Ketika sebuah rasa mengalahkan segalanya, maka yang tidak masuk akalpun akan berubah menjadi sesuatu yang sah. Cinta itu bukan hanya tentang mencintai atau dicintai namun lebih pada bagaimana kamu mendapatkan, menjaga dan juga mempertahankan. Kekuas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah tersedia di google playbook.
Dua hari sudah Karina bekerja di kantor pusat Kingdom Group. Dua hari pula ia merasa tidak bekerja serta tingkah Clara yang tiba-tiba begitu penasaran dengan hubungannya bersama Jonathan. Karina menatap dua orang sekertaris Jonathan dengan pandangan kesal. Bagaimana tidak, jika sejak tadi dua perempuan berpakaian sexy itu terus saja membicarakan dirinya. Ada tujuh orang dengan dirinya di ruangan ini, dan mereka yang paling mencolok membicarakan dirinya. Ditambah lagi Jonathan sama sekali tidak memberikan Karina pekerjaan apapun seolah ia makan gaji buta. Karina menarik tubuhnya untuk berdiri. Lebih baik ia pergi dari sini dari pada ia harus mendengar gosip tentang dirinya sendiri dari mulut kedua perempuan sexy itu. Persetan jika nanti ia dipecat toh dia juga tidak mengerjakan apapun. Tapi ya wajar juga Karina tidak kebagian pekerjaan. Karena enam orang yang berada di ruangannya itu adalah sekertaris Jonathan.
Karina melirik Rose yang terlihat sedang menerima telfon dari seseorang, lalu tidak berapa lama ia memanggil Karina yang sudah hampir mencapai pintu keluar untuk menemui Jonathan. Karina membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruangan Jonathan. Dengan wajah tenang ia memutar knop pintu dan memasuki ruangan mewah itu. Ditatapnya Jonathan yang terlihat tampan dengan balutan black suit miliknya. Oh astaga, dia memang selalu menawan memakai pakain-pakaian gelap seperti itu. Karina terus melangkahkan kakinya hingga berada di depan meja kerja Jonathan. Ia menunduk hormat sebagai formalitas.
"Tuan Louis, anda memanggil saya?" kata Karina sopan.
"Duduklah ..." sergah Jonathan. Karina menerima perintah Jonathan lalu ia mengernyit bingung saat Jonathan memberikan dirinya sebuah map biru yang entah berisi apa.
"Ini apa?" Tanya Karina dengan nada sopan.
"Kontrak kerja, kamu tenang saja bukan sesuatu yang harus kamu takutkan ..." Karina melihat Jonathan curiga. Harusnya Karina menandatangani itu divisi kepegawaian. Mengapa harus Jonathan sendiri yang mengurusinya? Seolah mengerti apa yang dipikirkan gadisnya, Jonathan kembali menjawab.
"Tadi pagi saya mengambil file di divisi kepegawaian, karena kebetulan kamu sekertaris saya makanya saya mengambilkan ini untukmu. Lagipula kontrak itu butuh tandatangan saya bukan?" sambung Jonathan santai. Bagus, sekarang Jonathan bahkan menjawab apa yang sedang Karina pikirkan.
Satu lembar ... Dua lembar ...
Karina membaca dokumen itu dengan saksama. Hanya kontrak biasa. Begitulah pikirnya. Tapi mengapa ada sekitar tujuh lembar surat kontrak? Biasanya hanya ada dua atau tiga lembar atau mungkin karena ini kantor pusat makanya butuh beberapa lembar lagi? Karina membaca lembar ketiga dan keempat untuk memastikan jika itu surat kontrak kerja seperti yang seharusnya. Dan ya, itu memang kontrak kerja biasa. Tanpa membacanya lebih lanjut Karina menandatangani semua dokumen itu tanpa menyadari seringai tipis dibibir Jonathan.
Sesuai dugaan, Karina tidak seteliti itu ...
Karina mengembalikan dokumen itu pada Jonathan. Jonathan menghilangkan seringainya saat menerima map yang baru saja Karina tandatangani. Jemari panjang Jonathan menekan beberapa nomor ditelepon dimeja kerjanya.