chapter 12

11.7K 834 13
                                    

Ali memasuki rumahnya dengan suasana hati yang hancur. Tak bisakah dia, wanita itu untuk menunggunya?

Ali hanya membutuhkan waktu sedikit saja untuk menata hatinya untuk nya.

"Prill... Gue manusia, pria terbodoh dan pengecut yang kalah hanya karena perasaan... Gue lemah dan kelemahan gue itu lo.."

Ali menatap bingkai kecil yang slalu ia pajang di kamarnya.

"Sayangnya lo akan selalu lemah .. Karena Prilly gak akan lagi bersandar di pundak lo.."

Ucapan Zidan yang baru saja memasuki kamar Ali membuat Ali ingin menghajar nya terlebih dengan apa yang baru ia katakan.

"Gue gak akan nyerah untuk biarin dia tetap bersandar..." Ali menghelang nafasnya pelan. " Mungkin memang gak sekarang... Tapi gue yang akan jadi sandaran terakhirnya..." ucap Ali penuh penekanan.

"Uhhhh menyedihkan... Hidup lo itu Menyedihkan... Dan sayangnya itu garis takdir lo...gak akan pernah bisa lo milikin Prilly.."

Zidan meninggalkan Ali yang nampak sudah sangat emosi.

Ahggg

Ali meninju keras tembok dikamarnya hingga tanpa sadar tangannya terluka.

.
.
.
.
.

" Jaga hati lo untuk gue... Tetap bertahan demi gue atau gue yang paksa lo untuk bertahan"

Kata - kata itu terus saja beputar di otak Prilly. Bertahan, satu kata yang seakan mengunci dirinya.

Prilly benar - benar bingung. Ali kini begitu berubah. Ali, Captain kebanggannya, kini sangat perduli dengannya.

Prilly menuruni tangga menuju dapur. Ia mencoba menghilangkan fikirannya tentang Ali.

"Prill.."

Alya menghampiri Prilly dan tersenyum.

"Iya kenapa Al??" ucap Prilly sambil tersenyum.

"Lo tau kan gue suka sama Ali.. Gue harap lo bisa jaga jarak sama Ali.. Gue gak suka liat lo yang udah mulai dekat sama dia..." Alya berlalu meninggalkan Prilly yang masih diam membeku.

Jaga jarak

Itu yang saat ini tengah terjadi antara Ali dan Prilly. Bisakah... Prilly mulai menyukai Ali, dan haruskah ia membuang perasaan yang baru saja tumbuh dan hadir.

Prilly memegang dadanya, sakit. Itulah yang Prilly rasakan. Prilly menggelengkan kepalanya, mencoba menghentikan rasa pusing di kepalanya.
.
.
.
.

Ali memantulkan bola basket yang ia pegang. Ini keputusannya, ia akan memperjuangkan Prilly. Apapun yang terjadi.

Ali merasa ada yang menyentuh punggungnya. Ali berbalik dan menatap orang yang ada di hadapannya.

Ali menatapnya. "Ini minum lah... " wanita itu berbalik setelah memberikan minuman kepada Ali.

Dengan cepat Ali menarikanya hingga punggungnya membentur dada Ali. Ali memeluknya erat, melepaskan kerinduan yang terpendam. Mereka sama - sama terpejam.

"Kenapa menjauh??"

Wanita itu, Prilly membuka matanya saat mendengar pertanyaan Ali.

"Gue gak akan jauh dari lo.."

Ali memutar tubuh Prilly agar menghadapnya. "Kanapa menghindar??"

Prilly menatap mata Ali. "Gue gak menghindar.."

"Gue suka sama lo... Prilly apapun yang terjadi jangan jauhin gue.. Gue bener - bener butuh lo..pertahanin hati lo walau siapapun mencoba menjauhkan kita... Hatilo untuk gue"

My Love, My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang