Part 35 {Revisi & Republish}

317K 11.9K 269
                                    

Keo masuk dan langsung menghampiri Letta yang sedang kesakitan
"Loh mas ngapain disini?!" tanya salah seorang suster sambil menahan Keo.

"Saya suaminya!" Bentak Keo sambil menyentakkan tangan suster itu. Keo langsung menghampiri Letta dan memegang tangan perempuan itu tanpa peduli ucapan suster yang menghalanginya tadi.

"Ta, yang kuat ya," ucap Keo

"Ke-argh! Sakit," pekik Letta. Perempuan itu sudah bercucuran air mata dan bermandikan keringat. Tentu saja Keo yang melihatnya sangat ketakutan dan juga khawatir. Tapi ia berusaha terlihat kuat agar bisa menyalurkan energinya kepada Claretta.

"Ta. Ayo, Ta! Kamu pasti bisa!"

"Ibu ayo mengenjan," ucap dokter itu

"Huh, huh, huh, enghhh huh, huh, huh," Letta terus menggenggam tangan Keo kuat. Malah terkesan seperti mencengkram. Kuku Letta yang panjang menancap di kulit Keo. Tapi Keo sama sekali tak memperdulikannya. Ini tidak ada apa-apanya dibanding sakit yang dirasakan Letta.

"Ayo, Ta! Kamu pasti bisa. Demi anak kita,"

"Ayo bu terus! Kepalanya sudah terlihat,"

"Huh, huh, huh, enghh, arghhh!"
"Oek... oek...oek.."

Teriakan Letta itu dibarengi dengan tangisan bayinya yang keluar. Letta lalu terkulai lemas sambil memandangi bayinya dengan sendu. Air matanya terus saja mengalir. Perasaannya benar-benar campur aduk saat ini. Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"Alhamdulilah. Bayinya laki-laki pak. Sehat tidak ada cacat sedikit pun," ucap dokter itu. Letta dan Keo tak sanggup berkata-kata. Mereka hanya bisa tersenyum syukur dengan tangan yang saling menggenggam erat. Mereka berdua seakan melupakan kalau mereka sedang ada masalah.

Dokter itu pun akhirnya memberikan sang kakak kepada suster untuk dibersihkan. Tiga menit berselang Letta kembali kesakitan. Keo dengan sigap menggenggam tangan Letta semakin erat dan menciumi wajah Letta berkali-kali memberikan ketenangan.
"Ke sa-kit," rintih Letta. Air mata tak berhenti keluar dari matanya. Tak sadar Keo juga akhirnya menitihkan air matanya.

"Ta, kamu harus kuat ya. Aku disini temenin kamu. Ayo terus, Ta. Demi aku, demi anak-anak kita," bisik Keo. Letta menganguk dan mulai melakukan yang diintruksikan dokter.

Kelahiran yang kedua ini tidak sesulit yang pertama. Hanya beberapa menit anak kedua Letta dan Keo pun lahir.
"Anak ibu dan bapak perempuan. Sehat seperti kakaknya," ucap dokter sambil tersenyum.

Keo sudah tak dapat menahan rasa bahagiannya, ia bahkan menciumi wajah Letta berkali-kali sambil menggumamkan terima kasih. Bahkan ia kini ikut terisak bersama Letta.

Beberapa saat kemudian. Ditengah rasa yang masih membuncah tinggi. Suara seseorang membuat keduanya menoleh.
"Maaf pak, ini bayinya," ucap suster sambil mendorong dua box kecil ke arah Letta dan Keo.

Keo mendekati box itu sambil tersenyum. Laki-laki itu membelai kedua pipi anaknya lembut. Satu bulir air matanya menetes. Letta yang melihat itu hanya mampu tersenyum bahagia. Tak menghiraukan rasa sakit hatinya lagi. Seolah-olah pemandangan di depannya ini adalah obat paling mujarab menyembuhkan sakit hatinya.
"Hai anak daddy," bisik Keo pelan. Ia pun mulai mengadzani kedua anaknya.

"Welcome to the world baby," bisiknya lagi. Ia mencium kedua anaknya bergantian.

"Maaf pak sekarang waktunya ibu Letta menyusui bayinya," ucap suster. Keo menoleh ke arah Letta, lalu mendekatinya.

"Maaf Ta. Aku bakal jelasin yang sebenarnya nanti. Makasih ya sayang, kamu udah kasih aku dua malaikat. Aku sayang banget sama kamu," ucap Keo mencium kening Letta lama.

Mommy in 17 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang