"Racun terindah dari cinta itu adalah imajinasi. Tak lain imajinasi." - Maryamah Karpov
***
Fenny's pov
Setelah lama -menunggu ayah- berbincang-bincang, akhirnya kami pulang dengan kehadiran Cerry di kursi depan.
Tentu aku tahu diri, tanpa ba-bi-bu lagi, aku duluan masuk ke kursi belakang, sengaja mempersilahkan adik tiriku itu untuk duduk didepan.
Aku sempat melihat wajah nya yang terkejut, tapi hanya sekilas, wajah datarnya tak urung datang lagi.
Selama perjalanan, tak ada yang berbicara. Tak ada suara selain hembusan nafas ayah yang berat dan terdengar frustasi. Sangat jelas.
Sampai tiba di rumahpun kami masih tetap diam.
Namun saat aku dan Cerry ingin membuka pintu mobil, ayah mulai bersuara.
"Cerry," katanya, memanggil adik tiriku.
Aku yang merasa tak mempunyai urusan lagi, kembali membuka pintu mobil lebar-lebar hendak keluar.
Tidak dianggap, tau gimana rasanya? Kuberitahu, perih.
"Fenny," ucap ayah lagi, membuat kakiku yang tadinya sudah menginjak tanah, justru kembali lagi ke dalam mobil.
Membuat aku gak enak karena udah berpikir macam-macam.
"Ruang kerja ayah, setelah makan malam." Katanya, to the point. "Sekarang kalian istirahat aja," lanjutnya lagi mempersilakan.
Cerry keluar detik itu juga. Aku terpaku sejenak. Namun tak urung aku keluar juga.
Aku berjalan dibelakang Cerry. Entah mengapa melihat punggungnya yang terlihat mengeras dan mempunyai banyak beban itu, terlihat berbeda saat bersama Alvero tadi.
"Kalian.... pacaran?" Tanyaku, kelepasan.
Kami sudah berada didepan kamar kami masing-masing. Aku tak menghadapnya, ia juga sama.
Beberapa detik kami hanya diam saja. Cerry tidak menjawab, namun tidak masuk kamarnya juga.
Aku putuskan untuk menghadapnya, yang ternyata sedang terlihat berfikir.
Ia terlihat kaget melihatku yang berani menatapnya.
Aku juga sedikit tercekat.
Matanya sangat mirip denganku.
Hitam pekat.
"I-tu.." ia menjawab masih dengan keterkejutannya padaku, "bukan urusan lo." Lanjutnya lagi dengan ekspresi yang berbeda, kembali seperti semula, dingin.
Lalu dia masuk ke kamarnya, sedangkan aku masih terpaku.
Dengan beribu-ribu pertanyaan yang aku sendiri tak tahu harus meluapkannya pada siapa.
***
Author's pov
Liburan dua minggu ini hanya ia habiskan untuk bekerja di DarkLight, seperti biasa.
Hari itu, hari keenam liburan semester, Fenny kembali bekerja dengan semangat yang entah mengapa menggebu.
Dijalan, handphone nya bergetar menandakan sebuah pesan masuk.
From: Gusti
Nanti malem, jangan lupa ya :) xx
Fenny tersenyum. Ia kemudian dengan cepat membalas pesan itu lalu bergegas ketempat kerja.
Katanya, Gusti hendak mengajaknya main ke sebuah pasar malam, tempat dimana gusti menyatakan perasaannya pada Fenny.
Makanya Fenny dengan sangat memohon meminta agar jadwal lembur malam setiap sabtu agar ditukar menjadi pagi sampai sore. Ia benar benar rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You And Me
Teen FictionIni tentang aku dan kamu. Tentang sebuah spasi yang ada diantaranya. Tentang pertanyaan, Apakah sebuah spasi dapat menghalangi kita?