30

2.5K 120 1
                                    

"Lo jadi milik gue."

Thump

Thump

Thump

Detak jantungku terasa semakin cepat ketika Vero memundurkan wajahnya kembali lalu tersenyum. Matanya menatapku teduh.

Kami masih bertatapan sampai akhirnya Vero keluar dari mobil. Memutarinya dan membukakan pintu mobil untukku.

"Silahkan." Ucapnya berlagak melayaniku.

Aku keluar mobil sambil mencibir. "Ini gak akan ngaruhin penilaian gue sama tempat ini, tau."

Vero tertawa kecil lalu menutup pintu mobil. "Well, penilaian lo toh pada akhirnya bakalan bagus juga."

Aku melipat kedua tanganku didepan dada. "Percaya diri lo kuat juga."

Vero tertawa. "Yah.. buat dapetin cewek kayak lo.. emang butuh kepercayaan diri yang super duper kuat, gue akuin itu."

Lagi, aku tak bisa menjawab dan hanya balik menatap matanya.

"So.. kita jalan sekarang?"

Aku mengangguk lalu berjalan mengikutinya.

Yang kami lewati hanya pepohonan dengan rerumputan dibawahnya. Disini sepi. Tapi bukan sepi yang mengerikan, melainkan sepi yang menenangkan.

Setelah sekitar lima menit berjalan dengan pemandangan yang sama, akhirnya kami sampai disebuah tebing. Ah, aku yang berada diatas tebing ini. Dan dibawah sana, laut terhampar luas. Ombak memainkan nadanya. Angin seolah memainkan perannya dengan menyapu lembut kulitku. Dan diujung laut sana, entah dimana, matahari hendak kembali ke asalnya. Memancarkan jingga sebagai sinar terakhirnya.

Aku nggak tau berapa lama aku mengagumi dan mendeskripsikan itu semua dikepalaku. Yang jelas, sedari tadi aku tau aku benar-benar terpesona.

Cekrik.

Aku menengok kearah sumber suara dan menemukan Alvero dengan ponselnya.

"Ups. Sorry, gue lupa matiin suara nya Hehe." Tangannya menyembunyikan ponsel dibelakang punggungnya.

Aku tertawa. "Nyantai kali. Serius amat sih?"

Ia terkekeh. "Lo kali yang serius banget. Sampe ganyadar gue ada disini."

Eh? Emang iya?

"Habisnya, lo dari tadi diem aja. Yaudah, gue juga." Ucapku menjawab seadanya.

Vero tersenyum lalu duduk dipinggir tebing. Ia menepuk-nepuk tanah disampingnya, menyuruhku duduk.

Aku menengok kearah bawah. Tebing ini lumayan tinggi. Kalo jatoh, minimal patah tulang.

"Takut?"

Aku mengelak lalu duduk ditempatku berdiri tadi. Disini juga pemandangannya masih terlihat bagus. Dan aman. "Bukan takut. Cuma mencoba untuk realistis."

Vero hanya mencibir lalu bangkit dan duduk disampingku. "Gue gabakal biarin lo jatoh juga, kali."

"Trus apa? Megangin gue nanti kalo gue jatoh? Trus kalo lo gakuat nanti jatoh bareng-bareng?" Aku mengambil jeda. "Ogah. FTV banget idup lo."

"FTV juga ide nya dari inspirasi kehidupan nyata kali. Dan yah... ide lo bagus juga. Jatoh bareng-bareng."

Aku mendelik kearahnya. Memberi tatapan seolah ia gila. Dan dia hanya tertawa.

Aku kembali memperhatikan matahari yang kini sudah hilang separuh. Merasa benar-benar takjub dengan ciptaan-Nya yang satu itu.

"Gue penasaran.. gimana kalo gue ajak lo pulang sekarang?"

Between You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang