkan pekerjaannya seperti biasanya.
***
Alvero's POV
Suntuk. Laper. Ngantuk.
Aku sedang berada di ruangan kerjaku. Ceileh.
Bukan buat kerja juga sih, buat santai-santai aja. Atau lebih tepatnya markasku selain perpustakaan, untuk tidur.
Iya, disaat semua remaja jaman sekarang hobi banget sama yang namanya insomnia, aku malah outsomnia. Iya aku juga gatau sih artinya. Ngarang. Ya pokoknya kebalikannya deh.
I think, tidur adalah hal yang paling indah yang ada di dunia ini.
Anjrit bahasa gue.
Saat sedang indah-indahnya melayang di mimpi yang aku sendiri gaktau itu mimpi apaan karena gajelas, perutku merintih kesakitan meminta kasih sayang.
HAHA apaandah.
Akhirnya, dengan kekuasaan yang sepenuhnya berada di tanganku, aku angkat gagang telepon yang ada diatas meja markasku itu.
Kulirik note ditanganku yang bertuliskan kode-kode telepon diresto ini. Kayak misalnya manggil satpam, teken nomor 5. Minta makan juga bisa. Kayak yang pengen aku lakuin sekarang.
Sambungan dua kali, telepon di angkat.
"Gue laper. Makanan apa aja deh yang ngenyangin ya, kalo bisa yang banyak. Minumnya dobel sama air putih." tanpa ba-bi-bu lagi aku segera menyampaikan maksudku, lalu segera menutup telfonnya.
Sambil nunggu, aku tidur-tiduran di sofa empuk warna merah marun ini.
Tok Tok Tok.....
Makan!!! "Masuk!" Ucapku sambil menegakkan posisi ku menjadi duduk.
Lalu dengan sigap, seorang pelayan masuk mendorong tempat yang aku yakin isinya makanan semua. Ya bagus.
Tapi yang gak bagus itu sekarang, pelayanku itu, natap mataku lekat-lekat dengan mata nya yang warnanya hitam pekat. Dan disana, aku seakan lagi ada di tempat gelap yang ga ada apa-apanya. Hampa. Dingin. Tapi......aku suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You And Me
Подростковая литератураIni tentang aku dan kamu. Tentang sebuah spasi yang ada diantaranya. Tentang pertanyaan, Apakah sebuah spasi dapat menghalangi kita?