Janji Bayangan.

27 0 0
                                    

Judul: Janji Bayangan.
Genre: Romance.
Penulis: Daffa A.

Musik indah menjadi alunan ruangan kecil ini. Senyuman dan tawa di hari terakhir kami akan bersama ini menjadi penghias acara Farewell Party kami. Kami, siswa kelas XII, akhirnya lulus dari SMA ini, setelah perjuangan panjang yang “berdarah”. Canda tawa, senyum bersama, sakit bersama, airmata keputus-asaan, keringat perjuangan, semuanya terkenang setelah perjalanan 3 tahun kami.

Berbagai kegiatan yang heboh berlangsung di sini. Selalu saja setiap tahun ini diadakan. Tapi, kami tahu semua ini hanyalah sesaat, karena kami akan melanjutkan perjalanan.

“Sonata, bisakah ku bicara?” Tanya Harmus, teman sekelasku yang sangat diidolakan di sekolahku. Bagaimana tidak, pintar dan bersahabat, setidaknya kata mereka.

Aku mengangguk pelan. Alunan musik yang cukup keras menyamarkan pembicaraan kami saat ini. Panggung masih dihebohkan dengan nyanyian musik.

“Aku mencintaimu,” ucapnya pelan dengan mendekatkan mulutnya dengan telingaku.

Aku tak yakin dengan ucapannya, dengan pelan menjawabnya, “Maksudmu?” Tanyaku ke arahnya setelah dia menjauhkan wajahnya dariku.

Dia kembali mendekatkan mulutnya ke telingaku, seakan kali ini dia lebih menekankan ucapannya. Dengan persis dia mengatakan, “I love you.

Setelah itu, dia menarik wajahnya dari dekat telingaku dan menatapku dengan wajah bersahabatnya, seperti dia memberikan pesona itu kepada semua orang seperti biasa, namun aku bisa melihat dengan samar senyuman itu, sebuah senyuman yang tak bisa kuartikan.

“Cie!” Teriak teman-temanku yang tiba-tiba melihat ke arah kami. Tampak beberapa dari mereka langsung tak percaya dengan yang baru saja terjadi. Jangankan mereka, aku saja tak percaya dengan ini.

Samar-samar aku mendengar suara Harmus lagi, yang matanya tampak menatap ke bawah. “Aku akan kembali untukmu, tunggu aku, Sonata.”

Harmus langsung pergi meninggalkan kami tanpa satu patah katapun. Tampak beberapa perempuan, teman-temannya, ingin berfoto dengannya. Namun, yang tak pernah kulihat sebelumnya, dia dengan dinginnya menolak mereka. Hanya rasa kecewa dan heran yang tampak dari wajah mereka.
***

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Sudah 5 tahun aku berpisah dengan teman-teman SMA. Tiba-tiba ada sebuah telpon dari nomor tak dikenal.

“Siang Sonata!” Ucap suara seseorang di seberang dengan riang. Aku bisa menebaknya, Ashiele, teman akrabku waktu SMA.

“Ada apa Ashiele? Tumben banget ceria,” ucapku sedikit cekikian menahan tawa dan airmata haru.

“Zoralion ingin kelas XII kita dulu berkumpul di Rumah Makan Red Bamboo, kamu ikut?” Tanya Ashiele.

“Ya, aku usahakan datang.” Jawabku dengan antusias. Tiba-tiba terbesit ingatanku tentang ucapan Harmus 5 tahun silam.

“Siapa saja yang tidak datang?” Tanyaku penasaran.

“Kata Zoralion semuanya sudah konfirmasi datang, kecuali Harmus sama kamu, makanya aku nelpon kamu,” jawab Ashiele. Apakah berarti dia hanya berkata saja waktu itu?

“Kenapa Harmus?” Tanyaku heran. Harmus selalu datang di berbagai acara yang berhubungan dengan teman-teman akrabnya, dan semua orang yang mengenalnya tahu itu.

“Cie yang nyimpan rasa,” sindir Ashiele.

“Nggak lucu!” Ucapku cemberut dengan nada penuh kesal.

“Udah, rindu kamu sama si Harmus ya? 5 tahun dia udah nggak ada kabar, semenjak dia pergi kuliah di Digital Revolution University. Rupanya dia ngena banget waktu itu,” ucap Ashiele seraya tertawa terbahak-bahak di seberang. Aku hanya terdiam.
***

Kami pun berkumpul di tempat yang diminta Zoralion. Semua sudah hadir, kecuali Harmus, seperti yang sudah dikatakan Ashiele.

Acara reuni itu berlangsung sederhana dan cepat. Namun, yang mengejutkan kami semua adalah saat Zoralion minta bill pembayaran.

“Sudah di bayar tuan,” ucap pelayan dan kami terkejut.

“Oleh siapa?” Tanya Zoralion cepat.

“Seorang laki-laki berjas hitam. Katanya teman anda.” Jawab pelayan itu.


“Aku yang membayarnya.” Ucap suara familiar. Kami menatapnya. Tak lain dia adalah Harmus.

“Aku kembali, memenuhi ucapanku 5 tahun silam. Aku tahu ini mengejutkan, tapi-“ ucapannya terputus. Beberapa pelayan membawa bunga ke tempat ini, menghiasi setiap sudutnya.

Sonata, will you be mine?” Ucapnya dengan senyuman.
*

Flash Fiction Collection [Event 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang