04

5.1K 158 1
                                    

Fenny's pov

Hari ini pembagian rapot kenaikan kelas dan kalian tahu? Ayahku yang mengambilkannya.

Senyumnya tak pudar-pudar sejak aku mengizinkannya mengambil rapotku. Mengambil alih kebiasaan bunda untuk sementara.

"Delapan tahun, Fen." Kata ayah tadi pagi sewaktu di mobil. Senyumnya masih tercetak disana. Jelas sekali.

Aku yang kebingungan hanya menjawab, "ha?"

Ia tersenyum lagi sambil menarik nafas, "maafin ayah ya Fen," ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, "maafin ayah karena delapan tahun terakhir gak bisa ngambil rapot ini untuk kamu, gak bisa ucapin kamu selamat karena dapat nilai bagus, nasihatin kamu kalo ada nilai yang kurang, nganterin kamu setiap hari....." ayah berhenti lagi. Menarik nafas lagi. Aku tercekat, tapi tak bisa berkata apa-apa. "Terlalu banyak kesalahan ayah sama kamu, maafin ayah Fen." Ucapnya sambil menengok ke arahku sejenak dan tersenyum. "Ayah menderita karena meninggalkanmu begitu saja."

Aku hanya menganguk. Hanya itu. Karena aku juga tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku juga menderita. Bahwa bukan hanya pria kuat disebelahku itu saja yang terluka.

Disinilah aku sekarang. Menunggu ayah yang sedang berbicara dengan wali kelasku. Bersenda gurau bersama beberapa teman sekelasku. Berdoa agar kami semua naik kelas dan satu kelas lagi.

Apa salahnya berharap, kan?

"Dua belas ipa 1." Ucap seseorang tiba-tiba. Ayahku. Melihatku yang sangat lambat dalam berfikir, ia melanjutkan, "kamu masuk dua belas ipa 1. Selamat, ya."

Ia memelukku sejenak lalu melepaskannya. "Ayah duluan deh, tunggu di mobil ya." Ucapnya lalu pergi tanpa mendengarkan jawabanku.

Aku baru tersadar dan mengucap syukur. Disekolah ini, murid-murid yang mendapat nilai tertinggi akan ditempatkan di tingkatan pertama. Dan seterusnya.

"IPA SATU?! ANJIR TEMEN GUE TJOY!CONGRATS!" Luna memelukku erat.

"Iya makasih yaa! Eh, lo kelas berapa deh, na?" Ucapku bertanya.

Dia mengangkat bahu lemas, "gile gue takut banget masa gak sebangku sama lo."

"Selow kali na, sapatau kita sekelas. Aamiin aje yekan."

"Yekali. Gue masuk gak ya?duh elah tapi kan gue oon. Ulangan aje nyontek mulu sama alex."

Alexandra, teman kami tertawa mendengar pernyataan Luna barusan. "Tumben amat lo ngaku."

"Ye sialan."

Aku tertawa. Teman-teman yang lain udah pada pulang. Tapi kami bertiga masih bertahan.

"Gak ditungguin apa lo Fen?" Ucap Alex lagi.

"Ye bilang aje lu mau beduaan sama Luna" ucapku mencibir. Alex diam saja tidak berusaha membantah. Sedangkan Luna pasang tampang sok polos. "Iyadah gua balik, kabarin ye ntar lu masuk mana!"

Lalu aku lari-lari menuju parkiran sekolah, sekilas, aku menengok ke belakang untuk melihat Alex dan Luna. Aku tersenyum. Nampaknya Alex sudah mulai beraksi. Betapa beruntungnya Luna. Andai saja.......

BRUGHHHHH

Nabrak lagi.

Cowo lagi.

Gak ditolongin lagi.

"Eh? Sorry yaaa." Eit, seenggaknya dia minta maaf. Gak kayak yang itu.

Aku bangkit dari jatuh yang sangat tidak cantik.

Yaiyalah lu kira ini sinetron, ngapain aja tetep cantik.

"Lo gapapa kan ya? Ada yang luka? Sorry banget ya gue tadi ga hati-hati." Ucapnya lagi.

Between You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang