Part 16 {Revisi & Republish}

357K 15.3K 227
                                    

"Bu, udah dong. Saya kan mau jadi anak yang rajin. Masa mau sekolah gak dibolehin sih?!" Kata Keo merengek.

"Nggak! Suruh siapa kamu telat?!" Jawab bu Anis yang masih bersedekap dada di dalam gerbang.

'Aha!' batin Keo sambil mengeluarkan smirk-nya.
"Bu, bu! Eh, liat bu!! Ada Anang Hermansyah sama Asyanti tuh bu. Eh, anjir! cakep banget gila," Teriak Keo histeris.

"Mana-mana?" Tanya bu Anis antusias.

"Itu! itu bu! itu!" Sambil menunjuk salah satu jalan. Bu Anis pun langsung menoleh. Kesempatan ini buru-buru digunakan Keo untuk memanjat dan meloncati pagar lalu langsung berlari meninggalkan bu Anis yang masih clingukan.

"Haha, dasar bu Anis gampang banget di bohongin," Gumam Keo sambil berjalan santai ke kelasnya. Baru beberapa langkah kakinya menapak di koridor IPS. Matanya menangkap sosok yang sedang berdiri di depan tiang bendera. Keo pun memicingkan matanya agar dapat lebih jelas melihat sosok itu.

"Damn! Letta ngapain disitu?!" decak Keo yang langsung berlari menghampiri Letta.

"Letta!" Bentak Keo

"Lo ngapain disini?! Lo mau bikin anak kita mati, hah?! Lo gak boleh kecapean Letta! Kandungan lo lemah," Bentak Keo lagi.

Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Entah kenapa sekarang ia jadi mudah menangis.

Letta tidak menjawabnya dan langsung berbalik meninggalkan Keo. Tapi baru beberapa langkah, kepalanya sudah berdenyut kencang. Letta refleks memeganggi kepalanya. Keo yang menyadari hal itu buru-buru berlari ke arah Letta. Dan benar saja dugaanya. Sedetik kemudian Letta pingsan. Dengan sigap Keo langsung membopong istrinya itu menuju UKS.

"Dok, dok! Priksa!" teriak Keo langsung, sesaat setelah dirinya memasuki ruang uks.

"Tidurin disini aja, Ke!" Titah Ajeng menunjuk salah satu brankar disana.

"Dia kenapa?" Tanya Ajeng, dokter yang bertugas menjaga UKS itu.

"Kayanya dihukum deh. Tapi mungkin keadaanya lagi gak fit juga. Jadi pingsan," kata Keo sok tenang. Padahal pikirannya sudah kemana-mana.

"Dia gapapa kok.Cuma kecapean aja. Kalo saya perhatiin. Letta juga sekarang pucet terus ya? Gak kaya dulu pecicilan banget," kata Ajeng sambil menyodorkan beberapa obat ke Keo.

"Ini obat apa?" Tanya Keo

"Obat sakit kepala,"

"Dosisnya tinggi nggak?" Tanya Keo lagi. Dokter Ajeng mengernyitkan dahinya bingung dengan tingkah Keo. Tapi tetap menjawab juga.

"Lumayan sih," gumamnya.

"Gausah deh. Aku bawa obatnya kok," kata Keo sambil mengembalikan obat itu.

"Lah? Tumben banget kamu perhatian sama dia. Biasanya kan kaya kucing sama tikus,"

"Ya, dia di titipin sama aku," Dokter Ajeng sendiri hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Yaudah. Aku keluar ya. Kalau ada apa-apa panggil aku aja. Awas, jangan di apa-apain! belum sah." Kata Ajeng terkikik lalu segera keluar. Keo hanya tersenyum menanggapi, lalu beralih kepada Letta.

"Sorry, Ta. Gue nggak bermaksud bentak lo. Gue cuma khawatir," gumam Keo sambil mengusap kepala Letta sayang.

"Maafin daddy ya. Udah bentak mommy kamu. Daddy cuma khawatir aja. Kamu yang kuat ya nak. Jangan bikin susah mommy kamu lagi," gumam Keo sambil mengusap perut Letta, lalu setelahnya mencium kening Letta lama.

Keo kembali duduk sambil menggenggam tangan Letta dan merebahkan kepalanya di pinggiran brankar itu lalu tertarik ke alam mimpi.

***

Letta mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Kepalanya masih berdenyut hingga refleks membuat Letta memegangi kepalanya.

"Eughh," ringis Letta, membuat Keo ikut sadar dari tidurnya.

"Lo udah bangun. Gimana? Apa yang sakit? Masih pusing nggak? Kita pulang aja yuk," cerocos Keo panjang lebar. Letta tidak menjawab. Ia langsung menarik tangan Keo hingga tubuh laki-laki itu lebih dekat ke arahnya. Sedetik kemudian Letta sudah memeluk Keo sambil menangis.

"Maafin aku. Aku nggak maksud bunuh anak kita. Tadi aku dihukum karena tidur dikelas. Tapi itu gara-gara semalem gabisa tidur. Maafin aku," kata Letta sesenggukan dan lebih mengeratkan pelukanya pada Keo.

Mendengar penuturan Letta, Keo makin merasa bersalah.
"Maafin aku juga ya. Aku tadi refleks bentak kamu. Soalnya aku khawatir," jawab Keo sambil mengusap punggung Letta. Sesekali mencium puncak kepala istrinya.

Letta melepaskan pelukannya dan menatap Keo dengan geli.
"Kenapa gitu?" Tanya Keo sambil memicingkan kepalanya.

"Hehe. Apaan deh pake aku kamu," gumam Letta seraya terkekeh. Keo pun mau tak mau ikut terkekeh.

"Gapapa sama istri sendiri juga," ujar Keo sambil menyentil dahi Letta pelan.

"Hmm, yalah-yalah."

hening

"Ta?" Panggil Keo akhirnya.

"Ya?"

"Kita mulai dari awal lagi ya. Kita jalani ini semua sesuai takdir yang Allah kasih buat kita. Aku bakal berusaha buat cinta sama kamu, dan sebaliknya. Ini juga demi masa depan kita dan anak kita, kamu mau kan?" Kata Keo memegang tangan Letta sambil menatap gadis itu lekat.

Letta tidak menjawab, ia langsung mengalungkan tanganya ke leher Keo dan

'Cup'

Benda manis dan kenyal menempel di bibir Keo. Keo mengedipkan kedua matanya tak percaya, namun seketika senyum Keo mengembang. Dan saat Letta ingin menarik wajahnya menjauh, Keo dengan sigap langsung menahan tengkuknya dan melumat bibir Letta perlahan. Letta yang hanyut dalam ciuman Keo pun akhirnya ikut membalas.

"Ekhem!" dehem seseorang sontak membuat mereka berhenti karena terkejut.

"Bagus! Enak ya lo, Ta. Kita khawatir setengah mati sama lo. Eh lo nya malah asik-asik disini sama suami tercintah," gerutu Ria kesal

"Ah iri bae lu. Sini sama gue," kata Aldo yang langsung dibalas jitakan Ria.

"Najis! Jijik gue," Cibir Ria

Sedangkan Letta sudah menutupi wajahnya dengan bantal karena terlalu malu. Keo pun terkekeh sambil mengacak rambut Letta gemas.

---------------------------------------
'MI17'
Keknya panjang nih ...
Hehe
Vote and comment

*Revisi kedua : 20 Oktober 2016
*Revisi ketiga : 1 Juni 2019

Mommy in 17 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang