Knock knock.
Suara ketukan pintu membuatku membuka mataku perlahan. Memintanya untuk menyesuaikam diri dengan cahaya di kamar.
Biasanya, dengan mengedip-ngedipkan dan sedikit mengucek mata yang habis tidur bisa membantuku untuk segera membuka mataku secara lebih sempurna.
Ya tau kan gimana belernya mata kalau baru bangun tidur?
Tapi kali ini, mataku terasa sangat amat berat dan sakit.
Knock knock.
"Fenny? Kamu masih tidur ya nak?"
Ketukan pintu terdengar lagi dan kali ini dibarengi dengan suara lembut milik bunda.
Dan gak tau kenapa tenggorokanku rasanya sakit untuk menjawab pertanyaan bunda.
Jadilah aku cepat-cepat berdiri dan menuju pintu dengan sempoyongan.
Kata orang sih, nyawaku belum terkumpul.
Alah, kayak nyawaku ada berapa aja.
Ketika pintu terbuka, muncullah wajah bunda, mami dan juga Cerry yang sekarang sama-sama memasang wajah terkejut.
"FENNY! MUKA KAMU KENAPA?!" Itu lah yang pertama kali keluar dari mulut bunda.
Aku hanya mengerutkan keningku samar. Ingin menjawab tapi kutakbisa. Alah, lebay bahasanya.
Iya maksudnya mau jawab tapi tenggorokan sakit banget. Yang ada aku malah batuk-batuk saking maksa nya pengen ngomong.
"Eeeehhh aduh kamu kenapasih?" Ucap bunda khawatir sambil menepuk-nepuk punggungku.
Mama- errr..... mami juga ikut-ikutan meletakkan punggung tangannya di dahiku. Dapat kulihat keningnya merengut sejenak. "Kamu lumayan demam lho ini."
Bunda yang mendengarnya langsung melotot dan ikut-ikutan memegang dahiku juga.
"Bunda buatin teh hangat aja deh ya? Sama kompresan juga. Bentar ya," ucap Bunda yang hendak pergi meninggalkanku namun dijegat oleh mami.
"Biar aku aja mbak. Mbak urusin gadis satu ini aja dulu." Ucap mami ramah sambil cengengesan.
Bunda akhirnya mengangguk. "Yaudah, makasih ya."
Mami mengangguk dan berjalan menuruni tangga.
"Yuk masuk." Ucap bunda.
Aku hanya pasrah mendapati Bunda dan Cerry yang membopohku menuju kasur. Padahal tadi aku juga gak ada kenapa-kenapa jalan sendiri juga.
Ya walaupun kayak orang mabok, sih. Sempoyongan.
"Pusing?" Tanya bunda sambil menaikkan selimut padaku sampai dada.
Dengan deheman sebelum menjawab, "dikit," Aku akhirnya bersuara. Sexy? Tikus kejepit, iya.
Dengan diam, bunda terus memijat-mijat tanganku. Kebiasaan bunda saat aku sakit.
Rasanya sangat nyaman.
"Kamu besok gausah sekolah aja ya? Izin aja gimana?"
Aku mengernyit sesaat namun akhirnya mengangguk.
Tak ada salahnya.
Lagi pula, rasa-rasanya aku belum siap untuk menjawab setiap pertanyaan dari Luna dan Alex.
Apalagi, pertanyaan menuntut dari Nick.
"Nanti suratnya di titip ke Cerry boleh, nak?" Ucap bunda hati-hati. Tampaknya ia masih sedikit takut karena sikap Cerry yang memang dingin dan terkesan angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You And Me
Teen FictionIni tentang aku dan kamu. Tentang sebuah spasi yang ada diantaranya. Tentang pertanyaan, Apakah sebuah spasi dapat menghalangi kita?