chapter 16

11.2K 718 13
                                    

Ali begitu bersemangat untuk pertandingan terakhirnya. Ya, kali ini Ali memang tak bersama prilly kekasihnya. Ali tengah bersama timnya dan pelatihnya.

Namun, dari sekian banyak ucapan pelatihnya ada sesuatu yang mengganjal. Ya, ia merasa janggal dengan arah pembicaraan sang pelatih.

***

Setelah selesai latihan Ali menjemput Prilly untuk sekedar berjalan - jalan hingga malam.

"Li.. Kamu ngapain bawa aku kesini??"

Ali membawa Prilly di sebuah puncak bukit yang memiliki sisi tebing menghadap kota. Hingga seluruhnya terlihat indah di tambah taburan sang bintang.
Mereka duduk dengan prilly yang menyandar di dada Ali.

"Prill...Gue di tawari sekolah Atlet di Singapore. Jujur gue dulu sempet ngarepin itu, tapi itu dulu. Gue sekarang udah gak pengen itu lagi, tapi kalau gue nolak, itu berarti gue gak akan ikut turnamen kali ini. Jujur Prill gue bingung, gue dipindahin sekolah bahkan sebelum ujian berlangsung, gak ada cara lain gue harus nolak dan gak ikut turnamen kali ini, prill.. Jika kita nantinya tak sejalan apa yang akan kamu lakuin untuk cinta kita??"

Mengingat itu Prilly menjadi teringat akan perdebatan dan kemarahan dan kesedihan itu terasa lagi kini.

Flashback on

Prilly tengah memegang rantang berisikan opor ayam kesukaan tante Mia, ia sangat merindukan tantenya itu.

Prilly melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah mewah itu. Namun, langkah Prilly terhenti kala mendengar suara dua orang yang sangat ia kenali.

"Lo tenang aja Al.. Gue udah suruh pelatihnya untuk cabut dan memberhentikan Ali dari tim basketnya, bahkan dia gak akan bisa ikut turnamen terakhirnya ini.."

"Gila lo.. Tapi, gue seneng dengan gitu Prilly dan Ali pasti bakalan  pisah.. Gue juga udah ngomong ke paman gue buat nguliahin Prilly ke Amsterdam, dan di saat itu gue yang akan gantiin posisi Prilly.. Tapi, lo yakin Ali akan mau??"

"Jelas sih menurut gue.. Dia gak akan nolak, dia harus pindah ke Singapore kalau mau tetep ikut turnamen, sebenernya sih itu juga keinginan Ali dulu.. Sekolah Atlet di singapore untuk jadi pemain basket profesional, jadi secara gak langsung gue udah wujudtin satu impian dia dulu... Setidaknya gue gak jahat - jahat amat lah.."

Prilly benar - benar tidak habis fikir, ia langsung masuk dan langsung menghentikan percakapan keduanya. Zidan dan Alya.

"Gue gak nyangka kalian selicik ini... Al, gue tau lo suka sama Ali..gue tau gue udah nikung lo.. Tapi gak gini Al.. Dan lo Zi, apa coba maksud lo buat nyabut nama Ali untuk gak ikut Turnamen?? Apa?? Lo suka sama gue?? "

Prilly benar - benar geram dengan keduanya. Sahabat dan sepupunya.

"Prill itu salah satu impian Ali.." ucap Zidan menenangkan.

"Impian?? Lo udah tanya sekarang impiannya apa emang?? Kalau yang kalian mau adalah gue gak jadian sama Ali.. Ok, tapi Pliss jangan ganggu Ali dengan turnamennya!!"

Flashback off

"Lo seharusnya terima Li..."

Ali menatap prilly serius. "Kenapa?? Gue gak mau jadi Atlet?? Gue hanya jadiin basket sebagai hobi..lagian kamu mau kita jauh??''

"Iya.. Gue mau kita jauh.."

Ali tiba - tiba menjadi bingung, kenapa? Batinya.

"Li.. Gue sebenernya deketin lo buat Alya.. Gue deketin lo untuk nyomblangin lo sama Alya.. Gue bener - bener gak suka sama lo.. Gue gak suka sama cowok dingin kaya lo.. Gue gak suka,"

ucapan Prilly mulai melemah seiring airmata yang terus mengalir deras di pipinya.

"Alya yang maksa gue deket sama lo.. Karena sebenernya yang suka sama lo itu Alya bukan gue...!!" isak tangis Prilly mulai menggema. Ia berdiri dan mencoba menetralkan sesak didadanya.

Ali ikut berdiri dan mengarahkan bahu prilly untuk menghadapnya. Ditatapnya prilly yang menangis.

"Kamu bohong.. KAMU BOHONGGGG!!" ucap Ali dengan nada yang cukup keras.

"Kamu bohong kan sayang... Bohongg.. Prill kalau kamu mau aku pergi tatap aku.. Kamu gak bisa tatap aku dan menangis saat kamu meminta aku pergi... Kamu Bohonggg!! Aku sayang kamu..."

air mata Ali pun ikut terjatuh. Kekasihnya memintanya pergi!!!

"Aku akan pergi.. Jika aku melihat itu dari mata kamu.."

Prilly tau ini hal sulit. Tapi ia tak lupa betapa Ali sangat menati turnamen terakhirnya ini sebagai captain. Gelarnya itu bukan hal mudah mendapatkannya. Prilly tidak ingin jadi penghalangnya. Ia juga tau Ali ingin menjadi Atlet. Prilly, karenannya lah Ali tak ingin pergi karena Ali ingin bersamanya. Tapi bukan kah itu sama saja Prilly yang menghentika  impian Ali?

Dengan segala kekuatan Prilly menatap Ali walau air matanya juga hatuh.

"Aku minta kamu ikuti turnamen yang kamu mau itu... Aku minta kamu pergi ke Singapore.. Aku minta kamu jauhin aku.. Aku minta kamu pergi dari hidup aku.. Karena walau kamu bertahan pun aku akan pergi dari kamu.. Aku Minta.."

Ucapan Prilly terhenti kala Bibir Ali membungkam Bibirnya yang telah menyakiti lubuk Hati Ali. Tidak. prilly juga tersakiti dengan kata - katanya sendiri.

Ya ini memang saatnya menjauhi Ali, seiring dengan persetujuannya untuk kuliah di Amsterdam. Mungkin ini akhir cerita dari cintanya dengan Ali.

Ali mulai memperdalam ciumannya dengan Prilly. Mereka sama - sama terpejam dan menangis. Menangisi perpisahan dari kisah cinta mereka.

Dudududududududu....
Lalalalala....

Jadi udah tau kan rencana kejamnya Zidan dan Alya..

Gaje ya partnya..
Hahaha.. Biane..😇

Vote...

Comenttt #Bapernyakambuh

😅😁😱 kaboooooorrrrrrrrr

My Love, My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang