Judul: Dimensi Seberang.
Genre: Fantasi.
Penulis: Amaliah Hasan.Mari kupernalkan, dunia nyata yang seolah fiksi.
Dunia ini berdampingan dengan dunia manusia. Semua penduduknya dapat melihat manusia, namun hanya beberapa dari manusia yang dapat melihat mereka. Hanya manusia yang memiliki jiwa muda dan tak takut mati.
“Kami tak pernah menua. Ibuku pun sebaya denganku,” tutur Lily, seorang gadis penghuni dunia itu kepada diriku.
Aku disambut ramah oleh penduduk setempat ketika diriku berkunjung ke sana. Benar kata Lily, tak ada orang keriput atau orang bungkuk. Mereka semua terlihat muda, bugar dan bersemangat. Mereka semua berusia 17 tahun.
“Apakah kau mau berkeliling di dunia kecil ini?” tanya Lily dengan antusias. Aku mengangguk sambil tersenyum, lalu mengekor di belakang Lily yang berjalan sambil menari-nari kecil.
Dunia ini tak seperti dunia manusia. Dunia ini mempunyai udara yang harum dan manis, pepohonan yang berdampingan hingga membentuk kanopi di sepanjang jalan, serta hewan-hewan yang tak akan pernah kau lihat di dunia manusia.
“Aku paling suka ketika musim semi. Setiap pohon di tempat ini akan punya warnanya sendiri. Ada yang berwarna hijau, jingga, bahkan merah muda! Cantik sekali, kan?” jelas Lily sambil tertawa riang. Aku mengangguk di belakangnya, sementara ia masih melangkah menuju arah lain.
Lily berhenti di depan sebuah danau yang berwarna hijau kebiruan. Aku memeluk tubuhku sendiri, di tempat ini anginnya terasa lebih dingin daripada di tempat sebelumnya. “Kenapa di sini terasa dingin sekali?”
“Karena danau ini adalah tempat pemakaman bagi jiwa manusia yang tak punya ambisi. Mereka yang tak punya ambisi mempunyai aura yang dingin dan kelam, sementara jiwa yang punya menggelora biasanya auranya hangat dan bersinar. Seperti kau,” jelas Lily sambil menunjuk ke arahku.
Aku mengangguk kemudian memasukan tanganku ke dalam saku celana. Rasa dinginnya benar-benar menusuk kulit. “Bisa kita pergi dari sini? Aku bisa mati kedinginan kalau berdiam di sini.”
Lily tertawa kemudian mengangguk dan mulai melangkah lagi.
“Apa di sini ada peri?” tanyaku dengan rasa penasaran yang membuncah. Lily tak berbalik ia hanya mengangguk sambil bergumam pelan. Kulanjutkan mengajukan pertanyaan, “Bagaimana bentuk mereka?”
Untuk menanggapi pertanyaanku yang kedua, Lily berbalik. Ia menelisikku dengan matanya yang berwarna hijau, “Aku pernah dengar dari ibuku, manusia memercayai bahwa peri adalah sosok yang sangat baik dan lucu. Tapi, percaya deh, di dunia ini, peri tak sebaik yang kau bayangkan. Mereka akan meminta imbalan untuk sesuatu yang mereka telah berikan.”
Aku menautkan alisku, sementara Lily kembali memunggungiku dan melangkah menjauh.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya kami sampai di tempat awal kami bertemu. Aku dan Lily berhenti di depan sebuah pintu cokelat yang merupakan jalur penghubung antara dunia ini dengan kamarku.
“Apa aku bisa kembali ke sini lagi?” tanyaku kepada Lily yang masih berdiri di hadapanku.
“Sayangnya tidak bisa. Satu manusia hanya bisa berkunjung sekali,” tutur Lily sambil tersenyum sedih. Ia mengangsurkan sebuah benda ke arahku, “tapi kau bisa ambil ini untuk oleh-oleh.”
Aku menerimanya. Benda itu merupakan sebatang bunga yang berbentuk seperti bunga matahari namun berwarna merah seperti mawar.
“Itu bunga abadi. Tak akan pernah mati, selama kau menyimpannya dengan baik,” jelas Lily sambil mengulum senyum. Sedetik kemudian ia membelalakan mata kemudian berucap, “Ah! Aku lupa! Aku harus pergi! Selamat tinggal, Abel!”
Dan di situlah pertemuanku dengan Lily dan dunia itu berakhir.
Apakah kau penasaran dengan dunia itu? Kau ingin melihat sendiri dunia itu? Saranku, jadilah manusia yang mempunyai aura hangat dan bersinar seperti yang Lily katakan. Sekian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Flash Fiction Collection [Event 2]
Short Story"Kamu suka permen atau coklat?" "Ga suka keduanya!" "Pasti kamu suka ini." "Apa tuh?" "Ini loh, kumpulan cerita singkat event kedua Wattpadesurd. Baca kuy." "Kuy lah." New! Ini dia gabungan cerita singkat antarpenulis dari beberapa genre yang dikema...