chapter 18

10K 626 2
                                    

Kirim...

"Zidan ayo..".

"Iya.." Zidan tersenyum puas.

(^v^)

Prilly menatap gedung - gedung bertingkat. Udara yang masih asing baginya. Begitu pun dengan orang - orang disekitarnya.

"Prill.. Ayo ikut paman, lebih baik jika kita cepat sampai dirumah.."

Prilly tersadar akan ucapan Roy pamannya.

Amsterdam, tempat yang akan menjadi sejarah baginya. Sejarah dimana ia akan memulai hidup dan hati yang baru.

Prilly mengangguk dan mengikuti arah pamannya pergi.

(..≧_≦..)

Prilly menghempaskan tubuhnya di kasur kamar barunya.  Ia membuka layar ponselnya.

"Gue mesti ganti Hp lagi dong!!" Prilly menatap sedih layar Ponselnya yang retak.

Flashback

Prilly berjalan tergesa - gesa di Bandara Soekarno-Hatta, ia sudah hampir saja ketinggalan pesawat yang akan di tumpanginya. Namun, hal ini malah membuat Prilly tak memperdulikan sekitarnya.

Bruggg

Iya menabrak seseorang yang juga tengah tergesa - gesa sepertinya.

"Awww.. Eh jalan liat - liat dong .. Dasar cewek Aneh.." ucap orang itu yang langsung pergi tanpa membantu Prilly yang terjatuh.

Prilly mendengus kesal tapi, "waaaa Hp gueeee... Woy lo cowok Absurt... Hp gue gantiii!!"

Tapi, dia telah pergi. Prilly akhirnya bangkit dan kembali berlari sebelum ia benar - benar ketinggalan pesawat.

Flashback off

"Hemm dasar cowokk.."

Gumamnya. Prilly duduk dari tidurnya, ia menatap sekelilingnya.

Iya harus segera terbiasa dengan ini semua.

*-*-*-*
Pagi ini prilly bersiap menuju kampus barunya. Dengan senyumnya yang terus mengembang prilly nampak cantik dan menawan.

"Pagi paman.." sapa Prilly sampai di ruang makan pada pamannya.

"Pagi.. Bie, bagaimana siap??"

"Iya dongg, prilly siap ..!!"

(・∀・)

Prilly melangkahkan kakinya di gedung yang terbilang mewah itu. Rasa canggung pun ia rasakan kala banyak yang meliriknya. Entah apa yang mereka fikirkan.

Prilly tak perdulikan itu, prilly berjalan menyusuri lorong kampus.
Prilly tampak melihat seseorang yang kesusahan membawa setumpukan buku , hingga akhirnya semua buku itu terjatuh di hadapan Prilly.

"Hai.. Lo gak papa??" tanya Prilly sambil ikut membantunya.

Orang itu mengangguk. "Ini.. Hati - hati..emm siapa nama lo??"

Pria itu menatap Prilly. ''Gue Sarga, lo??''

Prilly tersenyum. "Gue prilly, lo mau bawa kemana semua buku in?"

"Keperpus.. Hehehe maaf ya,!!"

"gue bantu ya.."

Sarga atau Arga pun mengangguk menerima bantuan Prilly.

"Lo mahasiswa baru ya??" tanya Arga pada Prilly.

"Iya Sar.."

"Jangan panggil Sar dong, panggil Arga aja.."

"Iya Arga.. Oh iya emm lo di fakultas apa??"

"Kedokteran"

"Wah sama dong... Kita sekelas nih!!" ucap Prilly antusias. Ya setidaknya ia mendapat teman disini.

*-*-*-*

Di Singapore

"Li.. Jadi apa rencana lo??" tanya Alya. Ia sudah capek berdebat dengan Ali.

Bagaimana tidak, Ali tak ingin memgambil kuliah yang dintawarkan yang sebenarnya bagian dari rencana Alya dan Zidan.

"Gue udah bilang kan kalau gue bakal ngelanjutin usaha caffe yang gue bangun sendiri.."

"Tapi, ini bukan bidang lo?? Sejak kapan lo suka bisnis Li??" tanya Zidan.

"Ok.. Gue kuliah tapi gue akan tetep ambil bisnis itu.."

"Terus lo mau kuliah dimana??" tanya Alya.

"Amsterdam"

Seketika itu Alya dan Zidan membulatkan matanya. Otomatis Ali akan bertemu dengan...

"Apa!!! Enggak!!"

Ucap Alya dan Zidan serempak, membuat Ali menatap Alya dan Zidan bingung.

"Kenapa??"

"Pokoknya.. Lo itu "

"Kan yang mau kuliah gue kok kalian yang ribet?? Lagian tadi lo berdua yang minta gue kuliah??" tanya Ali tak terima.

Jelas saja Ali bingung, tadi mereka yang memaksanya kuliah sekarang mereka malah seakan - akan menghalanginya.

Gaje...??

Biarin...!! 😜

Ahhhh ulangan, dan tugas.. Kayanya bakalan gak tentu ngepost nya... Ya tapi gak bakalan kelamaan juaga...

Kalau gak salah masih ada seson bapernya Ali sama Prilly deh mendekati end nanti.. Tapi, tungguin aja ya 😉😁

Dadada

Vote dan komen..

Diakhir cerita bakalan bikin kuis.. Hadiahnya PULSA biar gampang ngirimnya..

Makanya tunggu dan baca kelanjutannya ya.. 😂😉

My Love, My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang