Karina menatap kosong meja didepannya. Saat ini seluruh tamu undangan pernikahan Alona dan Davine sedang berada di ruang bawah tanah gedung. Entah apa yang terjadi di luar sana yang jelas tadi itu sesuatu yang sangat berbahaya. Apalagi salah satu undangan tertembak tepat di depan mata Karina.
Salah Karina sendiri memang yang begitu penasaran dengan beberapa kali suara tembakan yang terdengar di luar gedung. Karina yang penasaran segera menarik tangan Andrew yang berada tidak jauh darinya untuk mengambil segelas minuman di stand minuman yang memang dekat dengan jendela. Ia bahkan berusaha tidak memperdulikan upacara pernikahan Alona dan Davine yang sedang berlangsung.
Tidak berapa lama Karina dan Andrew mengantri seorang pria paruh baya yang juga mengantri di depan Karina tiba-tiba ambruk dengan darah yang membanjiri perutnya sesaat setelah suara pecahan jendela terdengar keras. Karina sangat terkejut hingga terpaku melihat hal mengerikan depannya. Dalam benaknya terfikir, bagaimana jika pria itu tidak depannya? Bagaimana jika itu mengenai perutnya dan melukai buah hatinya? Bagaimana jika calon buah hatinya ...
Dimana Jonathan? Apa dia sedang baik-baik saja? Apa dia sedang berada luar atau dimana? Mengapa ia tidak ada untuk Karina di saat seperti itu?
Andrew yang saat itu berada di samping Karina segera menarik tubuh Karina menjauhi tempat kejadian. Lalu Jamie beserta keluarganya yang lain menyusul Andrew yang bersama Karina. Hingga mereka sampai di ruang bawah tanah gedung bersama yang lainnya. Tidak hanya mereka tapi juga seluruh tamu undangan.
“Karina, kamu baik-baik saja?” tanya Jamie yang sangat frustasi karena Karina yang sejak tadi diam tanpa menjawab pertanyaannya. Begitupun dengan Ahra yang sudah menyerah membujuk Karina untuk bicara. Miranda yang berada tidak jauh dari Karina pun ikut prihatin melihat menantunya hanya diam ketika pria yang Miranda tahu adalah ayah dari sang menatu menanyakan keadaannya.
Miranda tahu Karina pasti sangat shock melihat seorang pria paruh baya tertembak di depan matanya. Tapi ia benar-benar tidak mengira akan seperti ini efeknya pada Karina. Tidak hanya keluarganya yang berusaha membujuk untuk Karina bicara, Alona dan keluarganya pun berusaha menenangkan hati keponakan mereka.
“Karina lebih baik kamu menangis daripada kamu diam dengan tatapan kosong seperti ini ...” desis Jamie yang masih sangat frustasi melihat Karina yang diam dengan pandangan kosong seraya salah satu tanganya memeluk perutnya dengan lemah.
“Karin, katakan kamu baik saja sayang, tolong jangan buat Umma khawatir ...” sahut Ahra meraih tangan Karina yang lain dan mengecupnya dengan hangat. Tapi sepertinya itu sama sekali tidak berhasil, Karina masih tetap diam dan menatap kosong meja di depannya seraya satu tangannya memeluk perut ratanya.
Tap ... tap ... tap ...
Suara ketukan sepatu yang tengah berjalan keruangan itu terdengar dari koridor ruang bawah tanah. Hingga pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan Jonathan, Davine dan Jose yang baru saja datang. Miranda menghampiri putra sulungnya dan memeluk putranya sebentar seraya membisikkan keadaan Karina padanya. Dengan gerakan cepat Jonathan berjalan ke arah Karina yang masih dengan tatapan kosongnya. Jamie yang baru akan mulai berdebat dengan Jonathan sudah lebih dulu di tahan oleh Ahra yang sudah berada di sampingnya.
Jonathan berlutut di samping Karina seraya menarik pelan lengan Karina dari perutnya. Karina yang masih belum menyadari Jonathan menggenggam tangannya menyentakkan tangan suaminya dengan kasar dan kembali memeluk perutnya erat. Jonathan mengerutkan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE-YA, OM!! [TERSEDIA DI GOOGLE PLAY]
RomanceKetika sebuah rasa mengalahkan segalanya, maka yang tidak masuk akalpun akan berubah menjadi sesuatu yang sah. Cinta itu bukan hanya tentang mencintai atau dicintai namun lebih pada bagaimana kamu mendapatkan, menjaga dan juga mempertahankan. Kekuas...