Tunggu,
aku harus memastikan dulu
apakah ini ilusi yang belenggu
atau hanya perasaan yang tak menentu.*********************
Bandar Lampung, Januari 2014....
Rasya yang masih berdiri dari panggung menatap lurus wanita yang sedang duduk di kursi bagian belakang. Dia tersenyum simpul dan kemudian turun dari panggung setelah suara riuh tepukan berhenti.
Ya. Saat itu Rasya masih kelas sepuluh SMA, semester genap dan dia mempunyai kesempatan untuk tampil memainkan biola di acara perpisahan kakak kelasnya. Semua mata memandangnya terpukau akan gesekan biola yang dia ciptakan. Benar-benar keren. Rasya yang terkenal cuek seketika melembut saat memainkan alat musik gesek itu. Alunan yang diciptakannnya perlahan lembut kemudian sampai pada klimaks ritmenya meninggi seolah-olah menyampaikan rasa yang selama ini dia pendam.
Dari bangku belakang Ara tersenyum bahagia. Dia memegang erat tangan Winda ketika Rasya dengan cool nya memainkan biola. Bahkan tak tanggung-tanggung setelah Rasya turun dan kembali ke belakang panggung, Ara sontak berdiri kemudian berteriak seperti orang gila.
"Win! Dia benar-benar ganteng hari ini. Kayak dia aja yang akan perpisahan. Lo liat kan tadi?" Ara menatap Winda antusias.
"Iya. Dia main alat musik itu dengan penuh penghayatan. Bahkan matanya gak henti-henti melihat ke arah lo. Gua jadi iri."
Ara sedikit memukul kepala sahabatnya itu. Bisa-bisanya dia memuji pangerannya sekarang. Awas saja kalau sampai sahabatnya ini suka dengan Rasya. Karena dia tidak segan-segan mengeluarkan amarahnya. Anggap saja dia begitu lebay. Namun dia gak mau kisahnya seperti di ftv yaitu "Gebetanku di tikung sahabat sendiri." Ara bergidik ngeri membayangkannya.
"Awas aja lo sampe suka sama Rasya. Gua pasti bakal ngambek." Ara memanyunkan bibirnya dan berbicara dengan manja yang di buat-buat.
"Eh, my lovely kemana? Atau dia---"
Ara menghentikan bicaranya karena benda pipih yang di genggamnya bergetar. Ada pesan masuk yang tertera.
Rasya Ganteng.
Seketika Ara mengulas senyumnya saat melihat pesan yang tertera di ponselnya. Ganteng. Banget malah. Bagi Ara tingkat kegantengan Rasya sudah seperti tokoh-tokoh fiksi yang dibayangkan pun sulit untuk mendefinisikan ketampanannya. Ara membaca pesan masuk itu. Kemudian tangannya mengetik dengan lincah untuk membalas pesan tersebut.
Gue mau bicara. Bisa ke taman sekolah sekarang?
Duh. Jadi deg-deg an. Lo mau nembak gua nih ceritanya?
Cepetan.iya sayangg. Otw. Hehe:)
Ara terkekeh sesaat melihat balasan pesan untuk Rasya. Angggap saja Ara perempuan tidak tahu malu. Bahkan dia sudah sangat malu-maluin. Setelah mengirim pesan itu, Ara berpamitan dengan Winda untuk menemui Rasya. Terdengar tidak tahu diri memang, karena dia sudah memaksa Winda untuk menemaninya datang ke acara perpisahan anak SMA, malah dia yang sekarang mengabaikan Winda dengan menemui Rasya. Namun, Winda tidak mempermasalahkan itu, baginya, kebahagian sahabatnya hal utama setelah keluarganya.Ara berjalan memakai jaket yang menutupi kemeja sekolahnya, namun tetap saja rok biru yang mencolok. Ya, saat ini Ara masih duduk di bangku kelas tiga SMP, yang artinya dia sedang sibuk-sibuknya harus belajar giat untuk UN sebulan yang akan datang. Namun namanya anak remaja yang sedang terserang virus cinta, jadi maklum saja dengan pilihan Ara yang malah memilih untuk menonton penampilan Rasya ketimbang untuk ikut les tambahan di sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Ilusi
Teen FictionTentang langit kehilangan ruangnya dan tentang rasa yang dipaksa untuk kadaluarsa. ***** "Jika tanpa kehadiranku membuatmu gila seperti ini, dipastikan aku tidak akan pernah lari apalagi untuk pergi. Tapi jika aku datang kembali dan membuatmu bertam...