Kamar dengan interior yang desainnya menyerupai gaya Eropa klasik itu mendominasi ruangan di rumah yang hanya berlantai dua. Dinding kamar itu bercat abu-abu dengan perpaduan warna coklat. Di depan rak lemari yang berisi buku-buku tebal, juga di tembok tergantung lukisan abstrak dari seorang pelukis ternama di Indonesia. Kamar itu milik Rasya. Ia mendesah melihat lukisan itu. Kemudian dengan gontai ia berdiri dan melangkah sedikit ke lemari yang berjajar buku-buku koleksi miliknya. Ia mencari dan membaca judul buku yang ada di rak ketiga dari bawah. Tangannya meraba satu persatu buku kemudian dia menemukan buku note kecil yang sampulnya dipahat dengan bentuk yang klasik.
Rasya menghela nafas. Matanya kemudian mengedarkan kesegala arah, ia mencari benda perkakas yang mampu membuat gembok buku harian milik ibunya itu terbuka. Ia rindu akan sosok wanita yang mampu mempengaruhi hidupnya itu. Baginya, ibu adalah sosok yang lembut dan juga tegas dalam setiap keinginannya. Rasya ingat ketika ia meminta agar belajar biola sejak SD kemudian ibunya mendukung. Rumah ini menjadi saksi bisu dirinya tumbuh menjadi Rasya yang sekarang. Rasya yang masih penurut tapi juga pemberontak. Penurut akan setiap kemauan ayahnya dan pemberontak jika segala sesuatu yang bersangkutan soal hatinya.
Rasya menemukan tang kecil di satu wadah khusus benda-benda perkakas yang ia simpan di lemari. Selain berguna untuk membenarkan hal-hal yang menyangkut perabotan rumah, juga alat-alat itu kadang berguna membantu Rasya ketika ia mengganti senar biolanya. Atau kadang dengan iseng Rasya juga sering melukis di atas kayu biolanya. Untuk keahlian melukis dan menggambar rasya dapatkan dari ibunya dan juga pamannya. Lukisan besar yang berada dikamarnya itu adalah pemberian pamannya yang merupakan pelukis ternama di Indonesia. Karena anak satu-satunya dan yang menjadi harapan satu-satu ayahnya hanyalah Rasya. Semua dibebankan kepadanya. Mulai dari awal masuk SMA Rasya sudah dicekokin materi dan buku-buku bisnis. Seringkali ia juga diajak rapat atau pernah beberapa kali diamanahkan ayahnya untuk mempresentasikan suatu produk atau rencana bisnis yang ayahnya minta. Jika membayangkannya dan melihat semua itu Rasya bisa gila rasanya.
Tentu, semua hal itu tidak pernah berhenti sampai sekarang. Masa SMA yang hanya dia habiskan dua tahun dan juga sekolah yang pindah ke Jakarta kemudian akhirnya kegiatan belajarnya dilakukan semua secara home schooling, semua hal tersebut kemauan ayahnya. Keras dan juga tegas ia lakukan, tapi ayahnya tidak pernah mengusik Rasya untuk menyukai biola ataupun melukis. Hanya saja dibatasi dan lebih besar pasti selalu menyangkut bisnis. Untuk masa depan Rasya pun juga sudah diurus oleh ayahnya. Rasya tidak bisa menolak, karena kebahagian satu-satunya saat ini hanyalah ayahnya yang dia punya. Namun kadang kala hatinya berkata lain, ia merasakan seutuhnya ketika menyangkut soal biola dan yang mengenalkan biola untuk kali pertama adalah Ara. Iya, bisa dibilang titik pusat dan bahagia sesungguhnya terletak pada Ara kalau dirinya boleh jujur.
Balik lagi persoalan buku catatan milik ibunya itu. Tidak butuh waktu lebih dari lima menit gembok kecil yang sudah mulai usang dan tidak kuat kaitannya itu terlepas dengan sebuah tang yang kekuatannya berasal dari tangan Rasya. Ia tersenyum, perlahan ia membuka pelindung dari buku kecil itu. Semacam buku diary bentuknya, ketika dibuka lagi baru ada sebuah catatan kecil dan dihalaman pertama ada setangkai bunga kering yang tetap utuh bentuknya serta terdapat foto kedua orang tuanya. Tatapan Rasya menajam, seketika hatinya mati rasa dan juga otaknya saling memantikkan api.
Malam itu, Rasya habiskan dengan membaca semua sajak dan tulisan dari peninggalan ibunya. Rasya hanyut dibawa oleh aksara dari setiap tinta yang mengukir diatas buku kecil itu. Kenangannya mengisi seluruh otak dan juga menguak menjadi satu dengan benda dan juga harumnya bunga baby's breath yang sudah layu berwarna kecoklatan. Semuanya terkuak, dan Rasya ikut merasakan setiap kenangan yang pernah ibunya alami. Setelah usai ia baca, kembali Rasya rekatkan buku catatan itu namun tidak dengan foto kedua orang tuanya yang nampak begitu mesra dan juga bunga yang sudah layu. Bunga dan juga foto itu ia letakkan ditempat yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Ilusi
Teen FictionTentang langit kehilangan ruangnya dan tentang rasa yang dipaksa untuk kadaluarsa. ***** "Jika tanpa kehadiranku membuatmu gila seperti ini, dipastikan aku tidak akan pernah lari apalagi untuk pergi. Tapi jika aku datang kembali dan membuatmu bertam...