Fenny's pov
Hari ini hari kamis dan aku masih benar-benar berusaha menghajar diriku sendiri untuk terus fokus memperhatikan guruku didepan kelas, bukannya memperhatikan punggung Alvero terus menerus.
Nick sepertinya juga menyadari ketidakfokusanku. Tak jarang aku menangkap matanya yang menatapku sambil terlihat berfikir keras. Namun saat aku melihatnya secara terang-terangan, ia justru memalingkan wajah dan berpura-pura tidak pernah berusaha melihatku sebelumnya.
Ini sama sekali tidak seperti Nick yang kukenal.
Seusai bel istirahat berbunyi, biasanya Nick langsung cerewet mengajakku ke kantin bersama. Tapi ia selalu cepat-cepat membereskan alat tulisnya lalu pergi keluar kelas, entah kemana. Yang jelas, aku tidak melihatnya lagi di kantin.
Walaupun aku tidak terlalu mengenal Nick, tapi aku merasa ia menjauhiku karena sesuatu hal. Apa aku mempunyai salah terhadapnya?
Demi menjawab pertanyaanku sendiri, diam-diam aku mengikuti langkah Nick dari kejauhan. Tidak sulit mengikutinya dari jauh karena badannya begitu tinggi, sehingga memudahkanku untuk melihat kepalanya diantara kerumunan siswa.
Aku mengerutkan keningku dalam seiring langkah Nick membawaku ke lapangan belakang sekolah yang menjadi tempat bolosku beberapa hari silam.
Untuk apa ia kesini?
Aku terus mengikutinya sampai tiba-tiba ia berhenti didepan seorang gadis yang tertidur di bawah pohon besar.
Tidak! Yang mengejutkanku bukan hal mengapa Nick pergi kemari. Tapi, kenapa gadis itu adalah....... Cerry?
***
Nick's pov
Gue gak abis pikir sama bocah satu ini. Kenapa dia masih aja bandel untuk bolos kelas? Padahal kemarin udah gue omelin abis-abisan. Apa gue kurang sangar, ya?
Tapi, kenapa sih gue mesti urusin adik Fenny satu ini?
Cerry terlihat berusaha membuka matanya dan menyesuaikannya dengan cahaya sekitar. Gue memilih untuk ikut bersandar disampingnya.
"Kan gue udah bilang-"
"Dia juga bilang sama gue...." ucapnya memotong perkataan gue. "dia bilang dia mau ngungkapin perasaannya lagi ke cewe itu sabtu ini."
Secara otomatis, gue menegakkan tubuh gue lalu menatap wajahnya lekat-lekat. Wajah cewek ini benar-benar putus asa dan terlihat seperti tidak memiliki gairah hidup.
"Gue udah bilang, cewe itu cuma bakal buat dia sakit hati. Cewe itu cuma bakal jadiin dia pelampiasan. Cewe itu-"
"Sebut nama dia, Cer. Biar gimanapun, 'cewe itu' kakak lo sendiri." potong gue gak suka dengan pemilihan panggilannya.
Dia justru tersenyum merendah, "kakak? lo pikir cewe yang bisa-bisanya ngerebut orang yang disukain adiknya sendiri pantes dibilang kakak?!"
Cerry berdiri sambil berusaha mengontrol nafasnya yang menderu. Gue tau dia marah, tapi bukannya seharusnya dia gak seperti ini?
"Dia gak tau perasaan lo, Cerry! Gimana bisa dia mau ngertiin lo kalau lo nya aja gamau ngasih tau dia?"
Cerry terdiam sebentar lalu berdiri, "Dan lo sendiri? Lo pikir dengan ngalangin jalan gue, bakal buat lo deket sama Fenny?" dia tersenyum merendahkan lagi. "Sebaliknya, Nick. Lo akan terus menerus sakit hati kalau mereka beneran jadian."
Gue meremas tangan gue sendiri keras.
"Terus, kenapa kalau gue sakit hati? Asal bukan Fenny..... kenapa enggak?"
Rahang Cerry terlihat mulai mengeras. "cara lo ngebela dia.... geez, gue yang terlalu pinter, atau emang lo yang terlalu bodoh untuk sadar kalo lo juga cinta sama Fenny?" ujarnya lagi.
Gue gak bisa nyangkal yang satu itu.
***
Fenny's Pov
"kakak? lo pikir cewe yang bisa-bisanya ngerebut orang yang disukain adiknya sendiri pantes dibilang kakak?!"
Kata-kata Cerry terus terngiang dikepalaku. Aku benar-benar shock. Aku masih ingat jelas bagaimana raut wajahnya tadi saat berbicara kepada Nick. Sama seperti saat pertama kali kita bertemu. Sangat merendahkan.
Lagi pula, siapa yang merebut siapa, sih? Aku merebut Alvero, begitu?
Hah.
Aku bahkan tak pernah sekalipun merayunya. Tak bisakah Cerry melihat itu?
Tapi mengingat raut wajah Cerry tadi.... sepertinya ia memang benar-benar marah padaku. Aku bersyukur malam itu aku tidak bertanya padanya soal perasaan Alvero. Aku pasti akan terlihat sangat kejam.
cewe itu cuma bakal buat dia sakit hati. Cewe itu cuma bakal jadiin dia pelampiasan.
Pelampiasan, katanya?
Sebenarnya apa sih yang ada di otak Cerry?! Aku tak habis fikir. Bukan kah kemarin-kemarin dia menanyakan perihal aku suka atau tidak dengan Nick? Aku kira dia menyukai Nick dan cemburu padaku, tapi, Alvero?
Apakah, dia sengaja menanyakannya untuk memastikan aku tidak menyukai Vero?
Lagipula apa aku setega itu membiarkan Vero menjadi tempat pelampiasan?! Memangnya dia fikir ini mudah bagiku untuk melupakan?
Aku mengacak-acak rambutku frustasi lalu menonjok-nonjok buku pelajaran yang sudah sejak beberapa saat lalu aku abaikan.
cara lo ngebela dia.... geez, gue yang terlalu pinter, atau emang lo yang terlalu bodoh untuk sadar kalo lo juga cinta sama Fenny?
Setelah mendengar itu, aku langsung lari kembali ke kelas dengan perasaan yang begitu kusut. Tak pernah terpikir olehku bahwa.... Nick menyukaiku.
Dia mungkin kerap kali menggodaku, tapi kupikir dia memang begitu kesemua perempuan.
Kupikir ia hanya bercanda.
Lantas, apa yang harus kulakukan dengan dua hati yang ada didepanku ini? Hatiku bahkan masih belum sembuh benar dengan hati yang lalu, sekarang, haruskah kusakiti mereka? Beginikah roda kehidupanku berputar?
Setelah disakiti, apakah aku juga harus menyakiti?
***************
demi Allah ini alay banget tolong
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You And Me
Teen FictionIni tentang aku dan kamu. Tentang sebuah spasi yang ada diantaranya. Tentang pertanyaan, Apakah sebuah spasi dapat menghalangi kita?