LOVE-YA, OM!! CHAPTER 13: BLUE

4.6K 209 28
                                    

Jonathan, Jamie, Anderson dan Andrew berdiri di depan ruang IGD menunggui Karina yang sedang berjuang didalam sana. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada Karina. Julian, pria itu sama sekali belum menampakkan batang hidung sejak ikut masuk ke dalam ruangan sialan itu.

Jonathan mulai tidak sabar, ia berjalan mendekati pintu IGD lalu menendang pintu berwarna putih agar terbuka namun sepertinya pintu itu jauh lebih kuat dibanding tendangannya.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu ini gila atau bagaimana?" tegur Jamie dengan wajah yang berusaha ia tenangkan.

Jamie tahu Jonathan sedang tidak tenang. Tapi Jonathan adalah pria dengan pengendalian emosi yang hebat. Dia selalu tampak tenang dalam kondisi apapun, namun sedikit demi sedikit Jamie mulai tahu kapan pria itu akan bersikap di luar kendali. Ya, Jonathan akan kehilangan kendali diri jika berurusan tentang Karina. Mungkin memang benar dapat mengendalikan Karina akan membuat Jonathan tunduk. Jamie bertanya pada dirinya sendiri, apa yang Karina miliki hingga membuat Jonathan seperti ini? Efek Karina sungguh luar biasa.

Andrew dan Anderson tidak ambil pusing dengan tindakan Jonathan. Beberapa petugas rumah sakitpun sama sekali tidak menegur dengan tindakan Jonathan mengingat mereka tahu pria tampan itu adalah salah satu petinggi rumah sakit.

"Julian keluar kamu! Mengapa kamu lama sekali di dalam sana? Kamu apakan istri saya!" teriak Jonathan dengan tidak sabar.

Jamie menatap Jonathan tidak percaya. Sempatnya ia masih berpikir seperti itu. Jamie baru akan menyahuti Jonathan kalau saja Julian tidak keluar dari dalam ruangan itu dengan wajah lelahnya. Julian tidak sendirian, pria itu bersama dengan Jeniffer Shin, sang kekasih.

"Ini rumah sakit Jonathan, bukan hanya istri yang berada didalam sana ..." desis Julian.

"Berisik, mana Karina? Apa dia baik-baik saja? Apa anak itu menyakitinya? Apa yang itu tadi berbahaya? Apa ..."

"Diam ..." potong Julian.

"Ehm, Karina tidak apa tapi, dia hampir keguguran, kandungannya melemah ..." sahut Jeniffer.

"Apa itu membahayakan Karina? Lakukan apapun yang bisa membuat Karina selalu bersama saya, kalau perlu keluarkan saja janinnya ..." ucap Jonathan dengan nada frustasi.

"Apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan itu?" sela Jamie tidak terima.

Jonathan kalau ngomong tidak pernah pakai saringan. Keluarkan saja bayinya? Egois sekali. Jonathan sama sekali tidak peduli pada bayinya, calon anaknya. Jonathan terlalu obsesif pada Karina. Apa dia sadar jika itu terjadi maka Karina lah yang akan tersakiti. Oh astaga, harus berapa kali Jamie katakan ia sama sekali belum percaya ia melepaskan Karina untuk Jonathan.

"Saya tidak peduli, akan saya korbankan apapun untuk dia terus bersama saya ..." balas Jonathan tegas dan berjalan masuk kedalam ruangan IGD itu.

Julian menghela nafas. Percuma menahan Jonathan yang sedang marah seperti itu. Lebih baik Jonathan masuk kedalam daripada pria itu mendobrak pintu dengan kasar seperti tadi. Jamie akan mengejar Jonathan namun lengannya sudah lebih dahulu ditahan oleh Julian.

"Anda tahu, tidak ada yang boleh masuk kedalam selain dokter dan petugas Rumah Sakit ..." tahan Julian.

"Lalu kenapa kamu biarkan dia masuk?" protes Jamie.

"Percayalah keadaan akan semakin buruk jika kami melarangnya masuk, kami akan segera pindahkan Karina keruang rawat ..." balas Julian. Jamie nampak berfikir, tapi akhirnya pria itu mengalah dan memilih duduk dikursi tunggu yang memang tidak jauh darinya.

"Tenang saja aku belum akan mengikuti perintahnya kali ini, tapi aku tidak yakin bayinya bisa bertahan hingga lahir atau bahkan beberapa jam ke depan, cara terbaik untuk menyelamatkan Karina saat ini adalah mengeluarkan janinnya ..." ucapan Jeniffer membuat Jamie menatap wanita yang sama sekali tidak ia kenal itu. Yang Jamie tahu wanita itu adalah dokter yang menangani kehamilan Karina selama ini.

LOVE-YA, OM!! [TERSEDIA DI GOOGLE PLAY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang