Chapter 26

10.1K 610 1
                                    

Prilly terus memberontak. Entah untuk yang keberapa kalinya. Sedangkan Pria yang memegangnya saja tidak ada yang bergerak. Prilly merasa pening luar biasa dikepalanya.

"Waw.. Bagaimana kabarmu nyonya Ali?? Apa kamu mengingatku??"

"Alya" desis Prilly tajam.

"Hem.. Kau tentu tidak lupa sepupu..!!" ucap Alya yang mendekat dengan menodong - nodongkan Belati.

"Bahkan aku tidak ingin memiliki sepupu sepertimu." ucap Prilly datar.

Alya mengrenyit. Prilly dengan sifatnya yang lain. Belum pernah sama sekali Alya melihat dan mendengar prilly yang datar dan dingin.

"Ohhh, kau sudah punya keberanian sepupu?? Cewek manja dan selalu ceria ini berubah jadi datar??" tanya Alya dengan seringai di bibirnya.

"Heh, gila karna cinta saudara?? Apa kau fikir aku lemah?? Aku hanya tidak lagi bisa menangani orang gila sepertimu dengan cara yang sopan dan senyuman!!"

Waw. Alya benar - benar terkaget kaget dengan setiap kata dengan penekanan penuh yang di ucap oleh Prilly. Benar - benar wajah lain yang belum ia tau.

"Ya, kau benar soal cinta!! Aku gila karena cinta.. Karena itu! Karena aku GILA maka aku tidak akan setengah hati melakukan kegilaan.''
Alya menjeda kalimatnya lalu ia maju dan monodongkan Belatinya tepat di leher Prilly.

"Mungkin membunuh mu?? Atau menyiksamu dulu?? Ah, ya aku lupa!! Rantai dia!!!"

Perintahnya kepada dua pengawalnya yang sedari tadi memegang prilly. Prilly membrontak tapi ia kalah kuat dengan dua orang pria yang memegangnya.

"Terus, lo fikir Ali bakal suka sama lo?? Lo fikir lo bisa ambil hatinya??"

Prilly berusaha se tenang  mungkin, walau tak dipungkiri rasa takutnya sungguh lebih dominan dari rasa keberaniannya. Tapi, dia harus tetap tenang. Prilly terus saja berdoa dan menyebut nama Ali dalam hatinya. Ia berharap Suaminya itu segera datang.

"Hem.. Cukup berkesan. Setidaknya lo gak ada di sampingnya lagi..!!" ucapnya tersenyum miring.

Prilly telah terikat rantai dengan posisi berdiri. Setelah itu Alya pergi meninggalkan yang hanya menerangi prilly disana. Tidak ada penerangan lain.

"Ali..aku disini!!"

***

Ali merasa getaran di dadanya. Prilly, ia dan Farel sudah melacak keberadaan wanita iblis itu. Namun, sampai saat ini ia belum mendapatkan apapun. Sedangkan Zidan masih terbaring lemah. Satu- satunya yang tau kemana wanita iblis itu membawa Prilly.

Lima hari sudah terlewati. Ali benar - benar menjadi kacau dan sudah seperti mayat hidup. Tak ada yang tau bahkan Farel pun belum bisa melacak keberadaan Alya. Sial.

Brakk

"Li.. Lo ikut gue sekarang!!"

Farel mendobrak kamar Ali. Tempat Ali selalu mengurung dirinya. Ali yang berpenampilan acak - acakan itu nampak seperti orang yang siap diambil nyawanya kapan saja.

"Lo udah tau Prilly dimana?? Lo tau kan?? Dimana?? Farel??"

Ali berjalan sempoyongan kearah Farel. Farel menggeleng dan memegang kedua pundak Ali. Mata Farel tak memungkiri bahwa ia sangat merasa kasihan kepada Ali.

"Lo ikut.."

***

Farel menarik Ali menuju rumah sakit. Farel terus menyeret Ali hingga masuk kesebuah ruangan ICU. Tubuh Ali menegang. Menatap nanar seseorang yang menahan sakitnya.

Ali mendekat. Tetes air matanya jatuh.

"Dia ada...d.. di dekat lo..ne..muin...gue."

Dengan sisa tenaga terakhirnya Zidan menghembuskan nafas terakhirnya. Terkutuk lah kau Alya. Ali  benar - benar marah. Ia menarik Farel Pergi dengan cepat. Kali ini Ali yang mengemudi memfokuskan tujuannya kearah dimana ia menemukan Zidan. Zidan terbunuh di tangan wanita iblis itu. Zidan, Mamanya dan Prilly. Ali akan benar - benar membunuh Alya.

Ali sampai di sebuah rumah mewah. Disana nampak penjagaannya yang ketat.

"Sebaiknya gue panggil anak buah gue." ucap Farel telah siap menelfon anak buahnya, namun tanpa di sangka Ali mengambil senapan api dari saku Farel dan berlalu keluar. Farel membelalakan matanya. Nekat dan.. Ah!! Farel mengikuti langkah Ali dari belakang.

"Ali.. Lo gila!! Lo mau mati sebelum lo bisa nyelamatin Prilly!!"

Teriakan Farel sama sekali tak didengar oleh Ali. Alih - alih mendengarkan, Ali sudah menodongkan senjatanya dan menembak dua penjaga yang berada di depan pintu utama itu.

Farel semakin terbelalak kaget kala Ali masuk kedalam rumah itu tanpa berfikir panjang.

Ali masuk dengan tembakannya yang langsung ia layang kan begitu saja pada setiap orang disana. Adu tembak pun ter jadi.

Dorrr

Satu peluru itu berhasil mengenai sedikit lengan Ali membuatnya sedikit meringis. Pertumpahan darah pun terjadi. Ali pun terus saja ter gores dan tertembak tapi tidak ada yang masuk kedalam tubuhnya hanya tergores namun tetap saja menimbulkan luka.

"Prilly!!!"

Panggilan Ali itu menggema karena ia telah menghabiskan semua anak buah Alya.

"Ali!!!"

Teriakan itu berasal dari dapur membuat Ali dengan cepat mengarah ke suara itu.

"Sayang!!! Ini aku!! Kamu dimana??"

"Ali...jangan mendekattt!!!"

"Kamu diaman sayang!! Jangan takut!!"

Ali menuju sebuah pintu yang berada tak jauh dari dapur. Ali membuka pintu itu yang mengarah pada ruang bawah tanah.

Ali terus menyusuri tangga itu turun.

"Ali..aku mohon!! Jangan kesini !!''

"Prilly !!"

"Al..akhhh!!"

Ali semakin bingung dengan apa yang terjadi terhadap Prilly. Sampai Ali menemukan ruangan dan.. Oh tidak.

"Alya!!! Lo!!"

Ali melihat Alya yang sedang memotong kasar rambut prilly hingga membuat nya acak - acakan.

"Alya...!!!! Berhenti!!"

"Oh kau Ali?? Sudah datang??"

Dorr...

Tak fikir panjang Ali menembak kaki Alya hingga ia terjatuh. Ali berlari menghampiri prilly yang langsung jatuh di pelukannya.

"Ali.. Gue cinta sama lo..haha lo tega sama gue??" ucap Alya sambil bersujut dikaki Ali.

Dengan muka datar dan dinginnya ia menyentak Alya yang berada di kakinya lalu menggendong Prilly yang sudah tak mampi berdiri lagi.

"Gue pastiin sisa hidup lo dipenjara."

Ali melangkah pergi namun kata - kata Alya selanjutnya malah membuat Ali bergidik ngeri.

"Hahaha.. Kita menikah di penjara?? Kamu kok gitu?? Aku maunya di hotel kek..hahaha Ali ..hiks..hiks.. Kamu kenapa masih gendong dia..Ali!!!"

Ali yakini bahwa Alya Gila!!.

****

"Maafin mama Li gak bisa nyelamatin Prilly." ucap Mama Ali tepat di samping Ali.

Ali tersenyum mendengar ucapan mamanya. ''Enggak ma, Ali yang salah gak bisa jaga mama dan Prilly.."

"Sekarang kamu fokus jagain Prilly ya Li!!"

Ali mengangguk seraya tersenyum.

"Setelah ini Ali akan ajak Prilly pergi.. Karena kemungkinan dia pasti akan mengalami trauma..''

****

Okkk urusan Alya kelar juga..

Eh maaf Author telat post.. Abis betapa di gua.. Nyari inspirasi Alya mau diapain. Dan berujung pada dianya yang GILA.

Ok vote coment 😩😙😘

My Love, My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang