Tak ... tak ... tak ...
“Kerja bagus Jonathan ... kamu menembak dengan sempurna” puji sang pelatih bangga.
Jonathan menyeringai. Tinggi hati yang dimilikinya kadang membuat banyak teman-temannya kesal. Walau mereka tidak menampik dengan kemampuan Jonathan dalam banyak hal tapi tetap saja ada rasa iri dalam hati mereka untuk Jonathan. Tidak terkecuali Orlando Jeams, pewaris tunggal dari Moonlight Group yang juga sekolah ditempat yang sama dengan Jonathan.
“Hanya seperti itu saja? Aku bahkan lebih baik darinya ...” gumam Orlando membuat seluruh orang dalam arena tembak itu menatap padanya.
“Baiklah Orlando, kamu harus tunjukkan pada kami jika kamu memang lebih baik ...” sahut sang pelatih memberikan sebuah senjata laras panjang yang sama dengan yang Jonathan gunakan.
Jonathan menatap tidak suka pada Orlando. Sudah menjadi rahasia umum jika Orlando memang sangat sensitif jika menyangkut tentang Jonathan. Walaupun Orlando satu tahun lebih dewasa dari Jonathan tetap saja itu tidak pernah membuatnya mau mengalah dari Jonathan begitupun sebalik.
Orlando membidik target di depannya dengan sangat fokus.
Tak ... tak ... tak ...
Orlando menyeringai. Tembakkannya tepat sasaran, ia yakin seratus persen nilainya jauh lebih tinggi dari pada Jonathan.
“Bagus sekali Orlando, kamu hebat ...” puji sang pelatih menepuk pundak Orlando.
“Baiklah anak-anak, kelas menembak hari ini sudah berakhir, kita akan lajutkan besok, sekarang waktunya kalian istirahat mengerti ...” sambung si pelatih meninggalkan tempat disusul murid-murid yang lainnya.
Tapi tidak dengan Jonathan. Jonathan tidak suka dikalahkan. Ia berniat berlatih lagi agar bisa melebihi Orlando ataupun yang lainnya.
“Kamu tidak akan bisa mengalahkan aku Jonathan, sekeras apapun kamu mencoba ...” ejek Orlando yang ternyata juga masih berada di arena yang sama dengan Jonathan.
“Kamu mungkin bisa melakukan apa saja dengan sempurna, tapi kamu juga harus ingat jika aku juga punya bakat melakukan apa saja, termasuk mengalahkanmu ...” jawab Jonathan santai.
Tak ... tak ... tak ...
Jonathan mengambil teropong di dekatnya untuk melihat arah tembakannya mengenai sasaran atau tidak. Ia mengarahkan teropong itu pada sasaran, lalu detik selanjutnya ia memasang seringai penuh kemenangan dengan masih memandang lurus ke depan.
Jonathan berbalik menatap Orlando. Ia memberikan teropong itu pada Orlando.
“Coba lihat ke arah papan tembakmu, tintaku warna biru ...” suruh Jonathan masih dengan seringainya.
Orlando mengikuti ucapan Jonathan. Dan iya, tinta Jonathan memenuhi tinta hitam yang sebelumnya digunakan Orlando. Orlando kesal, marah, benci semuanya bercampur menjadi satu dalam hati Orlando.
“Kamu boleh mengalahkanku, tapi aku tidak lemah ...”
Dibalik setiap persaingan yang mereka lakukan, sebenarnya mereka saling memandang iri satu sama lain. Ingin rasanya mereka saling memeluk dan mengutarakan keinginan masing-masing. Tapi karena sebuah kesalahpahaman membuat mereka semakin jauh satu lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE-YA, OM!! [TERSEDIA DI GOOGLE PLAY]
RomanceKetika sebuah rasa mengalahkan segalanya, maka yang tidak masuk akalpun akan berubah menjadi sesuatu yang sah. Cinta itu bukan hanya tentang mencintai atau dicintai namun lebih pada bagaimana kamu mendapatkan, menjaga dan juga mempertahankan. Kekuas...