12. Winter

7.9K 762 20
                                    

Author's POV

2 minggu berlalu. Wilayah Seoul dan sekitarnya kini memasuki musim dingin. Meskipun seluruh sudut kota dipenuhi salju, tak sedikitpun mengurangi keindahan kota itu.

Seorang wanita tengah tersenyum sembari menatap keluar jendela. Entah apa yang sedang diperhatikannya. Jemarinya menyentuh jendela yang sedikit ditutupi salju dari luar. Ia menghela nafas pelan kemudian menarik gorden biru langit diujung jendela, sehingga menutup sempurna apa yang sedari tadi diperhatikannya.

***

Seulgi's POV

Rasanya aku sedang bermimpi. Semua yang sudah terjadi, semua yang kulewati rasanya benar-benar seperti mimpi. Meskipun selama dua minggu terakhir kami tidak bertemu, tetapi dia selalu mengabariku disela kegiatan comeback dan promosi albumnya.

Lihatlah. Hanya dengan deretan kalimat yang ia tulis saja bisa membuatku sebahagia ini. Tapi, selama dua minggu itu juga aku tidak pernah mendapat kabar dari Taehyung. Padahal sebelumnya dia selalu mengirimiku pesan walau sekedar menanyai kabar dan apa yang kulakukan.

Aku merindukannya. Tapi mungkin memang Taehyung sedang sibuk. Mungkin beberapa hari lagi dia akan menghubungiku.

Drrttt~

"Yeoboseyo?" ucapku setelah mengusap tombol hijau dilayar ponsel. Seseorang diseberang tak menjawab, dan membiarkanku kini bertanya lagi seraya mengernyitkan dahi. "Wae?" (Ada apa)

Kujauhkan ponsel dari telinga karena tidak mendapat respon apapun. Ku tatap layar ponsel yang kini memperlihatkan detik yang masih berjalan menandakan bahwa telepon masih tersambung. "Wairae Jimin-ah?"

Akhirnya aku mendengar ia menghela nafas pelan. "Kenapa menelpon selarut ini?" tanyaku. Aku tahu dia pasti sedang mendengarkanku. Dia masih enggan menjawab dan membuatku kini mulai kesal. "Kalau begitu kututup saja-"

"Aku merindukanmu." Tanganku terhenti.

"Aku sangat merindukanmu," Ulangnya dengan suara yang begitu lembut.

"W-wae?" tanyaku terbata-bata. Ia menghela nafas lagi. "Ayo keluar, aku akan mengirimkanmu sesuatu."

"Apa itu?" tanyaku bingung. "Aku ingin mengajakmu pergi seharian besok," ucapnya lagi. "Eung.."

"Kau tidak mau?" tanyanya yang segera kusahuti dengan gelengan cepat, padahal dia tidak bisa melihatnya. "Aniya. Tentu saja aku mau. Tapi kenapa tiba-tiba? Kalian sedang sibuk, schedule kalian sedang padat bukan?" Ucapku memastikan.

"Itu dua minggu yang lalu, sekarang jadwal kami sudah tidak terlalu padat. Aku akan minta ijin pada manager-nim." ucapnya diseberang. "Baiklah."

"Semoga kau akan memakainya."

"Apa?" tanyaku lagi.

"Aku membeli baju couple."

Ya Tuhan.

"Pastikan kau memakainya besok. Tidurlah, ini sudah larut. Apa kau sengaja menunggu teleponku?"

"Ti-tidak!" Aku hanya belum mengantuk." Sanggahku cepat. Ia hanya terkekeh di seberang. Lalu sambungan telepon itupun benar-benar terputus.

***

"Seulgi!!!" Wendy berlari kearahku dengan sebuah kotak berukuran sedang yang berada ditangannya.

"Kenapa pagi-pagi sudah berteriak?" tanyaku. Aku melirik sesuatu yang sedang dipegangnya dengan dahi yang mengernyit.

Kotak itu berwarna biru langit. Diatas nya dihiasi pita berwarna pink soft. Wendy masih memandangiku dengan tatapan menggoda. "Wah, pagi-pagi kau sudah mendapat hadiah,"

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang