02

6.5K 172 2
                                    

----------------------------------------------

Aku tidak mengerti.

Ia meninggalkan suapan terakhir makanannya demi.... aku tidak tau apa. Padahal dulu ia pernah bilang bahwa suapan terakhir dari sebuah makanan adalah kesukaannya.

And the point is,

Bahkan ia meninggalkanku.

--------------------------------------------

Alvero's POV

Gelap namun terasa silau. Membuka mata saja rasanya sakit.

Baru aku berhasil membuka mata, sesuatu rasanya menekan telapak tanganku dengan keras. "ANJIR SAKIT!"

"Eh udah sadar?" Ucapnya menghiraukan teriakanku dan berpindah jadi menekan siku-ku.

Dia ini gila atau apa?!

"Bisa gak sih gak usah gerak-gerak? Ini gak akan selesai-selesai kalau lo gerak mulu." Ucapnya lagi tanpa melihatku.

"Siapa juga yang nyuruh lo neken-neken tangan gue? Lo pikir ga sakit? Udeh lu sana!" Balasku sambil menghempaskan tangannya kasar.

Uh, iya, kasar.

Dia aja sampai melotot begitu sekarang.

Oh iya, dia yang kumaksud itu gadis aneh di perpustakaan kemarin.

Dan pelayan yang kemarin.

"Lagian lo kayak binatang aja dah nangkring di pohon. Orang aneh." Ucapnya membenarkan perban yang ia pasang.

Aku memutarkan kedua bola mataku jengah. Sudah kesekian kalinya aku dibilang binatang oleh orang-orang.

Tuhan, ini hanya pohon. Memang pohon hanya di ciptakan untuk hewan?!

"Elo tuh yang aneh. Tiba-tiba ada disini ngobatin gue. Lo ngikutin gue ya?!"

Gue dijitak.

Sungguh, apa otak gadis ini tertinggal dirumahnya?!?!

"Gue ninggalin Gusti demi elo disini dan-" dia berhenti dan menutup mulutnya sesaat sambil bergumam tidak jelas. "Udah selesai. Gapapa kan gue tinggal? Ya gapapalah kan lo udah gede. Yaudahdeh. Yaudah. Dah." Ucapnya panjang-lebar. Bertanya sendiri, menjawab sendiri. Gadis aneh.

Uh, sudah keberapa kali aku menyebutkan gadis aneh hari ini?

Tapi dia memang gadis aneh.

Tapi- apa katanya tadi? Dia ninggalin Gusti demi gue? Eh?

Dan- gusti! Pacar nya Fransisca yang itu?

"Jangan geer. Gue ketua PMR." ucap gadis itu melongokkan kepalanya di daun pintu. Lalu berlari entah kemana. Meninggalkanku yang linglung karena tak tau harus apa.

***

Fenny's POV

Rasanya capek banget hari ini. Nyari-nyari Gusti ke seluruh penjuru sekolah -yang gede banget- dan ternyata dia ada di ruang guru karena ada perlu sama pembina osis. Uh, dia ketua osis.

Dan bodohnya aku seperti hidup pada zaman batu yang tak mengenal handphone. Sangat sinetron.

Dan untungnya tadi Gusti mengerti bahwa aku hanya melaksanakan tugasku sebagai ketua PMR.

Aku sedang ke dapur untuk memakan apapun cemilan yang ada di kulkas. Kalau ada, sih. Tapi belum aku menggerayangi isi kulkas, suara Bunda yang terdengar parau menyapaku lembut. Membuatku sedikit bergidik karena suaranya yang tak seperti biasanya.

Between You And MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang