Aku bangun sedikit telat karena tidur terlalu larut semalam. Jadilah aku memakan sarapanku di mobil dalam perjalanan ke sekolah. Tadinya sih tenang-tenang aja, sampe tiba-tiba Cerry nanya sesuatu yang buat aku tersedak.
"Lo.. semalem kemana sama Vero?"
Aku menepuk-nepuk dadaku lalu cepat meminum air putih yang kubawa.
"Huh? Ngga kemana-mana." Duh, kenapa harus bohong gini sih?
"Bohong." Tuhkan, Cerry nggak bodoh kali, Fen.
Aku hanya diam dan terus melanjutkan sarapanku. Mengingat terakhir kita berbicara hasilnya tidak terlalu baik. Ketika aku sudah selesai, Cerry mulai berbicara lagi.
"Lo tau kan kalo gue suka sama Vero?"
Aku menatapnya. Langsung merasakan sesuatu yang ganjal. Nggak nyaman.
"Semalem gue ngaku sama Vero."
Kali ini aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku didepan Cerry. Semalem kan...
"Dan dia bilang dia udah jadian sama lo." Cerry menyunggingkan senyum sinis.
Ish, Vero mah keterlaluan. "Cer.. nggak. Ini nggak kayak gitu. Gue bisa jelasin kok. Jadi semalem itu gue-"
Cerry menghembuskan nafas berat lalu tersenyum. Senyum yang berbeda. Kali ini, aku merasakan kegetiran disana. "Gue tau. Tapi itu nggak penting apa lo jadian apa enggak. Yang jelas disini, dia suka sama lo. Bukan gue."
Aku menatapnya nanar. Apa yang harus aku lakuin? "Cer.. gue minta maaf."
Cerry melemparkan tawa kecil. "Kayaknya gue bakal susah maafin lo. Lo tau.. gue kesel. Gue pengen marah. Tapi gue nggak bisa. Karena orang itu elo. Semalem gue banyak mikir. Emang butuh waktu lama, tapi gue rasa gue harus relain lo sama dia."
Aku mengernyitkan dahiku dalam. "Apa?"
"Alvero... bener-bener baik. Dia nggak pernah bercanda soal perasaannya. Dia serius. Gue tau lo baru aja putus dan masih dalam fase sakit disini tapi.. lo gaboleh sia-sia in Vero."
Aku mulai nggak ngerti apa yang lagi kita bicarain disini.
"Gue juga minta maaf tentang kata-kata gue kemaren.. you know, gue perlu untuk nyalahin ini ke lo. Gue butuh..pelampiasan."
Perbicangan kami kemarin memang nggak begitu baik. Benar-benar buruk, malah. Ditambah lagi aku yang langsung pergi begitu dapat telepon dari Alex dan Luna.
"Tapi, Fenny. Ada satu hal yang gue khawatirin."
Aku masih mendengarkannya dengan kening yang berkerut dalam.
"Masalahnya, Nick juga sama seriusnya sama perasaannya ke lo." Lanjutnya yang membuatku semakin diam tak bersuara.
***
Aku, Luna, Alex dan Vero memasuki rumah sakit tempat Nick dirawat. Yah, tadinya sih Vero sama sekali nggak diajak. Tapi dia merengek minta ikut. Yah, biarlah.
"Nick?" Ucapku begitu memasuki ruangannya. Dan disanalah Nick, terbaring lesu dan tidak berdaya. Terlihat tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Tapi setidaknya ia tidak.. kuning.
"Jadi kalian beneran dateng? Gue kira bokap gue bohong kalo dia ngeliat kalian dikoridor." Jawabnya pelan sambil mencoba duduk.
Aku segera menghampirinya lalu menahannya untuk tidak bangun. "Gausah bangun. Gapapa, tiduran aja. Kata bokap lo, lo masih belum pulih sepenuhnya."
Nick berdecak namun juga tersenyum. "Gue udah sehat, gausah khawatir."
"Ehem. Yang dateng bukan cuma Fenny kali ya." Ucap seseorang yang ternyata Vero. Aku menyikutnya dan memberi tatapan tajam. Aku sengaja tidak berbicara dengannya sejak pagi tadi setelah tau dia ngomong ke Cerry kalo kita jadian. Apa-apaan kan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You And Me
Teen FictionIni tentang aku dan kamu. Tentang sebuah spasi yang ada diantaranya. Tentang pertanyaan, Apakah sebuah spasi dapat menghalangi kita?