Judul: Lantunan Patah Hati.
Genre: Romance.
Penulis: Zihan.“Lagu kutukan.”
Alana mengangkat kepalanya dari buku yang dibacanya. Matanya langsung menangkap sosok pria dengan kemeja hitam yang digulung sampai siku. “Sori?”
“Gue waktu itu putus sama mantan gue gara-gara lagu ini. Pas dia mutusin gue, dia langsung listening lagu pamit di Path,” kata Angga lalu menarik kursi di depannya. “Rey belum dateng?”
Alana sedikit menyunggingkan senyum geli sebelum akhirnya mengeleng. “Katanya masih di jalan.”
Angga manggut-manggut lalu membaca buku menu. Setelah memesan, dia kembali menatap Alana. “Lo ... apa kabar?”
“Baik. Lo gimana?”
“Baik juga, mungkin,” kata Angga tak pasti. “Kita ketemu terakhir pas pengumuman lulus UN sama SNMPTN bulan lalu, kan?”
Alana mengangguk. “Oh, iya. Selamat ya, keterima di FIKOM UNPAD.”
“Selamat juga buat lo, keterima di psikolog UGM, kan?”
Alana tersenyum kecil. Hatinya sudah dapat membebaskan rasa rindu yang di deranya selama ini, tapi mengapa justru dia yang terkurung canggung dengan pria yang mampu membuat jantungnya berdetak tidak normal?
“Gimana sama Nabil?”
Angga yang baru saja menyeruput kopinya kembali meletakkan cangkir putih itu di atas meja. “Bener kata lo waktu itu. Dia butuh status dan akhirnya gue memperjelas status kita sehari setelah pengumuman SNMPTN.”
“Oh, ya?” tanya Alana berusaha tertarik. “Berarti sekarang udah jadian dong?”
Angga tertawa lalu mengangguk. “Makasih. Ini gara-gara lo juga, kok.”
Dan, apa yang lebih menyakitkan dibandingkan menjadi tempat curhat oleh orang yang mampu membuat binar mata tak sama saat menatapnya?
“Dia gimana pas tau lo keterima di UNPAD?”
“Ya seneng lah.”
“Dia mau LDR-an?”
“Dia di Dago dan gue di Padjajaran. Itu emang ke golong LDR-an?”
“Iyalah, kan jauhan.”
“Masih satu kota, kok,” kata Angga. “Lagian, jarak menurut gue nggak masalah asal gue sama dia udah saling percaya. Bener, nggak?”
Dan Alana sadar, kapan dia harus semakin melangkah untuk mundur.
“Setuju,” kata Alana masih berusaha merespon. “Si Rey masih lama kayaknya. Gue ke Gramedia di depan dulu, ya?”
Angga mengangguk. “Oke.”
Alana bergerak menjauhi cafe. Lagu yang mengalun di cafe perlahan menjadi sayup-sayup masuk ke telinganya.
BRUK!
“Aduh!” Alana mengerang karena dia jatuh saat akan menaiki tangga masuk Gramedia hanya karena kaki kanannya tak sengaja menginjak tali sepatunya yang tak terikat.
“Sakit?” tanya sebuah suara yang membuat Alana buru-buru bangkit dari posisi duduknya.
Dengan mengangkat dagu penuh gengsi Alana menjawab, “Nggak.”
“Uh, emang katanya kalau cewek patah hati, organ tubuhnya yang lain jadi kebal,” Rey menjawab dengan nada menyebalkan.
“Apaan sih, Rey?”
“Lah, gue denger mereka udah jadian?” tanya Rey balik.
“Terus kalau mereka jadian, kenapa?”
“Itu hati, nggak kenapa-kenapa?”
“Kenapa harus kenapa-kenapa?”
Rey mengangkat bahu malas memperpanjang. “Cie, yang baru ketemu mantan gebetan.”
“Lucu,” balas Alana. “Sengaja ya lo?”
Rey tertawa. “Gue liat gimana lo nikmatin ngobrol sama Angga tadi. Efek udah lama nggak ngobrol, ya?”
“Sok tau.”
“Dih,” Rey mendecih. “Emang katanya kalau cewek yang lagi patah hati itu jadi sensitif.”
“Hidup kok pake embel-embel kata orang terus?”
“Ya namanya juga hidup,” jawab Rey kalem. “Tapi Lan, bukannya cinta itu tentang bahagia liat orang yang kita cintai bahagia?”
Alana tersenyum meremehkan. “Tanpa punya rasa egois untuk memiliki?” tanyanya. “Cinta nggak sesederhana itu, Rey.”
Rey menatapnya lurus-lurus, bingung.
“Udah, ah. Mending lo ke cafe sana, kasian si Angga sendirian,” selepasnya, Alana berjalan dengan arah berlawanan dari Gramedia, tanpa arah.Satu tetes air jatuh ke pipinya. Alana mendongak ke langit. Tidak hujan.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Flash Fiction Collection [Event 2]
Nouvelles"Kamu suka permen atau coklat?" "Ga suka keduanya!" "Pasti kamu suka ini." "Apa tuh?" "Ini loh, kumpulan cerita singkat event kedua Wattpadesurd. Baca kuy." "Kuy lah." New! Ini dia gabungan cerita singkat antarpenulis dari beberapa genre yang dikema...